cpc - 1

2 0 0
                                    

POV : Alin
"Aku gak butuh les privat nekk" ucapku sambil duduk di sofa dan menikmati camilan.

Nenek memukul bahuku lalu menaruh segelas jus dimeja, "Alin... sebentar lagi kamu akan masuk unniversitas. Kalau kamu les, itu akan memudahkanmu belajar" ujarnya.

Memang akhir-akhir ini nilaiku sedikit menurun. Hal ini terjadi karena rumor tentang ibu kandungku yang berkencan diam-diam dengan keluarga Choi yang kaya raya itu.

Berita itu membuatku muak. Setelah beredar rumor itu, tentu saja akan menjadi bahan gosipan anak-anak dikelas.

Aku mendekati nenek dan menatap matanya dengan tatapan maut, "Nek... aku tidak suka kalau ada orang lain saat aku belajar, itu bisa menganggu konsentrasiku"

"Tapi Alin... kamu tau kan nilaimu menurun. Nenek ingin membantumu, mengerti?" bujuk nenek padaku. Tentu saja bujukannya tak membuatku berubah pikiran.

"Ah nenek... kalau gamau tetap gamau!" ujarku kemudian berdiri untuk menuju kamar.

Namun bibi pembantu datang dan bilang kalau ada tamu yang datang. Aku heran karena selama ini nenek jarang menerima tamu dirumahnya.

Aku terdiam untuk melihat siapa yang datang. Tak kusangka ibuku sendirilah yang datang.

Kulihat sosok wanita 35 tahun itu, memakai pakaian mewah dan memasang wajah memuakkan. Bagaimana bisa dia tersenyum disaat rumor skandalnya tersebar.

"Selamat malam ibu, eh ada Alin toh. Kebetulan kamu disini, ibu kangen denganmu... Oh iya ibu membawa oleh-oleh dari jepang. Kuharap kamu menyukainya" ucapnya kemudian menyodorkan kotak hadiah kecil.

"Tidak usah, bawa kembali barangmu" ujarku dingin kemudian meninggalkannya. Lalu aku pergi kekamarku.

Aku menghela nafas panjang, kemudian kulirik foto yang ada dimeja belajar. Difoto itu ada Ibu, ayah, dan aku yang masih kecil sedang bermain istana pasir dipantai.

Benar-benar kurindukan masa-masa itu, masa dimana aku masih merasa bahagia

Tiba-tiba pipiku basah, aku tak sadar bahwa aku tengah menangis sambil melihati foto tersebut.

Cklek...
Suara pintu terbuka, kurasa itu nenek datang. Aku langsung mengelap air mataku dengan tisu takut nenek tahu bahwa aku sedang menangis.

Ternyata nenek datang dengan membawa jus dan camilan yang kutinggalkan diruang keluarga tadi.

"Hahh... Camilan dan jus mu ketinggalan tadi jadi nenek membawakannya untukmu. Apa nenek boleh masuk?" ujar nenek dengan halus.

"Taruh saja dimeja nek" jawabku dingin, kemudian aku mulai membuka buku untuk kubaca.

"Makan dulu camilannya, bukankah tadi kamu bilang kalau lapar" kata nenek yang selalu perhatian padaku.

Aku hanya diam dan tak membalas ucapannya karena sangat tidak mood. Kemudian nenek mulai membuka obrolan lagi, "kamu sudah tau rumor ibumu ya?"

Lagi-lagi aku terdiam tak menjawab ucapannya.

"Seburuk-buruknya ibumu, kamu jangan mengacuhkannya sperti itu. Ibumu jauh-jauh datang ingin menemuimu, bahkan dia membelikanmu hadiah tadi" ujar nenek lalu menaruh kotak kecil diatas meja belajarku. Itu kotak hadiah aku tolak dari ibu tadi.

"Aku gasuka itu nek, tolong buang saja" tolakku sambil menggeser kotak itu.

"Alin... kamu gaboleh..."

"Nek... jangan memaksa ku" potongku kemudian keluar dari rumah sambil membawa tas kecil.

~

Saat ini, aku sedang berjalan-jalan saja diluar rumah. Suasananya tidak terlalu ramai, lampu jalan pun juga tidak terlalu terang.

COMPLICATED [ JACKSON ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang