Gadis SMA #2

18 4 1
                                        

“Naakk!”

“Bangun kamu sudah sampai!”

Terdengar suara laki-laki dewasa yang coba membangunkan Arvi, dalam setengah sadar Arvi menggumam menyatakan ia sudah sadar dari terlelapnya, kini Arvi berada dalam sebuah bis kota dengan tujuan ke suatu tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya.

Arvi terdiam sejenak seraya mengingat mimpi apa yang ia alami, laki-laki yang memiliki perawakan tampan ini merasa ada sesuatu dibalik mimpi itu bahkan suara si Gadis yang masih samar-samar terdengar pada kedua telinganya.

Suara pertolongan dengan perasaan yang bisa langsung dirasakan bagi siapapun pendengarnya, semoga itu semua hanya mimpi harap Arvi.Setelah itu Arvi segera bangun dari tempat duduknya yang nyaman, sangat jarang bis kota memiliki tempat duduk senyaman itu dalam benaknya, Mungkin karna di dukung dengan penyejuk ruangan yang baik dan kondisi cuaca yang sedang hujan rintik-rintik.

Hari itu pukul 22.30 malam kondisi gelap karna minim penerangan di tempat yang Arvi tuju, usai mengucapkan Terima kasih kepada laki-laki yang membangunkannya yang tidak lain bapak supir bus, Arvi segera keluar dari bis.

“perhatikan langkahmu nak, jangan sampai terjatuh!” ujar Pak supir sembari melihat Arvi menuruni tangga.

“iya pak.” Balas Arvi.

Setelah Arvi turun dan bis pergi, suasana sekitar terasa sunyi hanya ada beberapa bangunan yang sudah tutup dan terlihat sebuah warung kopi yang masih buka pada persimpangan jalan.

Tanpa pikir panjang Arvi berlari menuju warung itu dengan perut yang kosong karna belum makan selama perjalanan, hujan yang kian melebat makin memperkeruh malam itu.

Sesampainya di warung Arvi langsung disambut oleh ibu pemilik warung dengan mempersilahkannya duduk tanpa ragu.

“kamu darimana nak? Ada keperluan apa di tempat ini?” Tanya si Ibu.

“ah, saya kesini ada urusan kerjaan bu untuk beberapa bulan kedepan saya bakal menetap” jawab Arvi dengan lembut.

Sembari memesan makanan dan minuman untuk memuaskan rasa lapar perutnya Arvi juga sedikit berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung, ditemani hujan dan kopi panas membuat Arvi sedikit tenang disana setidaknya dia bisa melupakan mimpi aneh yang dirasakan.

“nama tempat kerjamu apa nak?” celetuk si Ibu.

Dengan lantang Arvi menjawab sekaligus bertanya dimana tempat kerjanya karna ia pun belum tahu lokasi pasti dimana kantornya tersebut, setelah mendengar nama perusahaan yang disebutkan oleh Arvi si Ibu langsung menunjuk bangunan yang berada disebrang dari tempat mereka berdua berbincang.

“disitu nak!” tunjuk Ibu.

Arvi dengan polosnya mengganggukan kepalanya sembari tersenyum.

“tapi hati hati ya nak, disebelah tempat kerjamu ada ruko yang cukup terbengkalai, sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengan ruko itu banyak yang meyakini tempat itu berhantu apalagi itu satu-satunya akses masuk ke gedung tua dibelakangnya” sambung si Ibu sembari mengusap matanya yang sedikit berkaca-kaca.

Arvi yang merasa aneh dengan sikap si ibu tampak kebingungan mendengarnya, tapi karna pada dasarnya Arvi yang tidak pekaan akan situasi sekitar Arvi pun tidak memperdulikan hal tersebut.

Lagijuga jaman sekarang mana ada yang masih percaya sama hantu benak Arvi, tapi demi menghormati si Ibu dan kepercayaan masyarakat sekitar Arvi tidak membantah akan hal itu.

Memang gedung itu Nampak sangat tua dan tidak terawat sama sekali, jendela dengan kaca yang sudah pecah, lumut dan tanaman menjalar yang seolah menyelimuti gedung tua tersebut. Itu semua menambah kesan mistis yang sudah sewajarnya di yakini oleh masyarakat sekitar.

Dream messageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang