25 - Orang yang Selalu Bersamamu adalah Aku

19 16 15
                                    

Annyeong, aku kembali. Maaf karena tadi malam aku nggak up. Tapi kayaknya hari ini aku up dua kali. Mohon dukungannya selalu ya, Teman-teman.
Gomawo, saranghae, Yeorobun~

***

“Jadi, kita resmi pacaran?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi, kita resmi pacaran?”

Kinan tersedak saat pertanyaan semacam itu meluncur dari bibir Jan. Sontak, ia memukul bahu laki-laki di sebelahnya dengan sangat kuat. Air mata sudah keluar, hidung serta tenggorokannya terasa panas.

“Duh, Nuna. Makannya pelan aja.” Jan memukul pelan punggung Kinan. Ia memperhatikan perempuan di sampingnya dengan penuh cinta.

Sementara itu, Kinan mulai menangis. Awalnya tangisan Kinan begitu pelan, tetapi lama-lama makin nyaring. Jan merasa kebingungan melihat itu, ia sontak berlutut dan meminta maaf.

“Ini salahku, ya? Tadi aku sembarangan ngomong.”

Kinan tak menanggapi, ia terus memasukkan sandwich ke mulutnya dan mengunyah sambil menangis.

“Nuna, maaf.”

“Aku nangis karena ingat Ibu. Aku kangen masakan Ibu.”

Tadi, Kinan memang sudah sempat berkaca-kaca saat Jan berkata bahwa hari ini sang mama membuatkan bekal untuk mereka. Pikiran Kinan langsung terbang ke masa-masa indah bersama orang tuanya. Ia sangat rindu, ingin memeluk, tetapi sayang, ayah dan ibunya sudah tak bisa tersentuh.

“Aku kangen Ibu sama Ayah, Jan. Aku kangen.” Isak tangis Kinan tak kunjung berhenti. Ia terus mengunyah sambil sesenggukan. “Apa mereka sudah makan di sana? Siapa yang masakin?”

Sontak Jan bangkit dengan sedikit berjongkok, menyamakan poisisinya dengan Kinan untuk memberikan pelukan pada perempuan itu. “Semua bakalan baik-baik aja. Aku di sini.”

“Jan, aku pengen ketemu mereka.”

Jan mengangguk sembari menepuk-nepuk pelan punggung Kinan. Ia hanya bisa mendukung perempuan yang dicintainya dengan pelukan dan doa. Dalam doa Jan selalu ada nama Kinan, ia berharap agar Kinanti Magani Ayunda selalu bahagia.

“Udah, makan dulu, ya. Kalau mau nangis lagi, lanjut nanti.” Jan berbisik, dan langsung mendapat hadiah pukulan keras dari Kinan.

“Jan, kamu ganti warna rambut lagi? Pertama blonde, habis itu pirang, sekarang item? Nggak sekalian jadi warna pelangi?” tanya Kinan setelah berhasil mengurai pelukan. Sementara yang ditanya kembali duduk di sampingnya dengan santai.

Call Me Nuna |Park Jihoon| Tamat√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang