#43. Galador Air 275

345 31 43
                                    

•°●○▪︎¤♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°


▪︎
¤

Pagi ini sesuai jadwal, Tama akan pergi ke Singapore beberapa hari. Vio sebagai seorang kekasih, mengantar Tama hingga sampai di Bandara. Bukan hanya di ruang tunggu, dia juga ikut masuk ke dalam landasan. Jangan lupa, Vio adalah anak semata wayang pemilik bandara tersebut. Sedikit menggunakan privilege-nya, tidak masalah bukan.

"Aduh-aduh yang masih pacaran, timbang di tinggal beberapa hari aja nganternya sampe masuk landasan!" Seorang pria memakai seragam dinasnya dengan tangan menggandeng seorang wanita, datang menghampiri Tama dan Vio.

"Papa ...." Vio menghamburkan pelukannya, bukan pada Arnold, melainkan pada Dena-mamanya.

"Kok malah meluk mama, kan papa yang di teriakain!" protes Arnold.

Vio melepaskan pelukannya pada Dena berlanjut memeluk Arnold yang sudah mengerucutkan bibirnya. "Udah kan."

Arnold mengacak pucuk rambut putrinya. "Kamu ini ...."

"Kalian bukannya ke Bali, kok di sini? Bukannya pesawat ini ke Singapore, ya?"

"Papamu tuh. Tiba-tiba ada jadwal terbang mendadak. Yaudah lah biar sekalian. Mama males atur jadwal lagi soalnya."

"Yah, berarti kalian satu pesawat dong sama Tama!" Vio mendengkus kesal, menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

"Eh, calon mantu. Sampe lupa ada kamu di sini." Arnold menepuk pundak Tama, mengabaikan putrinya yang masih saja cemberut.

"Kamu mau ke Singapore, Tam?" tanya Dena lembut.

"Iya, Tan-"

"Panggil mama aja," protes Dena.

"Iya, M-ma. Ada acara rutinan keluarga. Kebetulan sekarang jadwalnya ke Singapore. Ada keluarga adik mami di sana," jawabnya sedikit gugup.

"Wah bagus nih. Kita bisa ketemu mami kamu juga di sana. Ayolah kita liburan bareng," celetuk Arnold.

Vio semakin kesal mendengar percakapan mereka. Keluarga dan pacarnya enak-enakan liburan, sedangkan dia di tinggal sendirian. Ada Aruka, tapi tanpa Tama, semuanya terasa kurang.

"Kamu mau ikut Vi? Masuk aja ke pesawat. Yang nyopirin papa ini. Kamu nanti sama papa di depan." Arnold menaik turunkan alisnya menggoda Vio.

"Gak ada. Jangan menyalahgunakan kekuasaan. Lagian pesawatnya sudah penuh." Dena memang selalu seperti itu. Biarpun dia memiliki kendali penuh bandara, bukan berarti dia bisa seenak melakukan ini dan itu. Dia harus menjaga kepercayaan dan mencontohkan yang terbaik kepada bawahannya.

'Arunika Untuk Hans' [Selesai✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang