i. September 2017, Bagian 1

22 2 0
                                    

Aku perlahan membuka mata, bangun dari mimpi yang... indah? Tiba-tiba aku tidak mengingat mimpiku barusan sama sekali. Aku menatap langit-langit kamar, seketika sadar sedikit lagi ada ujian tengah semester di sekolah. Aku sebenarnya tidak terlalu memusingkannya, karena aku sekarang kelas 12, aku lebih memusingkan bagaimana cara diterima oleh PTN lewat jalur SNMPTN karena sejujurnya aku sangat amat malas belajar untuk SBMPTN.

Setelah mengumpulkan nyawa, aku menggeliat ke arah jendela dan menyingkap gorden jendela kamarku. Entah aku bangun terlalu cepat, atau di luar memang mendung. Semoga mendung, pikirku, biar tidak upacara. Aku meraba-raba bawah bantalku untuk mencari handphone-ku yang sudah ku-charge semalaman. Oke, oke, aku tahu kebiasaan men-charge handphone semalaman itu tidak bagus untuk kesehatan baterai, tetapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mau bangun dengan baterai handphone yang habis karena aku sering tertidur selagi menonton Youtube. Sebenarnya aku agak bingung mengapa alarmku tak berbunyi. Cuma ada dua kemungkinan, yaitu aku bangun terlalu awal, atau aku lupa men-charge handphone sehingga handphone-ku mati. Setelah memegang sesuatu yang rasanya familiar di bawah bantal, aku langsung mengeluarkannya dan mengecek perlahan-lahan, agak takut. Tidak sadar aku mengejamkan mataku, dan sembari menekan tombol power, aku membuka mataku. Ternyata sekarang masih pukul 4:55 pagi. Berarti memang aku bangun lebih awal. Dan berarti di luar bukan mendung?! Ah, saat terlintas pikiran pagi ini aku harus upacara, aku kehilangan semangat pagiku. Bohong. Padahal memang setiap pagi aku tidak bersemangat.

Aku membuka pintu kamar dan segera menuju kamar mandi yang ada di samping kamarku. Sesaat sebelum membuka pintu kamar mandi, ada teriakan heboh.

"YA AMPUN! Kamu begadang Karin?!" Tanya Mama. "Ya Tuhan, Rin. Mama gak seneng ya kamu kerjaannya streaming-streaming Netflix terus sampe gak tidur. Besok-besok Mama cancel payment-nya dari CC Mama."

Aku menyerngitkan dahi, sewot. "Lah apaan sih Ma? Mana ada begadang, aku baru bangun." Kataku agak nge-gas.

Mama menggeleng. "Mana ada kamu bangun sepagi ini. Mama gak percaya."

"Dih, ya udah terserah. Aku mau mandi," kataku sambil menatap Mama sengit, dan langsung masuk ke kamar mandi.

"Rin jangan lama-lama! Gue mau berak!!!" yang teriak barusan itu Abangku. Tapi aku tak pernah memanggilnya abang atau kakak. Aku panggil dia Bangga. Oke, itu masih ada kata "Bang"-nya sih. Namanya Anggara, Mama dan Papa memanggilnya Angga. Bangga adalah singkatan dari Bang Angga, sepertinya dari kecil aku disuruh memanggil dia dengan embel-embel Bang, tetapi seiring berjalannya waktu, 'Bang Angga' sangat tidak efektif jadi aku persingkat saja.

Aku baru saja masuk kamar mandi. Baru saja. Berani-beraninya dia menyuruhku cepat-cepat, "jangan bacot!!! Gue baru masuk!!!" teriakku tidak mau kalah. Tidak mau mengalah juga, karena kalau aku mengalah dan keluar dari kamar mandi, bisa-bisa aku tidur lagi.

Selesai beberes, aku menuju meja makan karena Mama daritadi memanggilku untuk cepat sarapan. Memang harus diingatkan berkali-kali, karena jika aku memiliki waktu luang aku akan berleha-leha sampai telat berangkat dan akhirnya tidak sempat sarapan. Aku mengecek jam di handphone-ku, pukul 6:00 pagi. Masih ada waktu untuk sarapan karena biasanya aku berangkat ke sekolah pukul 6:15. Aku menikmati sarapan dengan sangat santai. Tetapi tiba-tiba sarapan khidmatku terinterupsi karena mendengar suara orang muntah. Aku tatap-tatapan dengan Bangga, sambil mengerutkan alis. Bangga mengisyaratkan untuk mengecek ke dapur. Aku mendengus, tetapi tetap berjalan ke dapur karena siapa lagi yang muntah kalau bukan Mama?

"Kenapa Ma?" tanyaku.

Mama menggeleng. "Gak tau, tiba-tiba pengen muntah aja."

"Masuk angin?" tanyaku lagi, sambil memijit bahu Mama.

Belenggu WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang