vi. Sepertiga Akhir 2017

4 1 0
                                    

Sudah minggu kedua Karin tidak masuk sekolah. Maura semakin hari semakin gelisah karena Karin tidak pernah alfa sebelumnya. Menurut info yang ia dapat, orang tua Karin sudah melaporkan kasus hilangnya Karin ke pihak yang berwajib. Berbagai sosial media dari Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapp dan Line sudah digunakan untuk mencari keberadaan Karin, tetapi hasilnya tetap nihil. Seakan-akan Karin ditelan bumi.

"Ra," ucap sebuah suara. Maura segera memalingkan pandangannya kepada yang punya suara. Ternyata Damar, yang sedang memandang Maura dengan tatapan putus asa. "Masih gak ada kabar juga?"

Maura hanya meresponnya dengan menggeleng, lalu kembali menyalakan handphone-nya. Ia membuka aplikasi Twitter, dan berharap ada orang yang mengirimkan kabar baik ke direct message akunnya. Tetapi nihil, beberapa mention terbaru hanya ucapan seperti, 'semoga cepet ketemu', atau 'bantu RT', dan sebagainya. Maura menghela nafas dengan kencang dan membanting dirinya ke sandaran bangku, lalu mengalihkan pandangannya ke bangku kosong di sebelahnya. Ia memandanginya dengan cukup lama, sampai ia tidak sadar jika Pak Fadil sudah masuk kelas dan sedang mengabsen namanya.

"Larasati Maura Utami?" panggil Pak Fadil, sekali. Maura masih menatapi bangku kosong. "Larasati Maura Utami, hadir?"

Saras segera membalikkan badannya dan mengetuk meja Maura. Dalam sepersekian detik Maura kembali ke pada realita dan menatap Saras dengan bingung. Saras menunjuk Pak Fadil dan berkata, "itu diabsen."

Maura buru-buru menjawab, "hadir, Pak!"

Pak Fadil melihat ke arah Maura dan segera menandakan bahwa Maura hadir. Ia menatap buku absennya sebentar, lalu bertanya, "ini Karina Putri Dewangga minggu kemaren gak masuk, hari ini gak masuk lagi?"

"Iya pak," jawab kelas XII IPS 1 kompak.

"Dia emang gak ada kabar pak, orang tuanya juga nyariin," jawab Hilda.

"Kenapa? Dia ilang?" tanya Pak Fadil.

Damar dan Maura yang tadinya sedang menunduk, segera mendongakkan kepala dan memandang Pak Fadil. Tampaknya mereka menyangkal status keberadaan Karin saat ini. Mungkin Karin hanya kabur, mungkin Karin sedang mengunjungi rumah nenek atau kakeknya yang masih hidup tanpa memberi kabar ke orang-orang terdekat, mungkin Karin sedang menetap bersama teman yang ia kenal dari internet. Segala skenario sudah muncul di pikiran Damar dan Maura, namun semuanya seperti mustahil untuk terjadi karena mereka tidak berpikir bahwa Karin adalah tipe orang yang kabur dari masalah. Atau mungkin ternyata mereka tidak benar-benar mengenal Karin.

Akhirnya Pak Fadil mengambil insiatif untuk mengajak seisi kelas untuk mendoakan kepulangan Karin dengan selamat tanpa ada kurang sedikitpun. Damar dan Maura tentunya juga ikut berdoa, mungkin lebih serius daripada teman sekelasnya yang lain. Karena mereka sangat mengharapkan kejelasan dari Karin tentang keberadaan dan kabarnya saat ini.

***

Angga tidak fokus di kelas. Selama teman-temannya presentasi, ia hanya memandangi handphone-nya dengan terus menerus. Sampai dosennya sadar dan menegur Angga, "kamu. Kalo temennya presentasi, perhatiin."

Angga mendongak, "saya, Bu?"

"Iya lah, siapa lagi. Ada yang lebih penting di hape kamu daripada materi hari ini?"

"Mohon maaf Bu, saya lagi nunggu kabar. Soalnya adek saya udah ilang 2 minggu."

Dosennya terkejut. Beberapa mahasiswa di ruang kelas, yang tidak begitu dekat atau kenal dengan Angga, menoleh ke arah Angga dengan tatapan tidak percaya secara serempak.

"Astaghfirullah, kok bisa? Nama kamu siapa?" tanya dosen Angga.

"Angga, Bu."

"Nama adek kamu siapa? Biar saya bantu share di grup Facebook sekarang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belenggu WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang