11 || B Minor

10 11 1
                                    

"Aduh! Kunci B minor susah banget diraih pake tangan gue!"
Jihan Feiskha Aruna

________

"Anu... Gue... T-telat bangun!"

"Oh iya! Gue udah naruh Air minum sama handuk yang ada tulisan Jingga nya diloker lo. Baru aja," ucak Jihan mengalihkan topik.

"Gue mau ngomong." Belva mendudukkan dirinya dibangku yang ada dipinggir lapangan. Ia menatap Jihan seolah berkata 'Lo mau berdiri selamanya?'.

"Ah iya-iya gue duduk," Jihan duduk lesehan didepan Belva dan terlihat sangat serius menyimak Belva. "Jangan-jangan lo mau nembak gue ya? Uh, jangan dulu! Timing nya nggak tepat," ucap Jihan dengan PDnya.

"Gue nggak minta lo duduk dibawah. Duduk disini," Belva menepuk-nepuk bangku disebelahnya yang masih kosong.

"Iya bos siap!"

Belva menarik nafasnya. Alisnya menurun, pandangannya sendu, terdapat penyesalan disana. Saat Belva hendak melontarkan kalimatnya, Jihan terlebih dahulu tertawa dan itu membuat Belva bingung sekaligus takut.

"Kenapa lo?"

"Jangan-jangan lo mau minta maaf ya? Wih, nggak lo banget deh," Jihan mengusap air matanya karena tertawa terpingkal-pingkal tadi. "Gue udah kebal sama kalimat-kalimat pedes lo. Ya sakit hati sih, tapi ya gitu. Kalau bisa ngobrol sama lo aja, meskipun cuma dapat kalimat-kalimat pedes, rasanya tetap kayak ada manis-manisnya gitu."

Belva terkejut. Namun, secepatnya ia mengembalikan ekspresinya seperti semula.

"Lo ganteng. Tapi sayangnya judes, jutek, dingin, nyebelin, irit ekspresi, irit bicara, pokoknya nyebelin. Kalau lo udah gitu, lo jadi jelek. Untung gue masih tetap sayang."

Lagi, Belva kembali dibuat malu sendiri oleh pernyataan nyeleneh Jihan. Cewek ini kalau bicara seolah blak-blakan adalah keahliannya.

"Lo cewek pertama yang ngatain gue didepan gue sendiri," Belva tekekeh.

"Ha? Lo ketawa?!" Jihan menepuk-nepuk pipinya. Mungkin saja ia sedang bermimpi karena ia kebanyakan tidur siang saat dikost.

"Kenapa?"

"GUE SPECHLESS!" Jihan menghadapkan dirinya kesamping dan mengangkat tangannya keatas, lalu menariknya ke dada. "Yes! Kemajuan!"

"Kemajuan apanya?"

"N-nggak!" Jihan menjauhkan wajah Belva seolah sedang menahan bola kasti. Wajah Belva, seperti diremas oleh Jihan.

"Aduduh, sakit," Belva memegang tangan Jihan dan menjauhkan wajahnya dari wajah Jihan. "Lo datang bareng siapa?"

Jangan bikin malu Han! Semangat!

"Ha? G-gue? Gue b-bareng Marco! Iya Marco!"

Belva mengeriyit bingung. Pasalnya, di SMA Horoscope, anak kelas X, XI, hingga XII tidak ada yang namanya Marco.

"Marco yang mana?"

"Ini." Jihan menunjuk gitar yang ia gendong dibelakang dengan tas gitar. "Kesayangan gue yang selalu nemanin gue kemanapun gue pergi," ucap Jihan dengan bangganya.

"Lo ya! Ditungguin dari tadi, malah pacaran disini."

***

"Itu kunci A minor ogeb. Gue bilang kunci B minor." Joel membenarkan penempatan jari Jihan yang salah.

"Ish, gue mau pakai Marco aja! Gue nggak biasa pake Esmeralda, ntar tangan gue kapalan." Saat ini, ia tidak diperbolehkan oleh Joel untuk mengenakan Marco karena Marco adalah gitar nilon sedangkan hari ini Joel akan mengajari Jihan menggunakan gitarnya, Esmeralda yang merupakan gitar senar agar Jihan terbiasa menggunakan segala jenis gitar.

MyBeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang