11. Susu Coklat

57 4 0
                                    

[[ JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN ]]

_____

Pukul 22.45 malam. Seorang gadis tengah menatap keluar jendela kamarnya siapa lagi kalau bukan Ayna, dia tengah memikirkan kejadian yang telah ia alami tadi siang di kantin sekolah. Dirinya masih tidak habis pikir kenapa seorang Alkavano begitu ingin tampil mencolok diantara para siswa lainnya? Oke oke jika yang tampil mencolok adalah dirinya tidak apa. Tapi ini haishh cowok itu yang notabenenya kakak kelasnya malah membawa-bawa dirinya kedalam masalah yang menghebohkan seluruh penghuni SMA Bumi.

Hei ayolah Ayna hanya ingin belajar dengan tenang di sekolah barunya ini. Tapi kenapa sekarang dirinya malah terikat dengan seorang most wanted sekolahnya sendiri.

"Hah..." Gadis itupun memijit kening nya yang sedari tadi terasa pening. Entahlah sekarang di otak kecil nya banyak sekali runtutan ingatan kejadian tadi siang, ya dirinya akui memang sedari awal dirinyalah yang tertarik duluan dan kepo dengan Alka tapi hanya karena satu hal itu ia terseret begitu jauh dalam kehidupan Alka. Bukankah itu tidak adil? Pikirnya kesal lalu menarik korden jendela kamarnya dengan perasaan kesal.

Ayna kesal jika mengingat kejadian tadi siang maka dirinya ingin segera tidur agar dapat melupakan kejadian itu, namun ia mengurungkan niatnya karena telinganya mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Ayna diam sejenak dijam segini siapa yang masih bangun? Mama? Tidak mungkin untuk apa Mama nya repot-repot ke kamar anak 'sialannya' ini. Dengan langkah pelan namun pasti Ayna melangkah mendekati pintu dan tangan nya terulur kearah kenop lalu dengan perlahan membuka pintu tersebut.

Dan tampilan sosok remaja laki-laki dengan kaos oblong putih dan celana pendeknya tengah menatap Ayna dingin.

"Ngapain?" Tanya Ayna kepada Alan. Ya yang ada dibalik pintu tersebut adalah Alan, Ayna bingung kenapa adiknya ini malam-malam menghampirinya biasanya bukankah dia hanya acuh terhadap Ayna.

Alan melihat ekspresi bingung Ayna, wajar saja jika Ayna bingung bahkan Alan sendiri pun juga bingung kenapa dia bisa berinisiatif untuk melihat kondisi Ayna. Sebenarnya dia gengsi untuk bertanya kepada kakak perempuannya itu namun entah kenapa dihati kecilnya terbesit sedikit rasa khawatir.

"Ekhem... Lo gapapa?" Setelah membuang rasa gengsinya akhirnya Alan pun memberanikan diri bertanya kepada Ayna. Dan orang yang ditanya pun heran sekaligus kaget namun Ayna tetap membalas pertanyaan adik cowoknya tersebut.

"Eh- gapapa tuh hehe. Emang kenapa? Kok tumben nanya? Terus kok kamu belum tidur?"

Cowok berkaos oblong putih itu nampak bingung hendak menjawab apa. Pasalnya dirinya juga tidak tau kenapa sedari tadi ia khawatir kepada Ayna namun Alan tetaplah Alan yang selalu enggan untuk berkata yang sejujurnya. "Gue tadi cuma mau matiin lampu ruang tamu, dan kebetulan lewat didepan kamar lo". Alibinya

"Hei hei!!memang ada orang lewat didepan kamar tapi malah ngetuk pintu? What the- sabar Ay sabar dia adik mu sendiri." Batin Ayna dengan menampilkan wajah seolah-olah bodoh dengan tersenyum yang dibuat-buat.

"Baiklah kalau begitu... Jadi adik ku yang dingin ini mau nggak nemenin kakak ke dapur buat susu coklat hangat?" Ujar Ayna sambil melangkah maju mendekati Alan dan secepat kilat menggandeng lengan adik cowoknya tersebut. Takut nanti nih anak satu nolak terus ngibrit balik ke kamar jadi buat jaga-jaga Ayna sandera saja salah satu tangannya.

Kaget itulah yang dirasakan Alan sekarang. Sudah sekitar 10 tahun ia dan Ayna tidak sedekat ini biasanya jika mereka tidak sengaja berpapasan di rumah maupun di sekolah keduanya hanya saling tatap beberapa detik lalu mengacuhkan satu sama lain. Tapi ini? Katakan pada Alan bahwa ini bukanlah mimpi! Ayna menggandeng lengannya dan itu nyata mereka bahkan tanpa sadar sudah mengobrol dengan santai tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALKAYNA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang