Di halaman sekolah sudah penuh dengan para siswa angkatan kedua tahun ini. Dengan beberapa barang bawaan, juga pengecualian khusus hari ini mereka diperbolehkan menggunakan seragam bebas. Tentu mereka tampil dengan outfit terbaik yang sekiranya terlihat sangat sesuai untuk usia mereka.
Saling berkumpul dengan teman-teman. Entah teman kelas atau teman lintas kelas. Yang tertutup ya hanya dengan teman kelas, yang senang bersosialisasi ya berkeliling. Seperti Renjun misalnya.
Lucas mengantar Renjun ke sekolah, tak lupa Chenle ikut juga. Dengan beralasan, "Mau lihat kakak, nanti tiga hari nggak ketemu soalnya!" kepada bundanya.
Renjun turun dari mobil dengan tas ransel berisi pakaian dan perlengkapan penting, ditambah dengan satu Tote bag yang Jungwoo siapkan. Renjun tidak tahu pasti isinya apa, yang pasti makanan.
"Renjun!" baru satu langkah dari mobil sudah ada yang memanggil. Mata Renjun memperhatikan sekitar, mencari siapa yang pertama kali menyapanya.
Senyum mengembang ketika mata sipit itu berhasil menemukan sosoknya. Perempuan dengan senyum manis dan rambut terikat sedikit, Yeji, temannya. Yeji mendekat ke arah Renjun, memberikan sapaan ramah kepada Lucas dan Chenle tentu saja.
"Udah tau bis nomer berapa?" tanya Yeji. Renjun menggeleng, masuk area sekolah saja belum bagaimana dia tahu tempat duduknya.
Beberapa saat mereka mengobrol hingga akhirnya Yeji pamit masuk lebih dulu. Renjun kembali fokus dengan barang bawaannya yang dibilang cukup ribet untuk Renjun yangㅡekhem, kecil.
"Mau ditunggu sampai berangkat apa boleh ditinggal?" Lucas bertanya setelah membantu si sulung meletakkan barang bawaan di bus.
Bapak anak dua dengan sifat protektif dan sangat bucin ini, sebenarnya tidak tega melepas si bungsu untuk study tour sendirian. Ya, walau sebenarnya tidak sendiri juga karena ada sahabat-sahabatnya, tapi tetap saja. Lucas takut anaknya kenapa-kenapa.
"Tunggu Yangyang dateng, boleh? Kakak nanti awkward kalau sendirian." Renjun menatap Papanya dengan penuh harap.
Chenle mendengar kalimat kakaknya bingung. Renjun merasa awkward? Sendirian? Padahal sedari tadi Chenle tidak berhenti mendengar teman-teman kakaknya menyapa. Bahkan beberapa kali Chenle juga mendapat sapaan ramah dari mereka.
-•••-
Kisaran pukul 10 pagi, bus pariwisata berisi siswa kelas delapan itu sudah berhenti di hotel yang akan menjadi tempat menginap mereka selama tiga hari ke depan. Masing-masing anak sudah mendapatkan kunci kamar, satu kamar tiga orang dengan roomate dipilihkan oleh wali kelas.
"Ih! Padahal pingin sekamar sama Yangyang," gerutu Renjun. Bibirnya cemberut dan mengomel lucu.
Terlalu lama mengomel sampai tidak sadar ada sahabat-sahabatnya sudah berdiri di pintu kamar memperhatikan dirinya.
"Ngomel terussss!" ejek yang paling chubby diikuti gelak tawa yang lain setelahnya.
Renjun menoleh dengan tatapan kesalnya. Memberikan lirikan tajam, seperti akan semakin mengomel setelah ini.
"Ngapain ke sini?!" nah, kan.
Dua teman sekelas Renjun yang menjadi roomatenya sudah keluar lebih dulu. Tepatnya setelah mereka memasukkan koper dan melihat tiga sahabat Renjun, karena mereka merasa pasti akan ada adegan mengomel dari Renjun.
Jaemin masuk lebih dulu. Dia berdiri di samping Renjun, sedikit menunduk hanya demi melihat wajah teman kecilnya ini. Yang lebih kecil beberapa cm itu sedikit mendongak, masih dengan ekspresi kesal, "Apa?!" katanya.
"Jangan marah-marah, nanti makin kecil." Jaemin menjawab sambil mengusak rambut hitam Renjun.
"Dilarang body shaming ya, Na!" semakin menajamlah itu tatapan si sulung Huang.
Haechan dan Jeno tertawa renyah melihat Jaemin dan Renjun. Sudah sering, sampai tidak ada yang berniat memisahkan.
"Kalian ngapain ketawa?" nah, kena juga mereka berdua.
"Ih, maaf, Njun. Tadi kita gak tau kalau bisa pindah bus." alasan Jeno untuk membela dirinya.
"Maaf, yaaaa," ini Haechan minta maaf. Bayangkan saja Seo Haechan minta maaf. Hanya Huang Renjun yang bisa, ya mentok Na Jaemin, kalau Jung Jeno mustahil.
Alasan Renjun kesal adalah mereka bertigaㅡJeno, Haechan, dan Jaemin, di dalam bus yang sama selama perjalanan. Bahkan mereka bertiga duduk berdekatan di bus, tidak mengajak Renjun.
Sedari mereka tiba di sekolah, Renjun merasa diabaikan. Mereka sibuk dengan entah apa dengan teman sekelasnya. Bahkan lihat dari pernyataan Jeno, Renjun seperti dilupakan. Bukan hanya tiga orang itu, Yangyang pun ikut pindah! Ya, untungnya Renjun masih duduk dengan Jongho, yang lumayan akrab dengannya.
Tidak mendapat jawaban dari si tertua, Jeno, Haechan, dan Jaemin saling bertukar pandang. Memberi sinyal dengan koneksi mata.
"NGAPAIN KALIAN, HEH!" teriak Renjun ketika tiga sahabatnya langsung memeluk tubuh kecilnya. Hingga hampir terhuyung jika saja Jeno tidak menahan punggung Renjun.
"Kalau gak dimaafin gak dilepas."
-•••-
-haiii, 5 bulan(?) nggak dateng, hehe. Rindu mereka? Atau nggak?
. Hope you like it, everyone!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [✓]
Fanfictionft. Luwoo Fams 2nd story of "Anak Manis" "Katanya temen kamu dikit, kok dimana-mana ada?" -> bxb! ->daily