. . . Hahahanjirr, kalah kok sama gepeng . . .
————
.
.
.
Ice gabut.
Sangat gabut.
Dari tadi ia hanya menatap malas tv di depannya yang menayangkan acara masak masak. Ga minat Ice tuh, minatnya dimasakin calon istri.g.
Entah hidayah dari tuhan atau memang ide yang tak sengaja menyempil, Ice ber ide menghampiri (name) dan mengajak tunangannya itu main.
Baru saja hendak berdiri, tiba tiba Gempa keluar dari kamarnya dengan terburu buru, sudah rapi menggunakan kemeja biru muda. Ia dengan cepat menghampiri rak sepatu dan dengan terburu memasangnya. Sebelum tangannya memutar knop pintu, ia berbalik menghadap Ice yang menatapnya bingung.
"DEK, JAGAIN KRISTAL YA, KAKAK ADA PASIEN DI PADANG"
Lalu keluar dengan bantingan pintu. Ice ngeblank. "Hah? Kristal? Ga ngikut bininya kak Gempa?" gumam Ice, lalu dengan cepat berlari ke kamar Gempa. Ia buka pintu cat coklat itu. Entah ia harus kesal atau merasa gemas melihat keponakan manisnya tertidur lucu.
"Sumpah dek, kamu kok ngga ikut mama mu aja sih, kan uncle mau ngapel"
Ciah, ngapel. Udah mau nerima nih mas?
Baru mau meratuki kesialan (?), Ice langsung sumringah melihat Blaze baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Aduhai ganteng banget iparku.
"Blaze! Jagain Kristal dong"
Blaze yang baru menjemur handuknya mengangguk, tapi tak lama tersadar. "Eh, tapi kan kak Gempa nitip ke lo? Bentar lagi gue harus ke perpus kota, dapet shift pagi" ucap Blaze berbalik menatap Ice.
Ice mengangguk, "Bentar doang kok! Gue mau bawa temen kesini"
Blaze mengangkat alis bingung. Inikan bukan hari libur, teman Ice yang mana yang tidak bekerja? Lagipula kenapa bawa? Kenapa tidak ditelfon dan memintanya?
"Kenapa ga nelpon?"
"Gatau nomornya, tau rumahnya doang"
Blaze menggeleng pelan. "Yaudah, jam sembilan harus di sini"
Ice mengangguk lalu berlari keluar, mengambil sepeda dan mengayuhnya dengan semangat.
Blaze antara mau kesal atau jengkel. Sekarang ini jam delapan seperempat, satu jam lagi ia harus tiba di perpustakaan kota, tapi kembarannya malah membawa sepeda? Kan ada motor gitu loh.
Entah kenapa Blaze merasa jiwanya tertukar dengan Ice.
Ice sendiri tengah mengayuh sepedanya menuju arah rumah (name), sesekali bersenandung dan menikmati hembusan angin pagi, meski tidak jernih karna asap motor kendaraan.
Niatnya ingin menjemput (name), eh yang mau dijemput sudah menampakkan badan. Ia keluar dari mini market, menenteng kantong kresek yang bisa Ice tebak isinya cemilan.
Tanpa basa basi, Ice menghampiri (name). Berdiri tepat di depan (name) yang kaget dengan orang yang tiba tiba berdiri di depannya dengan sepeda biru tua.
"Anjir, ngagetin! Siapa sih lo?!" gas (name).
Ice mengangkat kepalanya. Tersenyum sumringah pada (name). Yang mendapat senyum malah menatap cringe kepada Ice.
"Hih! Apaan senyum senyum anjir! Serem!" ujarnya dengan pukulan keras pada lengan Ice.
Ice mengaduh, tapi tak lama ia memutar sepedanya mengarah pada rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[02] optio mate ; ice ✔️
Random⎙ optio mate ; ice ⎙ ིི─䴩࡙࡙࡚࡛ perjodohan yang tidak terduga dan tidak terpikirkan olehnya ❝ tidak ada kata menyesal, pada akhirnya ❞ 𓍯 anak rumahan yang tiba tiba mendapatkan pasa...