❝ mantan ice ❞

297 60 46
                                    

. . . Oh Ice, lama ga jumpa . . .

————

.

.

.

Pagi cerah suasana yang baik untuk berolahraga. Tapi, sebenarnya suatu kelangkaan jika anak kelima dari anak ayah amato ini mau berolahraga terlebih lagi dipagi hari.

Melihat Ice yang siap dengan setelan pakaian olahraga, sudah tampan dan rapi meski belum mandi—mandinya pulang olahraga—membuat satu rumah tidak bisa berkata kata.

Blaze yang baru saja menyetrika menjatuhkan kembali pakaian yang diangkatnya. Thorn yang sedang menyuapkan sesendok mie goreng instan ditemani anime dilaptopnya terhenti seketika. Solar yang sedang live instacenti berhenti berbicara. Taufan yang baru masuk sambil menenteng buah mangga permintaan istri Hali ternganga. Gempa yang sedang menyusun meja makan bersama sang istri mengambangkan tangannya kaku diudara. Dan Halilintar yang sedang membaca novel menatap kaget pada adiknya dengan keadaan mematung.

Sungguh perubahan yang membuat satu rumah tercengang. Alay memang, tapi begitulah adanya.

"SUMPAH DEMI APA ICE JALAN PAGI?!" Pekik Blaze setelah sadar dari lamunannya. Diikuti yang lain, yang kini menuntut penjelasan pada Ice.

"Janjian sih pasti sama calonnya" ujar Taufan, melempar mangga pesanan iparnya pada Halilintar.

"Apa perlu dirayain?" Solar ikut ikutan bertanya. "Pena merah pena merah, harus tandain kalender nih" Thorn merogoh kotak pensil hitamnya yang kebetulan dibawanya, karna tadi sekalian mensketsa dekorasi untuk perombakan tokonya nanti.

"Dek, kamu gapapa kann?" Gempa meninggalkan meja makan dan berjalan menuju Ice yang kini memasang tali sepatunya.

"Kalian tuh kebiasaan, kalau gue malas dikomentarin, gue rajin malah ga percaya. Pergi dulu, ga ada nitip nitip, Blaze. Bye, Assalamu'alaikum" ketus Ice. Ia berdiri lalu keluar sambil membanting pintu.

Menyisakan penghuni rumah yang haru karna Ice akhirnya mau berolahraga setelah sekian lama. Dan Blaze yang masih terkejut karna Ice tau niatnya.

Oke kita abaikan haru hara keluarga diatas, sekarang kamera akan menyorot sang tokoh utama, Bima Aisara Ilyasa.

Ice menggeram pelan, headphone ditelinganya diturunkan karna bosan mendengar lagu yang sama. Sebelah tangan dimasukkan kedalam saku celana, sedangkan mata menyusuri taman yang kini dipenuhi pedagang kaki lima.

"Hadeuh, laper tapi ga selera makan anjir" gumam Ice, hendak berbalik badan tapi urung kala mendengar sapaan tepat dibelakangnya.

"Oh Ice, lama ga jumpa"

Ice bergidik. Tubuhnya entah mengapa terasa merinding.

Suara mantan pertama dan terakhirnya memasuki gendang telinga meski otak enggan menerima. Dengan kaku Ice berbalik dan mendapati sepasang suami istri dan anak berumur dua tahun digendongan si pria.

"Sendirian aja Ice? Masih jomblo abis kutinggal nikah?"

Sudut alis Ice berkedut mendengar ocehan wanita beranak satu tersebut. Senyum terpaksa dibuatnya menatap pasutri didepannya.

"S-soal itu, bukan urusan lo kan?" ujar Ice. Wajahnya berusaha dibuat senormal mungkin, meski hati bermaki maki ria.

"Bilang aja sih masih bujang, umur udah dua puluh lima kok belum nikah"

Bak tertampar setrikaan yang menyala, hati Ice berasa berkedut nyeri. Ingin ia membalas dengan membuka aib dua orang didepannya, tapi mengingat Gempa yang selalu menasehatinya untuk menahan amarah membuatnya urung.

[02] optio mate ; ice ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang