. . . Bukan karna keuntungan, tapi kalian . . .
————
.
.
.
Ice melangkahkan kaki dengan heran, menyusuri lorong kantor daerah padang milik sang ayah yang kini dipegang oleh kakak sulungnya.
Meski heran, raut wajah kesal tidak bisa tertutupi. Hari pertama liburan indah yang diberikan kantornya malah diisi dengan teriakan riang sang ayah yang menyuruhnya untuk kekantor sang kakak.
Diawal ia sudah menolak, namun saat Gempa, kakak ketiganya yang meminta, tidak akan bisa ditolaknya, ditambah lagi Taufan menyerangnya dengan pesan pesan whatsapp atau dm ig, pesan email dan sebagainya.
Halilintar yang diharapkannya pun malah tersenyum dan menyuruhnya untuk datang saja.
Menyuruh Blaze pun, sang kembaran tengah berkelana mengelilingi benua australia.
Sibuk memikirkan berbagai hal, hingga langkahnya berhenti diruangan rapat kakaknya. Meneguk ludah sebelum memutat knop pintu.
Setelahnya ia tidak mampu berkata apa apa lagi. Suasana tegang menghampirinya kala menginjakkan kaki di ruangan bercat abu itu. Sang ayah yang duduk dikursi tengah, diapit dengan kakak sulunnya disebelah kanan, diikuti Taufan dan Gempa juga disebelahnya. Sedang dikiri sang ayah, terdapat pria paruh baya dengan wibawa kuat tengah tersenyum sambil berbincang dengan sang ayah, disebelahnya ada istrinya (?), juga dua anaknya (?)
"Oh Ice, dah datang, duduk disebelah Gempa ya"
Ice mengangguk patah patah. Dengan kaku masuk kedalam ruangan dan menutup kembali pintu yang tadi dibukanya.
Netranya menatap sang kakak sulung yang jarang tersenyum kini malah tersenyum dengan manis.
Ada apakah gerangan sang kakak akhir akhir ini sering tersenyum?
Ice duduk diseberang gadis yang kini menggunakan gaun putih dengan corak biru tua, rambut diikat dengan tangan yang sibuk dengan cake redvelvet didepannya.
"Karna Ice sudah datang, mari kita mulai pembicaraan ini" pria paruh baya yang tidak dikenal Ice berbicara. Ice mengangkat alis, begitupun gadis dihadapannya.
"Silahkan, tuan amato" lanjut pria itu, mempersilahkan ayah dari tujuh anak itu untuk berbicara.
"Ice, akan dijodohkan dengan (name)"
Hening.
Yang tidak disebut namanya menatap dua orang yang kini sama sama membolakan matanya. Terlebih dua ayah yang sedang tersenyum bahagia akan lepasnya masa bujang dan gadis anak mereka.
Brak!
"Loh kok main jodoh jodohin?!" pekik gadis bergaun putih biru itu, tangannya yang serempak dengan Ice menggebrak meja ditarik kembali. Menuntut penjelasan pada sang ayah yang sedang tersenyum penuh makna padanya.
Merasa dihiraukan, gadis itu menatap ibu dan kakaknya yang masing masing menampilkan wajah haru dan wajah menyebalkannya. Membuat gadis itu mengepalkan erat tangannya.
"Ayah, mas, abang, kakak, maksudnya apa?" gantian sekarang Ice yang bertanya. Menatap penuh menuntut penjelasan pada tiga pemuda yang dikaguminya. Lalu gantian memelas pada sang ayah.
"Alasan paman ingin menjodohkanmu dengan anak paman itu sederhana, karna paman tau kamu yang terbaik" ujar paman tersebut. Sedang sang istri mencubit lengannya lalu menatap Ice dengan teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[02] optio mate ; ice ✔️
Diversos⎙ optio mate ; ice ⎙ ིི─䴩࡙࡙࡚࡛ perjodohan yang tidak terduga dan tidak terpikirkan olehnya ❝ tidak ada kata menyesal, pada akhirnya ❞ 𓍯 anak rumahan yang tiba tiba mendapatkan pasa...