❝ warung gorengan ❞

287 63 25
                                    

. . . Cobalah mulai saling mengerti . . .

————

.

.

.

Ice baru saja melemparkan ponsel bercasing biru polos ke sebelah posisinya yang sedang berbaring di kasur. Ia merasa kesal karna teman temannya entah kenapa tiba tiba membatalkan rencana bukber mereka. Kebiasaan sekali memang, dan lama lama ia jadi kesal dengan budaya itu.

Pemuda surai coklat putih itu menghela nafas. Beranjak dari kasur dan mengambil gitar. Meski tak se ahli Solar atau Blaze, Ice sedikit pandai memainkan alat musik kayu dengan enam senar itu.

Ia duduk di balkon, berhadapan dengan pohon pohon yang tumbuh hasil jerih payah adiknya. Tangannya dengan pelan memetik alat musik yang tadi dibawanya. Terlalu serius hingga tiba tiba pundaknya ditepuk oleh sang kembaran.

"Oit, siap siap gih, udah jam lima nih" suruhnya tiba tiba. Ice menoleh, menatap heran pada Blaze yang kini sudah rapi dengan kaos hitam dilapisi kemeja merah kotak kotak dan rambut yang rapi sudah berdiri di belakangnya.

"Mau kemana emang?" tanya Ice. Ia pasrah saat Blaze menarik tangannya, memaksanya untuk berdiri.

Blaze tersenyum kecil, "Mumpung bukbernya gajadi, mamanya (name) ngajak bukber nih" jawab si api merah. Ice yang tadinya pasrah kini menahan gerakan kembarannya itu. Membalikkan badannya secara paksa lalu melotot kesal.

Dia masih belum terima dengan rencana ini.

Belum terima belum terima, tapi asik aja tuh main sama anaknya.

Kalau saja Blaze lupa jika sedang berpuasa, ia pasti akan mengucapkan itu dan akhirnya memancing emosi adik kembarnya.

"Apa apaan?! Biar apaa?!"

Blaze mengangkat bahu tidak peduli, lebih memilih untuk mengobrak abrik lemari adiknya dan memilihkan baju yang bagus. Mengabaikan Ice yang masih berbusa dan mengocehkan penolakan penolakan. Jujur saja, Ice kalau kesal tidak akan berhenti diam. Padahal dia itu anaknya tidak suka banyak bicara.

Tapi, Blaze paham dengan saudaranya itu.

"Nih, kembaran aja kita bajunya" ucap Blaze memotong ocehan Ice. Ia mengeluarkan kaos putih dan kemeja biru kotak kotak yang mirip dengan kemeja yang sedang ia pakai, juga mengeluarkan celana jeans coklat muda yang sama dengan miliknya.

Ice menghela nafas, ia memilih melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk cuci muka agar terlihat segar, dibanding makan hati karna ocehannya tidak dianggap sama sekali oleh kembarannya.

Hanya butuh waktu setengah jam, kini Ice, Blaze dan kedua orang tuanya sudah berada di mobil. Blaze yang mengendarai. Ice disampingnya masih mengomel kecil, membuat kekehan keluar dari mulut ibu mereka.

Jika kalian bertanya, kenapa hanya berdua? Halilintar dan keluarganya berencana berbuka diluar, keluarga Gempa sudah kembali ke Padang, dan keluarga Taufan juga sedang berada di Pariaman. Dua adik bungsu pun berbuka bersama dengan teman SMA mereka, sekalian reuni katanya.

Lagi pula jika dibawa semua, keluarga calon Ice akan kerepotan, kan?

Rumah tunangan Ice itu tidak jauh, dengan mobil pun hanya perlu tiga menit.

Seperti yang di harapkan, kehadiran keluarga Amato disambut baik oleh keluarga calon Ice ini. Meminta mereka masuk, lalu berbincang hangat dengan berbagai menu buka puasa diatas karpet yang mereka duduki.

[02] optio mate ; ice ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang