Janji

10 5 0
                                    

[POV Rahman]

Sesampainya kami di sawah, ternyata di sana sudah ada beberapa bapak-bapak dan sepeda yang saya pinjam sudah dinaikkan ke jalan. Reza sempat mengatakan kalau sawah yang saya rusaki adalah milik bapak-bapak yang memiliki wajah teduh, tepat di  bawah yang sedang melihat-lihat sawahnya , yang tidak lain dan bukan adalah bapak yang mengantarkan saya ke rumah Reza.

Bapak yang bernama Husein itu sangat menyayangkan sebagian sawahnya rusak, tapi meski begitu dia tetap bermurah hati mau memaafkan saya. Reza juga mengatakan kalau kami akan mengganti biaya kerusakannya. Meski sempat ada drama penolakan, Bapak Husein akhirnya menyetujuinya sebagai permintaan maaf dari saya.

Di perjalanan pulang sembari mendorong sepeda, saya tiba-tiba teringat tentang motor Ana. Saya lalu berhenti sebentar dan menatap Reza. "Za, kamu pulang duluan saja. Saya ada urusan sebentar sama seseorang," ujar saya.

Reza menatap heran. "Urusan apa? Kamu kan baru sampai di desa? Kamu kenal orang lain di desa ini? Kalau begitu kita sama-sama saja perginya. Saya kenal semua orang di desa dan mungkin saja kamu perlu bantuan saya nanti."

Saya menggeleng cepat. Saya sudah janji sana Ana untuk tidak memberitahu Reza tentang motor, dan janji harus ditepati. "Tidak usah, Za. Terima kasih. Tapi saya harus pergi sendiri."

Reza diam sejenak menatap mata saya. Lalu mengangguk. "Ya sudah. Kamu hati-hati, ya. Sepedanya biar saya yang bawa pulang," ucapnya mengambil alih sepeda di tangan saya.

"Tapi, Za. Kamu bisa tunggu saya di masjid saja, tidak? Jangan pulang dulu." Saya baru terpikir, jika Reza pulang maka sudah pasti dia tahu kalau motor Ana tidak ada di rumah.

Tapi kalau dipikir-pikir, waktu Reza pergi masjid untuk ngajar ngaji, kan, motor Ana memang sudah tidak ada di rumah. Apa dia sadar motornya tidak ada, atau tidak? Tapi kalau dia sadar pasti sudah bertanya pada Ana sewaktu di masjid. Jadi dugaanku sepertinya dia belum sadar karena mungkin buru-buru saat itu.

"Lho, kenapa? Masa saya bawa sepeda kotor ke masjid? Nggak enak kalau ada yang lihat." Alis Reza berkerut.

"Sebentar saja, kok. Pokoknya nanti saya bersihkan area masjid yang terkena kotornya kalau saya sudah sampai."

Reza menghela napas. "Ya sudah. Kalau begitu saya duluan, ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," balas saya sembari menatap kepergiannya.










Bersambung ....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thankyouuu, I love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang