02

2.5K 237 2
                                    

Aku dan Gema sudah sebulan menjalin pertemanan, aku ingin mengingat setiap detik kebersamaan kami.

Aku pun memutuskan membeli buku catatan agar bisa di kenang. Aku mulai menulis awal mula pertemuan kami hingga akhirnya aku menerima Gema sebagai teman ku.

Tapi satu hal terus mengganjal di benak ku tapi tak mampu ku katakan pada Gema.

Aku pun tak mau merusak pertemanan indah ini. Setiap hari sebelum belajar malam, aku selalu menulis cerita hari ini di buku catatan.

Tentang Gema yang di lempar spidol oleh guru karena terus mengoceh dan  tentang Gema yang masih saja tidak mau makan wortel.

"Hehe.. apa ini ? Yang ku tulis semua tentang Gema" kata ku dengan tawa kecil tapi tawa ku langsung menghilang saat mamah mengingatkan ku untuk minum obat.

Aku sudah cukup lelah minum obat tapi kalau tidak ku lakukan hal buruk mungkin akan terjadi.

"Aku masih mau melihat tawa Gema" gumam ku pelan.

.
.

"Hei Egi.."

"Iya ?" Jawab ku saat Gema tiba-tiba menyeret kursinya untuk duduk di hadapan ku.

".. kamu tau, sekolah kita mengadakan Hiking beberapa hari lagi.. anak kelas satu juga boleh ikut"

"Hiking ?" Tanya ku.

"Hm, kita naik bukit.. ya, tidak ada gunung disini jadi sasarannya hanya bukit, hehe"

"Ah, apa kegiatan seperti itu membawa beban berat dan jalan kaki ?"

"Haha, pertanyaan macam apa itu.. tentu saja, kita disana dari malam sampai malam jadi perlu makanan tapi untuk peralatan lain sudah ada panitia yang membawanya.. bukit kali ini cukup tinggi, jadi kita bisa melihat matahari terbit dan terbenam"

Mendengar apa yang Gema katakan, aku langsung memasang wajah ragu.

"Kenapa Egi ? Kamu tidak mau pergi ?"

"Bu-bukan begitu, aku hanya-" belum selesai Egi bicara Gema langsung memotong kata-kata Egi.

"Aku berharap kamu mau ikut, aku mau mengambil foto sunrise bersama mu.. pasti sangat indah"

Aku tidak mau membuat Gema memasang wajah seperti itu, aku mau dia senang.

"Aku ikut!"

Gema langsung tersenyum.
"Kamu serius mau ikut ?"

"Hm, aku mau.. tapi kamu mau kan membawa tas ku ?" Tanya ku pada Gema.

"Hei.. tenang saja ! Pundak ku kuat! Kamu pun bisa ku gendong!"

"Haha.. aku masih bisa jalan sendiri"

"Hehe.. bercanda Egi" aku senang Gema kembali ceria, dia terlihat bersemangat.

Gema memberi arahan untuk mengisi formulir pendaftaran Hiking. Diam-diam aku menyiapkan barang-barang ku untuk persiapan Hiking.

Kalau orang tua ku tau, mereka pasti marah besar itu sebabnya aku tidak mau memberitahu mereka.

Hari Hiking pun tiba, saat jam 2 subuh aku diam-diam keluar dari rumah membawa tas ku.

Panitia memilih jam 2 agar saat kami sampai di atas bukit, kami langsung melihat sunrise.

Panitia juga menyewa bus dan menjemput para siswa yang ikut sesuai alamat yang mereka tulis dan aku menulis alamat di persimpangan jalan rumah ku agar orang tua ku tidak tau kalau aku pergi Hiking.

Saat masuk ke bus, beberapa orang melihat ku. Aku mencari Gema di antara orang ini.

"Egi ! Di sini !" Gema menepuk kursi di sampingnya.

Aku tersenyum, aku langsung duduk di dekat Gema.
"Kamu tau, perlu perjuangan untuk mengamankan tempat duduk ini.. mereka berebutan mau duduk disini"

Aku langsung tertawa pelan.
"Kamu sudah bekerja keras.. terima kasih"

"Hehe... Tidak jadi masalah"

Setelah menjemput seluruh anggota, kami langsung tancap gas menuju lokasi Hiking. Seperti yang Gema katakan, bukitnya cukup tinggi.

Kami mulai mendaki, baru beberapa langkah aku sudah merasa lelah. Gema langsung mengambil alih tas ku.

"Ayo Egi.. semangat!" Gema mengulurkan tangannya pada ku, aku tersenyum.

"Kamu punya semangat yang besar" kata ku pada Gema yang Gema balas dengan tawa.

Gema menggenggam tangan ku erat.

Beberapa siswi yang berpapasan dengan kami langsung memasang wajah asam.

"Heh.. ada beban" kata salah satu siswi menyindir aku.

"Ya.. aku lelah, apa kamu mau menarik tangan ku ?"

"Idih, jangan sok lemah.. kamu kan wanita" kata mereka dengan tawa.

"Haha.. justru karena aku wanita, harusnya kalian bantu"

"Hei! Jangan cuma menyindir.. katakan langsung di depan wajah ku !" Kata Gema.

"Ih Gema.. kami hanya bicara satu sama lain bukan menyindir.. " salah satu wanita menatap sinis pada ku.
".. kalau ada yang merasa tersindir ya itu masalah untuk dia"

"Tapi sama-"

Aku langsung melepas tangan Gema.

"Gema, sudah cukup.. aku bisa jalan sendiri"

"Lihat kan, dia hanya pura-pura lemah.. ini Gema, pegang tangan ku saja, aku juga lelah"

Gema langsung menepis tangan wanita ini.
"Jalan sendiri.. kamu punya kaki"

"Cih .. dasar Gema ! Pilih kasih !" Mereka langsung berlalu menjauh dari aku dan Gema.

Gema beralih pada ku.
"Kamu yakin mau jalan sendiri, berpegangan tangan jauh lebih mudah" kata Gema.

"Iya, aku sudah tidak apa-apa" jawab ku dengan senyuman.

"Kamu duluan, aku di belakang mu"
Gema beralih berdiri di belakang ku.

"Ah, i-iya"

Perlahan kami mulai naik lagi, Gema berjalan menyesuaikan dengan langkah kaki ku, dia juga membawa tas dan senter.

Sekuat tenaga aku naik ke atas bukit, aku juga mau mengambil foto sunrise bersama Gema.

.
.

Bersambung ...

(BL) CERITA SINGKAT By.FloRoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang