✨ She Look So Perfect ✨

9 4 0
                                    

Lelaki berambut merah itu sedang tertawa senang bersama teman-teman di belakangnya. Tangan lihainya dengan cepat merobek kertas-kertas yang ia bawa.

Tawa itu, tawa ejekkan. Menggema ketika kertas-kertas yang ia robek berserahkan di bawah kakinya. Tepatnya di pinggir lapangan basket terbuka dengan banyak teman-teman bahkan dari kelas lain yang mengerumuni lapangan tersebut.

"Kamu jahat Kris! Itu kertas-kertas berisi rangkuman untuk materi makalahku! Sekarang apa yang harus kamu lakukan untuk memperbaiki semua kertas-kertas ini, huh?!", teriak gadis itu kesal. Membentak lelaki bernama Kris di hadapannya yang terus mengangkat dagu mengejeknya.

"Hey, gadis berambut gelombang! Cari tahu sendiri solusinya! Memangnya gue mau mikirin? Itu derita lo, cupu", Si Kris meletakkan telunjuknya di dahi gadis itu dan mendorongnya. "Ayo pergi, guys", dan membiarkan gadis itu malu di hadapan siswa lainnya.

Gadis berkacamata bulat bening yang kerap disapa cupu itu mendengus. Ia kesal lantaran pagi ini seharusnya ia dapat menyelesaikan makalahnya dengan cepat dengan bantuan komputer di sekolah nanti.

Namun saking terburu-buru, ia menabrak si Kris dan kawan-kawannya saat melintas jalan tercepat menuju laboratorium komputer. Lapangan basket outdoor.

Dan beginilah akhirnya. Ia harus berusaha lebih keras lagi untuk menyusun materi makalah yang harus ia kumpulkan dua hari lagi. Juga menahan malu karena ia menabrak Kris di pinggir lapangan yang sedang mengambil bola basket.

°°°

" Eh itu kan yang namanya Julia?", ucap seorang gadis berambut cokelat terang dan diikat dua di atas dengan menunjuk gadis di seberangnya.

"Iya. Si cupu", balas temannya cekikikan.

"Kemarin dia telah dipermalukan oleh Kris. Hahaha. Poor nerd"

Tawa. Ejekkan. Etcetera.

Itu semua mengisi perjalanan si cupu, ah maaf, Julia maksudnya, menuju kantin.

Kehidupan tenang Julia selama dua tahun terakhir di sekolah swasta ini harus terusik hanya karena ia 'tidak sengaja menabrak' pangeran sekolah mereka di lapangan. Berita, ah bukan, lebih tepatnya kabar, itu menyebar ke seluruh pelosok, setiap sudut sekolah.

Sungguh, ia tak menyangka tahun terakhirnya akan menjadi seperti ini.

Cukup. Julia cukup berusaha untuk tenang, ia yakin tak akan berhadapan dengan pujaan hati para gadis di sekolahnya lagi.

"Keep calm, Julia. Cukup jangan dengarkan kicauan mereka. Dan jalani tahun terakhirmu dengan mengalir ", ucapnya menenangkan dan menyemangati dirinya sendiri.

Julia menempati bangku kantin yang kosong karena ketika berjalan menuju bangku itu seorang lelaki dan tiga gadis pergi dari sana karena melihatnya akan duduk di bangku tersebut.

Tidak memiliki teman adalah hal yang biasa bagi Julia. Sewaktu ia masih di tingkat Junior di Aussie ia tidak banyak memiliki teman. Dan di Indonesia ini, ia sama sekali tidak memiliki teman. Teman ada ketika ada tugas kelompok dari guru saja. Setelah itu tidak ada.

Tangan kanan dengan jam pink pastel yang melingkar di pergelangannya, menujulur, mengambil botol sambal. Ia menuangkan isi botol itu ke dalam mangkuk berisi sayur dengan banyak wortel dan kentang itu sedikit demi sedikit.

" Yahoo!! Ada si cupu nih", seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Julia sedikit berjengit dan sedikit menggeser duduknya karena lelaki itu duduk menempel dengannya.

Ketiga temannya yang berperawakan angkuh itu duduk di seberangnya.

Julia tidak peduli. Seperti ucapannya keep calm tadi. Ia tetap mengaduk isi mangkuknya, menyendok lalu memakannya perlahan, tidak menghiraukan keberadaan orang-orang yang mengganggunya.

StoryboardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang