Mean Sixpack (011021)

217 28 13
                                    

"perasaan yang ada potosyut Mean doang. ngapain lu ikut?"

Plan nggak membalas pertanya PiGem. dia santai aja langsung masuk ruang potosyut dan duduk di sofa.

"Mo lanjut kencan ya habis ini?" PiGem masih nanya.

"Nggak kok, itu Pipen disuruh PiGong buat dateng." sahut Mean sambil nyengir, aktor itu juga langsung menuju ruang ganti untuk segera dirias.

Mereka emang dateng barengan, tapi dengan kondisi muka yang jauh berbeda. Mean dateng dengan wajah sumringah dan semangat, Plan dengan muka bantalnya—dia bahkan belum mandi.

Jelas saja belum mandi, Plan baru tidur subuh dan disuruh bangun jam 8 buat ke tempat potosyut Mean dengan majalah Mint. kenapa disuruh ikut? jangan tanya Plan, tanya PiGong.

"Buset, gada cakep-cakepnya banget ni orang." Ledek PiGong yang melihat Plan melungker di sofa.

"Muka kita kan mirip berarti PiGong juga kaga cakep." sahut Plan enteng. Perempatan marah lantas muncul di jidat yang lebih tua. "Bangun! sana lihat si Mean lagi ditato tuh."

"Nggak mau ah. cuma tato stiker doang. nggak ada keren-kerennya samsek."

"Yakin nggak keren?" Nada PiGong terdengar usil, membuat Plan bangun dari tiduran lalu melirik ke pojok kanan di mana Mean sedang dipasang tato sticker oleh salah satu stylist dan dibantu dengan PGem yang juga merias wajah Mean.

"Liat tuh, sixpack banget." kata PiGong lagi. Plan memutar bola matanya. "Gue kurus ceking aja udah banyak yang suka kok, kalo kayak dia ntar kasian banyak yang insecure"

PiGong malah ketawa. Disaat bersamaan Mean juga tertawa. Bukan karena celetukan Plan, tapi karena tato sticker bentuk mata yang harusnya di tempel di pusar Mean.

"Ih jangan gerak-gerak, Mean!" tegur stylistnya. Tapi Mean tetep ketawa. "Geli, Pi!"

"Ya makanya tahan! ini ga kelar-kelar sisa satu tato lagi."

Tapi tetap saja tiap ditempel pasti geli, reaksi Mean seperti uler keket yang menggelepar tiap sticker itu hendak ditempel.

"Sini gue aja yang nempel," Plan datang tiba-tiba, dengan ekspresinya yang sok jago tapi gemesin ((itu menurut Mean loh)), pemuda imut itu meraih tato sticker  dari stylist rekannya lalu langsung berjongkok di depan Mean. Posisi itu membuat PiGong teriak dalam hati.

"Bahaha akhh geliii~"

"Diem ih, Mean"

"Geli sumpahhhh. perut gue tuh sensitif, Pi."

Ternyata percuma. Mean tetep aja kayak ulet keket yang menggeliat tiap sticker itu mau ditempel di pusarnya.

Tapi Plan nggak kehabisan ide. Ia menyentuh pusar Mean, tangannya bertahan disana. "tahan, tahan." ucap Plan tegas. "Lu harus tahan dan rasain sensai tangan gue, biar terbiasa dan ga geli."

Mean nurut walopun tetep kegelian, badannya serasa ingin bergerak mundur tapi ia berusaha menahan. Cukup lama tangan Plan disana—sekitar 2 menit, baru setelahnya Plan buru-buru menempel tato sticker bentuk mata.

"Gausah di udel banget gapapa kan?" Plan memastikan sebelum melepas stickernya dan langsung di-iyakan oleh stylist.

"Nih udah. Lama sih lu!"

PiGem yang melihat Plan bangkit lalu kembali berjalan ke sofanya hanya geleng-geleng kepala.

Potosyut langsung dimulai setelah Mean siap dengan rambut dan makeupnya. Sementara Plan menyaksikan dari sofa sambil makan ciki yang didapatnya dari PiGong.

"ck, ketimbang pasangannya lu lebih mirip kayak anak dia yang lagi nungguin bapaknya kerja." sindir produser itu, tapi Plan tetep anteng dan jawab dengan kasual. "Gue emang bisa jadi siapa aja tau, Pi. Mean aja kadang nganggap gue jadi budaknya."

PiGong langsung kaget, "Bukan budak sex kan?"

"Pikiran Pi kemana-mana," dengus Plan. "Budak kerja lah."

"kirain... kalo beneran gue seneng banget."

"Ngimpi." Plan balas tertawa.

End of this Chapter
.
.
.
.

A/N : Mean dengan sixpack dan tato adalah kombinasi kegantegan yang hakiki. kebayang kalo Plan disana megang-megang perut sixpacknya Mean addfgghhjkkll 🙈

New Journey, New ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang