"Ezra, lo kenapa?"
......
"Hey, Ra!?"
"Haah gua gapapa, yuk"
"Serius gapapa?"
Ezra hanya mengangguk lalu menyalakan mesin motornya. Memberi helm kepada Cyra dan menyuruhnya naik. Ezra hanya mengemudikan motornya tanpa suara, dan Cyra hanya terdiam karena takut salah bicara. Tapi Ezra terus mengemudikan motornya dengan kecepatan lebih tinggi dan mereka memasuki jalur yang tidak Cyra kenal.
"Ra, kita mau kemana siii?"
"Puncak"
"Hah ngapain?"
"Jual ubur-ubur"
"Seriuuus Ra, bawa motornya gausah ngebut-ngebut, gua belom siap mati"
"Mati aja yuk Ra"
"Jangan. Kaya udah banyak ajaa amal lo"
Ezra tidak lagi menanggapi. Mereka menikmati perjalanan dalam diam. Sibuk dengan isi kepala masing-masing. Tapi sama-sama tenang dan menikmati setiap jalan yang dilewati. Sampai pada akhirnya Ezra menghentikan motornya di sebuah warung kopi.
Mereka memesan menu paling favorit di warung itu, yaitu teh manis dan indomie rebus. Mereka menikmatinya dalam hening tanpa peduli riuhnya orang lain di sekitar mereka. Hingga akhirnya Cyra memulai percakapan,
"Ra, kita jangan pulang kemaleman ya, kasian bunda"
"Iyaa, bentar lagi kita balik ya"
"Kesini cuma buat makan indomie?"
"Buat mati si awalnya"
"Kenapa ga jadi?"
"Lupa kalo gua bawa anak orang, mana diingetin kalo amal gua belum banyak"
"Ya gua ga tau si udah banyak apa belum amal lo, cuma kalo mau mati jangan ajak-ajak gua"
"Ga jadi deh, kalo udah disini biasanya gua ngundurin niat gua buat mati"
"Berat banget ya Ra sampe pengen mati?"
"Ga juga sih, iseng aja"
"Aneh lo"
Ezra tidak lagi menanggapi. Ia mengeluarkan rokok dan korek dari saku jaketnya. Lalu merokok dengan pandangan yang entah kemana, tak lama ia kembali mengambil satu batang rokok lalu menawarkannya kepada Cyra
"Mau rokok ga?"
"Ternyata selain aneh lo juga gila Ra"
"Kenapa? menurut gua boleh aja ko cewe ngerokok"
"Yaaa i know, boleh banget lah kan itu hak mereka. Mereka mau mabok pun terserah"
"Ko sewot? padahal cuma nawarin"
"Apa enaknya sih rokok?"
"Enak ajaa"
Cyra tak lagi menimpali, ia heran kenapa bisa-bisanya ia ikut laki-laki ini ke puncak. Menjadi ajang pencarian maut dan latihan kesabaran menghadapi manusia ini. Tapi Cyra tak mau ambil pusing. Sejujurnya ia senang karena bisa sedikit menenangkan pikirannya yang kacau akhir-akhir ini.
*****
Kini Cyra berada di rumah sakit, duduk disamping bunda yang terbaring. Ezra mengantarnya sampai depan rumah sakit lalu pamit pulang. Ternyata malam ini papa datang untuk menjaga bunda, dan menyuruh Cyra istirahat di rumah bersama Cakra. Kini Cyra bersiap untuk pulang setelah memesan ojek online
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinai
Teen FictionSaat orang lain bilang masa sekolah menengah adalah waktu paling menyenangkan. Tapi tidak bagi seorang Cyra Zalika yang harus kehilangan banyak hal saat itu. Kehidupan sekolah menengah yang menjadi impiannya harus berakhir menjadi mimpi buruk saat i...