Prolog

819 70 49
                                    





















Pagi hari cerah dengan sambutan mentari pagi yang hangat, semua kegiatan kegiatan dimulai kembali. Burung-burung di pepohonan berkicau begitu merdu sembari desiran angin pagi sejuk menyentuh kulit.

Dibandingkan dengan semua hal indah di pagi itu, terdapat hal yang lebih indah lagi membuat hati seorang gadis terfokus hanya padanya. Suara yang sudah familiar di telinganya berulang kali terdengar, sekarang mereka sedang berbincang hangat.

Sang gadis menghirup udara beraroma parfum yang juga sangat familiar untuknya lalu beralih memandang gulungan kemeja berwarna ungu muda pada lengan sang lelaki familiar tersebut. Dasi berwarna merah tua yang terikat rapi, ditutupi dengan vest berwarna cream, sang lelaki familiar sedang tidak memakai almamater putihnya, namun terlihat lebih menarik, pikir sang gadis.

Kedua sorotan mata berkilauan disertai pupil yang perlahan-lahan membesar mulai naik menatap lekat kembali kedua iris caramel yang sedari awal tidak lepas menatap lekat sang gadis. Perlahan-lahan mulai terukir senyuman tipis pada wajah sang lelaki familiar membuat wajahnya semakin ganteng saja.

Aduh. Pagi pagi begini, sang gadis sudah disuguhkan nikmat dunia oleh Tuhan.

Senyuman tipis dari sang lelaki familiar tersebut dibalas kembali dengan senyuman lembut oleh sang gadis disertai rona tipis pada wajahnya yang tidak terlihat jelas.

Sang lelaki familiar adalah Oikawa Tooru, seorang Setter terkenal di Sekolah Menengah Atas Aoba Johsai. Oikawa Tooru juga cukup populer dikalangan para gadis di sekolahnya maupun dari sekolah lain karena tampang dan karismatik dalam dirinya. Sedangkan sang gadis adalah (Last Name)(First Name), satu sekolah dengan Oikawa Tooru. (Last Name) (First Name) merupakan gadis yang juga cukup terkenal karena prestasinya selama menjabat sebagai Ketua Klub Seni, perawakan yang tenang nan ramah, dan tidak terlupakan ialah paras cantik serta manisnya.

Oikawa dan (Last Name) merupakan teman sekelas, bisa dibilang mereka berdua adalah teman yang cukup dekat walaupun jarang sekali adanya komunikasi langsung. Hal tersebut terjadi karena keduanya sibuk. Jadi, mereka lebih sering berkomunikasi menggunakan handphone.

(Last Name) berulangkali terus-terusan menghirup dari jarak sedikit lebih dekat aroma parfum milik Oikawa, aroma parfum Oikawa sangat memabukkan dirinya.

"Aroma parfumnya bikin candu banget. Sial." batin (Last Name)

Tidak lama setelah pernyataan batin (Last Name), Oikawa menaruh sebuah permen di atas meja. Alis (Last Name) mengkerut melihat permen itu, dia bingung akan maksud Oikawa.

"Permen yang ku bilang kemarin malam di chat." ujar Oikawa

"Huh?" bingung (Last Name)

(Last Name) terdiam sejenak untuk mengingat chat dengan Oikawa semalam. Tiga detik, lima detik, delapan detik dan akhirnya (Last Name) mengingatnya. Semalam, Oikawa memang mengirimkan sebuah potretan permen pada (Last Name), lalu (Last Name) meminta permen tersebut dibawakan besok. Sebenarnya hal itu hanya candaan, tapi nyatanya dianggap serius.

Setelah mengingat candaannya yang dianggap serius oleh Oikawa sekarang membuat hati (Last Name) sedikit tidak enak.

"Padahal aku bercanda aja tau, jadi ga enak." balas (Last Name) tidak enak hati

"Gapapa kok, bilang aja kalau memang mau. Aku bisa beliin lagi kalau kamu suka." ujar Oikawa

"Gausah ih—" balas (Last Name) lebih tidak enak hati

Walaupun tidak enak hati, (Last Name) tetap mengambil permen tersebut untuk menghargai Oikawa.

Beberapa detik setelah itu tiba-tiba saja suara langkah kaki berlarian terdengar samar-samar, tetapi lambat laun mulai terdengar lebih jelas. Hal tersebut sudah Oikawa dan (Last Name) ketahui siapa sumber suaranya. Oikawa menghela napas pelan lalu berdiri menuju pintu keluar kelas.

"Dadah, aku pergi dulu ya, (Last Name). Nanti kalau ada waktu kita bicara lagi ya~" kata Oikawa

"Dah, Oikawa." balas (Last Name)

Oikawa melambai pelan ke arah (Last Name) juga ke arah seorang gadis yang sedari awal duduk di kursi belakang (Last Name). Gadis itu membalas lambaian Oikawa dengan tatapan mengintimidasi membuat Oikawa sedikit merinding. Oikawa lalu membuka pintu untuk menyapa mereka, para fangirl-nya, sumber suara tadi.

Klek

"KAK OIKAWA!"

"OIKAWA-SAN! KAMI SUDAH MENUNGGU MU!"

"OIKAWA-KUN! AKU MEMBUATKAN KUE INI UNTUKMU!"

Suara teriakan histeris dari para fangirl Oikawa sudah menjadi sarapan setiap pagi untuk kelasnya dan kelas tetangga. Agar situasi tidak lebih kacau, Oikawa memipin fangirl-nya menuju pinggir lapangan. Mereka bisa bergerak, berlarian, dan lompat leluasa sekalian di sana.

"Dasar, orang populer itu." gumam (Last Name) pelan

"..."

"(Name)"

Mendengar panggilan itu, (Last Name) berdiri untuk memutar kursinya ke arah belakang lalu duduk kembali sembari melipat lengannya di atas meja. (Last Name) mengukir senyum lembut tapi dibalas senyum kecut oleh gadis dihadapannya.

Gadis itu bernama Fujihara Chiyo yang merupakan  teman dekat (Last Name) sejak awal masuk kelas 1. Banyaknya persamaan hal yang disukai menjadikan topik yang mereka bincangkan lebih terikat.

"Bicara soal apa tadi sama Oikawa?" tanya Chiyo penasaran

"Soal permen. Kemarin malam Oikawa kirim potretan permennya ke aku, terus aku becandain nyuruh dia ngasih permennya besok ke aku, eh dikasih beneran." jelas (Last Name)

"..."

"Katanya juga kalau aku suka sama permennya bakal dibeliin lagi." lanjut (Last Name)

Mendengar hal itu, Chiyo menghela napas pelan. Tidak tahu lagi ke arah status mana hubungan temannya. Lagi-lagi setelah (Last Name) memberi tahu apa yang terjadi antara dia dan Oikawa, rasa penasaran Chiyo kembali muncul.

"(Name), kamu sama Oikawa beneran ga ada hubungan lebih?" tanya Chiyo memastikan

(Last Name) menganggukkan kepalanya cepat sambil mengibaskan tangan menyakinkan Chiyo. Sebenarnya ia juga tidak tahu hubungan pastinya dengan Oikawa.

"Cuman teman biasa kok hehe." kata (Last Name) sedikit tidak yakin

"..."

"(Name), jawab pertanyaanku jujur. Sebenarnya, kamu suka sama Oikawa, kan?" tanya Chiyo serius

Kedua sorotan mata sangat serius itu menatap (Last Name). (Last Name) pun terdiam sejenak memikirkan jawaban untuk pertanyaan tersebut, dan ya, jawaban dari pertanyaannya itu tetap sama. (Last Name) menganggukkan kepalanya pelan.

"Gitu ya." gumam Chiyo pelan

(Last Name) mulai menumpu dagunya dengan kedua telapak tangannya sambil tersenyum hangat pada Chiyo, agar ia terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya tidak. (Last Name) termenung, mengingat memori yang jelas ia sangat ingat sampai sekarang. Tempatnya, suasananya, dan janjinya.

"Dari awal kita buat janji itu, perasaanku masih tetap sama loh. Kamu begitu juga kan, Oikawa? " batin (Last Name)







Note:
Oikawa, (Last Name), dan Chiyo adalah murid tahun ke-3 kelas 6.

First Sight [ Oikawa Tooru x Readers ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang