Suara langkah kaki yang berlalu lalang, terdengar memenuhi ruangan tiada henti dari pagi hari hingga kini menunjukkan pukul lima sore hari.
Karena besok adalah hari festival budaya, jadi sekolah tidak menjalankan pembelajaran terlebih dahulu agar siswa-siswi dapat fokus mempersiapkan diri masing-masing.
Menaruh ini, menyiapkan itu, mengangkat ini, menghiasi itu dan dapat disimpulkan hari ini benar-benar menjadi hari yang sangat sibuk.
Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, tapi juga harus bisa selalu berkomunikasi dengan sesama agar tidak ada kesalahan sekecil apapun yang terjadi.
Dapat dilihat beberapa siswa-siswi kelas (Name) yang berbondong-bondong membawa peralatan maupun kostum ke dalam gudang gedung auditorium untuk penampilan teater mereka besok.
Keringat yang bercucuran dari tubuh kini mulai membasahi pakaian yang dipakai dengan rasa lelah, haus, dan lapar yang terus menerus menghantui mereka semua.
Namun karena ini demi hadiah—
Tidak, maksudnya...
Namun, karena demi menampilkan penampilan yang paling terbaik dari yang terbaik, mereka harus berusaha keras semaksimal mungkin.
Dan ketika penampilan besok berjalan dengan sempurna tanpa kendala apapun, pasti mereka juga yang merasa senang dan puas atas hasil usaha kerja keras mereka.
Begitu pula dengan (Name) yang sekarang sedang membawa satu persatu kardus berisi kostum untuk tokoh rakyat menuju gudang di gedung auditorium.
Rasanya melelahkan sekali karena terus menerus pergi lalu kembali lagi untuk mengambil kardus-kardus tersebut dari dalam ruang kelas.
Tetapi karena hanya tersisa dua kardus lagi, (Name) memutar otak untuk membawanya sekaligus agar lebih cepat dan dengan alasan logisnya yang sudah terlalu lelah naik turun tangga.
"Huft—"
(Name) mengangkat kedua kardus itu dengan hati-hati lalu berjalan perlahan-lahan karena dua tumpukan kardus itu sedikit menghalangi pandangannya.
'Tap... Tap... Tap...'
Ditengah-tengah perjalanan, entah sudah berapa banyak gumaman takjub yang terdengar dari (Name), ketika melihat siswa-siswi yang bersemangat menghiasi kelas masing-masing.
"Wow— Kafe bertema kucing ya? Lucu juga" gumam (Name)
Langkah demi langkah perlahan yang mulai tidak berhati-hati dengan pandangan yang lebih fokus melihat kanan kiri bukan arah jalan, pun membawa petaka untuk dirinya.
'BRUK!'
Sontak (Name) langsung terjatuh, bersamaan dengan dua kardus yang ia pegang tadi dan sesuatu yang seperti seseorang yang dia tabrak di depannya.
"Astaga!" kaget (Name)
(Name) yang sudah terlanjur kaget setengah mati, tangannya langsung cekatan memeriksa kardus-kardus tersebut lalu mengambilnya kembali.
Pandangan (Name) yang tadinya fokus pada kardus pun kini beralih cepat pada orang yang dia tabrak sambil mengujar permintaan maaf terus menerus diikuti dengan gerakannya yang menunduk.
"Maaf! Maafkan aku! Aku tidak sengaja—" ujar (Name) sangat menyesal
"..."
Sejenak (Name) memberanikan diri untuk melihat siapa orang yang ia tabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight [ Oikawa Tooru x Readers ]
Short Story"Aku.. menyukaimu.." "Sejak saat itu.. kau mau menerima ku?" Kehidupan manusia di dunia ini memang tidak akan pernah lepas dari tiga perasaan dasar yaitu perasaan sedih, senang, dan marah. Namun diantara tiga perasaan dasar itu juga ada y...