7. Tantangan

2 0 0
                                    

Minggu pagi, seharusnya bisa kembali tidur-tiduran seusai salat Subuh, tetapi Arga terpaksa menyeret langkahnya ke kamar mandi. Hari ini akan menjadi salah satu di antara hari-hari yang sibuk selama bulan Dzulhijah.

Setengah jam lagi, Nidya akan mampir ke sini untuk berangkat sama-sama. Namun, ibu sudah terlihat rapi dengan batik yang dipadupadankan dengan jilbab hijau.

“Kalau mau sarapan, ambil sendiri di atas kompor, ya. Ibu mau berangkat rewang sekarang.”

Arga mengangguk. Ibu memang selalu tepat waktu. Apalagi jika urusan bertetangga, ibu selalu menjadi yang terdepan. Seperti akhir-akhir ini, ibu banyak menghabiskan waktu untuk rewang alias membantu tetangga yang punya acara hajatan menyiapkan makanan untuk dibagikan maupun dihidangkan pada saat hari-H.        

“Enggak bareng bapak, Bu?”

Ibu yang tengah menuntun sepedanya berhenti di halaman rumah. “Bapak masih tidur. Hampir tengah malam baru pulang. Nanti biar datang pas acara saja.”

Arga melepas kepergian ibu di teras rumah. Kesabaran ibu selalu membuatnya kagum. Belum pernah sekalipun Arga mendengar keluhan ibu saat meladeni bapak. Seperti perempuan yang masih memegang erat tradisi Jawa, ibu melayani bapak dengan telaten dan penuh hormat. Ibu akan bangun dini hari dan menyeduh teh, lalu memasak. Sebisa mungkin ibu akan mematuhi perintah bapak, tanpa banyak tanya dan bantahan. Kadang-kadang, Arga gemas dengan sikap ibu yang terlalu penurut. Bapak yang seenaknya main perintah tanpa memandang waktu dan keadaan akan selalu dituruti ibu.

Arga teringat ketika beberapa hari lalu, ibu tampak kelelahan setelah pulang dari rewang. Arga yang khawatir dengan wajah pucat ibu bergegas mendekat. Ibu hanya berkata jika kepalanya pusing dan ingin merebahkan diri di kamar. Namun, ibu mesti menunda istirahat karena bapak pulang dari luar kota. Agak sempoyongan, ibu memaksakan diri untuk melayani bapak yang memintanya menyiapkan air panas untuk mandi. Arga yang ingin membantu ibu justru ditolaknya mentah-mentah karena tahu jika putranya itu tengah mengerjakan PR.

Seusai bapak mandi, kaus dan celana bersih sudah disiapkan ibu di atas tempat tidur. Setelah itu, bapak minta dibuatkan minum dan capjay kuah. Tidak cukup sampai di situ, bapak juga menyuruh ibu memijat seluruh badannya yang pegal dan menggertak karena menganggap ibu sangat lamban. Darah Arga memuncak hingga mencapai ubun-ubun. Hampir saja Arga melancarkan protes pada bapak yang enak-enak berbaring dan tidak memahami kondisi ibu. Namun, ibu justru menggamit lengan Arga dan menyeretnya menjauh agar tidak mengganggu bapak yang tengah istirahat. Arga menatap ibunya dengan bertanya-tanya, karena tidak mengerti jalan pikiran ibu yang begitu berlebihan mengabdi pada bapak.

Kali ini, ibu pun membiarkan bapak tetap terlelap dan berangkat sendiri ke tempat hajatan nikah.

Setelah minum segelas teh hangat, Arga mengambil seporsi kecil nasi goreng karena biasanya pagi sebelum hajatan, orang-orang yang membantu hajatan akan diberi sarapan. Pukul setengah tujuh, suara dua perempuan memanggilnya di teras.

Arga keluar sambil menuntun sepeda, lalu langsung duduk di sadel sepeda.

“Eh, kamu lupa mengunci rumah, Ga!”

Nidya yang mengenakan baju dan jilbab krem menunjuk ke arah pintu.

“Ada bapak, kok.”

“Oh, bapakmu pulang?” Nidya tahu jika bapak Arga sering pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis.

Arga mengangguk. Dia mengajak mereka berangkat sekarang. Mereka pun mengayuh sepeda masing-masing. Sama seperti Sita yang hari ini tampak murung, Arga pun sedang malas mengobrol. Beberapa kali Nidya memancing obrolan dengan beberapa pertanyaan, tetapi Arga dan Sita hanya menanggapi dengan jawaban pendek. Sebenarnya pikiran Arga tertuju untuk besok Senin. Hari di mana dia akan menjawab semua tantangan Damar dan juga Riko. Dia bukanlah pecundang seperti yang mereka kira. Tidak akan ada lagi yang menganggapnya seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ChampionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang