Prolog

8K 816 137
                                    

[ No Cig! ]

°°°

Menjadi siswa kuliahan adalah satu babak di mana kehidupan Kwon Jihan—mahasiswa ilmu komunikasi berusia 23 tahun itu menjadi sebuah perjuangan hidup. Siswa mana yang tidak stres menghadapi urusan perkuliahan? Semalas-malasnya orang, tidak mungkin sampai mencoba untuk memperlihatkan hal buruknya.

Dalam dua puluh empat jam menghabiskan waktu, hampir 70% kehidupan Jihan berada di kampus. Sejak masuk perguruan tinggi dua tahun lalu, Jihan banyak dapat pengalaman. Mulai dari beratnya mengerjakan tugas dari dosen yang bisa berlipat-lipat banyaknya, praktikum, presentasi yang susahnya melebihi saat ia duduk di bangku SMA.

Jihan sudah hidup mandiri sejak dibiarkan berkuliah di Seoul oleh ayah ibunya yang berasal dari Gwangju. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, wanita muda itu masuk ke dalam organisasi perwakilan siswa. Ayahnya yang menyuruh, supaya anak gadisnya itu tidak sering kelayapan dan punya kerjaan selama ditinggal sendirian.

Justru Jihan merasa masuk dalam organisasi seperti ini menambah bebannya, tidak ikut organisasi saja Jihan stres dengan tugas dan kekurangan waktu untuk tidur, apalagi ini? Tapi beruntung, ia anaknya pintar mengatur waktu jadi dalam keadaan tugas bertumpuk dalam sehari, bisa ia kendalikan.

Untungnya, hari ini Jihan selesai melaksanakan kegiatannya di kampus lebih awal dari biasanya. Wanita dengan tinggi 167 sentimeter itu melangkah dengan gerakan terburu-buru melewati koridor kampus. Punggungnya ditempeli ransel berisi laptop serta buku kajian dan tugas yang ia bawa dari pagi tadi. Wajahnya nampak suntuk, namun perasaannya terlampau bahagia sore ini.

Beberapa mahasiswa yang masih berada di kampus terlihat menyapa Jihan ketika mereka berpapasan. Wanita itu balik merespon dengan senyum, Jihan terkenal ramah di perkumpulannya. Kebanyakan mahasiswa baru atau adik tingkatnya lebih merasa nyaman dan tak sungkan jika berinteraksi dengan Jihan. Teman dewan kesiswaan Jihan kebanyakan bersikap galak dan menjunjung senioritas, kalau Jihan tidak seperti itu.

Mungkin sebagian dari mereka beranggapan bahwa Jihan punya jiwa lembut dan tidak bisa marah. Nyatanya, wanita itu bisa galak juga—tapi hanya ditunjukkan pada satu orang saja.

Orangnya tepat sekali berada di depan gerbang kampus duduk di atas motor Ducati Scrambler, dengan setelan jaket kulit, celana jeans dipadu dengan topi baseball yang semuanya berwarna hitam.

Jihan mendesah berat melihat laki-laki itu datang seperti ini. Segera ia melangkah dengan sorot mata tajam, bibirnya mengerucut jengkel. Menepuk pundak laki-laki itu kasar ketika tungkainya sampai di sana, sontak saja membuat laki-laki berpakaian punk yang asyik merokok itu menoleh.

"Kenapa kau bawa Isaac, sih!? Pantatku selalu kram kalau mendudukinya!" Jihan mengoceh dengan bibir memanyun ketika memarahi laki-laki di depan—yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.

"Joujou masih di bengkel." Laki-laki itu tersenyum melihat Jihan kesal seperti ini, lucu. "Hanya sekarang, Sayang. Besok Isaac akan aku modifikasi, janji."

"You're damn good liar, Jeon." Jihan segera naik ke atas motor besar yang kekasihnya namakan Isaac.

Motor jenis Scrambler itu baru dibeli dua bulan yang lalu, masalahnya kenapa Jihan tidak suka ketika kekasihnya membawa Isaac, karena motor itu single seater alias jok tunggal. Joknya lumayan luas, sebenarnya Jihan bisa duduk di sana walau dipaksakan agar muat, badannya juga kecil.

Namun sekali lagi, Jihan tipe gadis yang tidak suka disusahkan. Padahal ada satu kendaraan bermotor yang kekasihnya ini punya, namanya Joujou, itu ada jok belakangnya karena sudah dimodifikasi sesuai dengan apa yang Jihan mau.

[M] No Cig! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang