Seorang perempuan tengah tergeletak dengan sangat mengenaskan di taman bagian belakang sekolah. Tubuhnya yang basah kuyup, rambutnya yang berantakan dan di wajahnya terdapat lebam yang sedikit memerah tanda bahwa ia baru saja mendapatkannya.
"Sudah ku bilang! Jangan macam-macam dengan kami." Sekumpulan murid perempuan tengah mengerumuninya dan melemparkan ember yang ada di tangan mereka ke samping tubuh perempuan itu.
Perempuan yang menjadi korban pembullyan itu hanya bisa menatap ember dihadapannya dalam diam. Dia sudah biasa dengan hal ini, ini bukanlah menjadi hal baru baginya. Pembullyan yang dia terima selama hampir dua setengah tahun ini sudah begitu melekat dalam hidupnya.
"Ayo kita tinggalkan dia." Sekumpulan siswi itu pun meninggalkannya sendiri.
Tanpa gadis itu sadari, bahwa ada satu siswi diantara kumpulan murid yang menatapnya iba. Tetapi karena tidak bisa melakukan apapun, pada akhirnya siswi itu juga ikut meninggalkannya yang tergeletak tak berdaya.
Tidak akan ada yang mau membelanya, bahkan guru-guru di sekolah itu hanya bungkam seolah menutup mata karena tidak ingin terlibat masalah lebih jauh. Sementara kepala sekolahnya hanya menyuruhnya untuk memaklumi semua tindakan teman-temannya, yang katanya hanya bercanda supaya nama sekolah mereka tetap bersih. Bercanda katanya.
Mungkin jika tubuhnya sudah tak bernyawa akibat candaan mereka, baru semua orang akan mengatakan itu serius. Dasar manusia jahanam.
.
Please,
.
Bell sekolah pun terdengar berbunyi menandakan bahwa sekolah sudah usai. Langit sore mulai berpendar diatas langit, namun perempuan itu masih tetap dalam posisi tak beranjak dari ketika dia ditinggalkan tiga puluh menit yang lalu. Tubuhnya terlihat sedikit menggigil akibat udara dingin sore hari menerpa seragamnya yang basah. Tapi dia tidak peduli.
Gadis itu pun akhirnya bangkit berdiri dengan badannya sedikit terhuyung. Kekerasan itu benar-benar membuat tubuhnya merasa kesakitan, namun dia masih bisa menahannya.
Sebenarnya dia memang menunggu sampai sekolahnya sepi dari semua orang, baru dia akan pulang. Dia tidak ingin murid yang lain melihatnya dalam keadaan hancur seperti ini, yang ada dia hanya akan ditertawakan nantinya. Dengan tertatih dia berjalan menuju kelasnya yang kosong dan mengambil tas yang tampak bertengger rapi di satu kursi yang merupakan miliknya.
Sejenak ia sempat melihat kearah jendela kelasnya yang berhadapan dengan lapangan sekolah mereka yang luas. Sekolah mereka memang cukup bagus dengan berbagai fasilitas yang lengkap dan masuk dalam jajaran sekolah yang terkenal, jadi tidak heran banyak yang ingin masuk disekolah ini, termasuk dirinya.
Gadis itu hanya beruntung bisa masuk karena beasiswa penuh yang ditanggung oleh pemerintah karena dia berprestasi dan kurang mampu. Dia hanya tersenyum dengan miris akan hidupnya sendiri.
Akhirnya dia benar-benar memutuskan untuk segera pulang. Dan kali ini dia harus menahan lapar untuk malam nanti karena dia tidak bisa membeli makanan. Uangnya telah diambil oleh kumpulan siswi yang merudungnya tadi.
Untung saja hanya uang jatah untuk hari ini yang dia bawa, jadi tidak masalah. Mungkin mereka lebih perlu, pikirnya dengan sedikit menghibur diri.
Namun Gadis itu bukanlah orang yang polos atau bodoh, dia cukup pintar. Hanya saja dia memilih berpikir jika mereka mengambil uangnya karena membutuhkannya. Tentu saja, itu adalah hal yang ditertawakan oleh logikanya sendiri. Bagaimana tidak, mereka adalah anak-anak dengan tingkat ekonomi diatas rata-rata yang jelas saja mereka hanya ingin menjahili sambil memanfaatkan keadaan orang lain yang rendah sepertinya. Mereka hanya kumpulan anak-anak yang manja dan bodoh.
Dalam perjalanannya dengan seragam yang sudah mulai setengah mengering dan ditemani oleh langit yang sudah nampak gelap, membuat dia sedikit melajukan langkahnya untuk segera sampai ke rumah kecilnya. Ah apa bisa dikatakan rumah jika kamu hanya hidup sendirian di sebuah ruangan kecil yang ada diatas atap gedung yang tak terpakai. Dia benar-benar miskin, dan hanya hidup dengan bantuan pemerintah selama ini.
Matanya ia gulirkan untuk menatap bintang yang mulai bertebaran pada cakrawala hitam diatas sana. Dia kadang berpikir apa Tuhan memang sedang menghukumnya sehingga ia harus hidup sendiri di dunia ini? terdengar seperti sebuah pengeluhan. Tapi jika ingin jujur, perempuan itu sudah tidak tahan dengan segala keadaannya saat ini. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya, tapi dia terlalu buta tentang hal itu.
Perempuan itu tidak tahu harus melakukan dengan cara apa, agar kematiannya tidak harus melalui rasa sakit. Dia hanya takut merasakan sakit yang lebih menyakitkan dari yang gadis itu jalani sekarang. Dan tentu saja dia masih ingin dapat bertemu dengan keluarganya yang mungkin saat ini tengah hidup bahagia di surga. Bukankah katanya Bunuh diri itu akan menghantarkan jiwamu ke neraka.
Tapi bagaimana jika neraka itu sendiri sudah ada dalam hidupnya saat ini. Putaran dalam kehidupannya benar-benar kejam dan menyiksa, jadi untuk apa dia takut?. Toh, tidak ada yang akan dirugikan dan tidak akan ada yang menyadari presensinya yang hilang.
Karena sedari awal hidup gadis itu tak memiliki siapapun. Jadi mungkin sebaiknya dia memang mati saja.
.
To Be Continue.
Jika ada kritik dan saran, silahkan berikan pendapat atau tanggapan di kolom komentar ya.
Terima Kasih,
Black Lotus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Take My Death Mr. Psycho
Mystery / ThrillerSummary : Tolong berikan kematian yang indah padaku. Tuan tak bernama dan Gadis yang tak terungkap namanya harus hidup di neraka yang sama. yang satu sebagai sang pemangsa yang haus akan gairah kebrutalan sebagai pemuasnya, dan yang satu sebagai...