Chapters IV : Tangisan Yang Tak Diundang

68 6 0
                                    

Seorang gadis terlihat sedang mengambil dua bungkus makanan instan di sebuah rak minimarket. Lengan kecilnya sedang menenteng sebuah keranjang yang berisi dua botol air, satu perban dan beberapa plester kecil. 

Ya, kini dirinya tengah membeli persediaan untuk kebutuhannya.

Tapi mungkin ini bisa dikatakan bukan persediaan. Karena nyatanya dia harus kembali lagi berbelanja ketika kebutuhannya habis. Itu artinya lusa.

Dia memang sengaja membeli sedikit makanan dan minuman, dikarenakan kondisi keuangannya saat ini sangat terbatas. Tabungannya yang sudah mulai menipis membuat dia harus menghemat setiap keperluan yang akan dia beli. Apalagi sekarang kondisi tubuhnya sedang terluka.

"Terima kasih." Ucap seorang kasir ketika telah selesai melayaninya.

Gadis itu membalas dengan anggukan kecil sopan dan segera keluar beranjak meninggalkan minimarket tersebut.

Dalam perjalanan, pikirannya diam-diam sedang menghitung jumlah tabungannya yang bisa dia gunakan untuk bertahan selama satu minggu kedepan, sampai dia menerima bantuan lagi. Bantuan tersebut yang biasa dia terima memang memiliki jadwal, dan jadwal untuk mendapatkannya adalah setiap memasuki awal bulan baru. 

Itu artinya masih seminggu lagi dari sekarang, batinnya agak cemas.

Ia kemudian menimbang pemikirannya yang berencana untuk mencari pekerjaan sampingan selagi dia dalam masa hukumannya. Mungkin menjadi kasir ide yang menarik.

Selama ini gadis itu memang sengaja tidak mencari pekerjaan sampingan, dikarenakan kesibukkannya dalam belajar hingga dia sulit mengatur waktunya. Bisa dibilang dia adalah salah satu tipe orang yang tidak gampang mengatur waktu, makanya dia tetap dalam lingkup keadaan susah seperti ini karena dia bukan tipe orang yang inisiatif.

Terlalu banyak berpikir dijalan, dia sedikit tidak menyangka kalau ia telah sampai di tempat tinggalnya sendiri. Ia pun meletakkan plastik berisi belanjaannya itu ke sebuah meja kecil yang berada di samping kasurnya.

Sebenarnya jika dilihat-lihat, diruangan yang tidak terlalu besar ini dia hanya memiliki sedikit barang dimulai dari kompor, kasur, satu meja beserta kursi, dan sebuah lemari kecil. Sisanya hanya melompong kosong. Dia juga hanya memiliki 1 ruangan yang lain yaitu bilik kamar mandi yang sangat kecil.

Jadi ya, cukup untuk dirinya hidup sendiri di tempat ini. Menyedihkan.

Gadis itu pun membaringkan tubuhnya di kasur dan menghembuskan napasnya lelah. Memikirkan semuanya dalam satu waktu membuat kepalanya terasa mau meledak. Hidup sendirian dalam kekurangan di usia yang masih begitu belia seperti ini, tidaklah mudah.

Dimana setiap detik gadis itu harus memikirkan apakah dia masih bisa bertahan hingga besok atau tidak. Karena di dunia kejam ini, dirinya seperti tidak diberikan kesempatan untuk merasakan yang namanya kebahagiaan. Bahkan sekarang Kebahagiaan adalah kata tabu untuknya. Dia sendiri pun lupa kapan terakhir kali dia tersenyum bahagia dalam hidup.

Tapi kalau di ingat, terakhir kali dia bisa tersenyum senang adalah ketika beberapa waktu lalu saat Tuan pembunuh mencekik dirinya, dia selalu ingat tentang kejadian itu.

Jika di tanya mengapa? tentu saja alasannya adalah Kematian, karena kematian baginya saat ini sebagai satu-satunya hal yang mampu memberikan kebahagiaan untuknya. Dengan kematian maka dirinya bisa terbebas dari dunia jahat ini. Ya hanya kematian.

Tapi berbicara soal kematian, dia tidak tahu kapan waktunya ia dapat bertemu lagi dengan si Tuan pembunuh yang katanya akan memberikan kematian padanya. Sudah hampir memasuki dua hari tapi dia tidak pernah melihat sosok tersebut.

Please, Take My Death Mr. PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang