Chapters III : Nafsu Yang Tersamar

83 7 0
                                    

Tatapan aneh dan bisikan menghina dilayangkan padanya dari murid yang ada disekeliling.

Tentu saja keadaannya yang sekarang membuat dirinya dicurigai oleh orang-orang sekitarnya. Pasalnya gadis itu datang ke sekolah dengan penampilan yang bisa dikatakan begitu kacau, dimana terdapat perban yang membalut kepalanya, tangan dan kakinya juga dipenuhi dengan plester dibeberapa bagian, yang tentu terlihat dengan jelas karena rok pendek sekolahnya tidak mampu menutupi hal tersebut.

"Kau lihat dia. kenapa dia datang dengan keadaan seperti itu, apa yang terjadi padanya?." Bisik salah satu murid yang bisa dia dengar dari tempatnya berdiri.

"Sepertinya dia habis di hajar. Lagi pula ku dengar juga dia bekerja sebagai pelacur." Yang lain menimpali dengan kata-kata yang merendahkan dirinya.

"Cih, ternyata dia seorang rendahan. Tak kusangka dia hidup seperti itu."

Mengabaikan apa yang didengarnya, gadis itu hanya berjalan dengan tertatih sambil menundukkan kepalanya dalam diam. Dalam pikirannya dia terus mencoba meyakinkan dirinya bahwa perkataan mereka hanyalah angin lalu.

Bukan hanya sekali saja dia mendengar semua hal itu. Gunjingan, hinaan, serta cacian sudah menjadi asupan telinganya setiap hari. Sebenarnya sampai detik ini dia masih mempertanyakan, apa yang membuat orang-orang begitu membencinya, hingga dia harus menerima semua perlakuan kejam mereka.

Jika karena hanya statusnya yang miskin, itu sangat tidak masuk di akal. Setahunya ada juga beberapa murid di sekolah ini yang sama sepertinya, memiliki status ekonomi menengah kebawah, tapi kenapa hanya dia saja yang diperlakukan hina seperti ini.

Apa karena hanya dia yang terlihat lemah, hingga mereka berani membullynya?.

Dia pun menapakkan kakinya kedalam kelas dan segera menuju ke kursinya yang terletak paling pojok dibagian belakang. Sementara semua murid pun sudah berlari masuk dan segera duduk di kursi mereka masing-masing.

Tak lama kemudian seorang guru perempuan masuk kedalam kelas dengan membawa sebuah buku di tangannya. Sepertinya kelas akan segera dimulai.

"Kau yang dibelakang."

Suara guru yang menggema itu sontak membuatnya berjengit kaget bersamaan dengan semua murid yang beralih menatapnya. Apakah dirinya yang ditunjuk?.

"Segera keruang Konseling sekarang."

Merasa heran dengan ucapan gurunya itu membuat dia hanya diam beberapa saat ditempatnya.

"Tunggu apa lagi?! Apakah kau tuli? Kau di panggil keruangan konseling sekarang." Gurunya itu membentaknya dengan garang.

Akibat suara gurunya itu, dia pun melirik kearah teman-teman sekelasnya yang ramai berbisik tentang dirinya. Ternyata guru itu memang sengaja mempermalukannya . Guru sialan.

Dia pun hanya mengangguk dan segera beranjak menuju ke ruang konseling murid.

Gadis itu tahu alasan mengapa dia sampai dipanggil ke ruangan koseling murid. Semua tidak lain adalah karena penampilannya yang penuh luka di area terbuka, seperti kepala dan kaki yang membuat dia menarik banyak perhatian. Termasuk guru-guru.

Ia tahu jika nanti dia akan dihakimi dengan dituduh mencoreng nama sekolah akibat kondisinya seperti itu. Dia tidak akan meragukan itu dimana dia akan berakhir di hina dan dihakimi. Karena Murid dan guru di sekolah ini sama semua, sama-sama biadab.


.

PLEASE,

.


Dirinya kini sudah berdiri didepan pintu ruang konseling, tempat bagi para murid yang bermasalah.

Please, Take My Death Mr. PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang