Chapters II : Mr. Psycho

88 7 0
                                    

Langkahnya terhenti di dekat sebuah jembatan, saat dia mendengar suara aneh dari arah persimpangan yang gelap di ujung sana. 

Gadis itu sedikit berperang dengan pikirannya yang menyuruhnya untuk segera pulang tanpa memperdulikan apapun. 

Tapi karena rasa penasaran manusia memanglah besar, akhirnya membuat dia berani melangkahkan kakinya mendekati sumber suara tersebut.

Suara itu terdengar semakin jelas seperti geraman tertahan disertai tawa kecil yang berat dari seorang lelaki. 

Gadis itu kemudian menyembunyikan dirinya dibalik tembok jalanan dan mulai mengintip perlahan agar tidak ketahuan. 

Kedua matanya melebar setelah netranya menangkap pemandangan yang mengerikan didepan sana.  Butuh beberapa saat bagi dirinya untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi.

Dimana ada seorang lelaki yang tengah duduk diatas tubuh seorang pria paruh baya, sedang menusuk-nusuk mata, wajah dan leher pria tersebut dengan brutal menggunakan sebuah pisau kecil  sambil tertawa pelan bak kesetanan.

Perempuan itu bisa melihat betapa banyaknya darah yang merembes dari tubuh pria paruh baya itu, hingga menjadi sebuah genangan di tanah. Tidak hanya itu, ia juga dapat melihat  wajah bagian sisi kanan pria itu yang telah terkoyak memperlihatkan dagingnya, matanya telah terpisah karena dicabut dan tergeletak disamping tubuhnya, lalu pada bagian lehernya sudah setengah memperlihatkan tulang yang menyembul keluar. Pasti lehernya dipatahkan oleh lelaki tersebut, pikirnya.

Perempuan itu hanya bisa terdiam melihat semuanya tanpa ada niat untuk pergi atau melaporkan tentang kejadian ini. Dia berpikir percuma saja karena pria paruh baya itu pun sudah mati, jadi tak ada gunanya.

Bukannya merasa takut atau panik, gadis itu dengan santai tetap berdiri ditempatnya dengan tenang. Ia juga sudah berhenti mengintip kegiatan lelaki asing tersebut, dimana ia bisa melihat betapa gilanya lelaki itu dalam membunuh.

Merasa sedikit pegal pada kakinya, ia memutuskan untuk berjongkok dan menyandarkan punggungnya pada tembok jalanan itu. Ia sama sekali tidak peduli jika seragamnya kotor terkena debu atau lumut, bukankah bajunya memang sudah kotor sejak disekolah. Jadi tidak ada bedanya.

Sepuluh menit berlalu suara tusukan dan tawa lelaki itu sudah menghilang. Keadaan berubah menjadi hening, tak ada satu orang pun juga yang berlalu lalang di jalan ini. Kecuali diujung jembatan sana yang jauh dari sini.

Jika ada, maka ia pastikan disini sudah ramai dan lelaki itu pasti ditangkap karena ketahuan membunuh. Ah, tapi mungkin memang akan ramai, tapi besok setelah jasad mengenaskan pria paruh baya itu ditemukan.

Merasa mungkin lelaki itu sudah pergi, dia pun menolehkan tatapannya kesamping.

Namun betapa terkejutnya dia ketika wajahnya langsung berhadapan dengan wajah lelaki yang tengah menatapnya sangat dekat. 

"Rupanya Ada tikus kecil disini, hm." Lelaki itu berdiri dari posisinya yang berjongkok dan menampakkan dirinya dibawah lampu jalan yang terang.


.

TAKE

.


Gadis itu diam membisu. mulutnya seakan terkunci rapat tanpa bisa mengeluarkan suara sedikit pun.

"Apa yang harus aku lakukan kepadamu, tikus kecil penganggu?."

Suara dingin namun tajam dari lelaki itu membuat tubuhnya gemetar seketika.

Please, Take My Death Mr. PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang