Bagian Sepuluh : Tanggung Jawab

1.4K 170 13
                                    

"Kamu bawa siapa gil jam segini? Cepat jawab bunda" kata bunda ku dengan nada yang naik

"Itu temen agil di majlis bund, dia cuman numpang tidur" jawabku sambil menunduk

"Kalau numpang tidur, kenapa masuknya ngendap ngendap dan lampu kamar di matiin? Kamu pasti melakukan sesuatu ya gil? Jangan buat bunda kecewa"

bunda makin marah ku rasa waktu itu. Aku agak panik cemas dan takut banget. Ini pertama kalinya aku dimarahin begini. Bunda begini karna dulu aku sempat ketahuan di cabuli oleh sepupuku sendiri yang belok dan bunda khawatir aku ikut belok pdahal aku ngak belok

Tapi sama mas bagas boleh lah wkwk eh serius dulu gil.

"Astagfirullah bund istigfar, agil udah bilang kan dia cuman numpang nginep aja sebentar" ucapku mencoba membujuk bunda agar percaya

"Bunda ngak mau tahu pokoknya suruh dia kesini sekarang juga atau bunda lapor ke polisi kalian melakukan hal yang aneh aneh" ucap bunda mengancam

Jujur ini bunda kayak jadi fitnah nggak sih, kita nggak ngapa ngapain padahal. Tapi ya namanya juga aku panik kan. Tanpa basa basi aku langsung menghubungin mas bagas dan menjelaskan apa yang terjadi. Agak kasian sama mas bagas katanya dia baru sampai rumah pas aku chat ini. Tapi aku telpon dan jelasin dia mau balik ke rumahku lagi so sweat banget kan huhu jarang ada cowo mau tanggung jawab gini

Pov mas bagas

Ah akhirnya bisa pulang dengan tenang, untung ada agil kalau ngak ada ngak tahu lagi udah mau numpang kemana. Aku menikmati jalanan kota yang sunyi pagi itu, pagi kan ya ? Apa dini hari wkwk entahlah intinya jam 2 pagi kalau ngak salah.

Nggak lama setelah 15 menitan aku sampai didepan rumah tapi ku rasa hpku terus terusan bergetar dari tadi. Aku liat ada notif spam dari agil.

Dia menjelaskan kejadian secara detail kepadaku apa yang terjadi dirumahnya. Tanpa pikir panjang aku langsung balik lagi membantu agil, padahal badanku cape banget rasanya namun entah kenapa aku ingin membantunya aku rasa ini tanggung jawabku juga. Agil mengingatkan kepadaku untuk tetap tenang dan tidak panikan. Masalah tidak panik mah aku urusannya tenang saja gil kataku meyakinkan agil

Agil back

Sesampainya bagas di rumahku, dia langsung masuk, aku segera mengucapkan salam dan dijawab oleh mereka berdua. Aku gugup ketika meliat bagas dengan muka lelahnya tapi harus kembali kerumahku gara gara hal ini. Awalnya bagas cuman berdiri karna belum di persilahkan duduk

"Ini yang tadi nginep di kamar agil?" Tanya bundaku

"Iya saya orangnya" jawab mas bagas dengan tegas dan tenang

"Duduk dulu, mana kamu siapa" bunda agil tiba tiba seperti melunak begitu saja setelah mendengar suaranya bagas

"Saya muhammad bagas irsyad" jawabnya tenang dan enak di dengar

"Jawab dengan jujur kamu tadi di dalam kamar anak saya ngapain?" Bunda bertanya lagi

Disini aku cuman bisa diam seribu bahasa karna takut banget

"Saya cuman numpang tidur, tidak lebih dan tidak kurang" jawabnya dengan senyum manis, seakan mencoba menenangkan bunda yang lagi marah

"Trus kenapa lampu kamar mati ?" Bunda terus menghujani mas bagas dengan seribu pertanyaan

"Masalah itu sebelumnya saya minta maaf, saya tidak tahu kapan lampu itu mati saat saya bangun lampu itu masih dalam keadaan hidup" jujur jawaban mas bagas membuat aku tenang

Mata mas bagas bahkan tidak pernah menatap mata bunda karna dia sadar bunda bukan muhrimnya. Biasanya kalau dia bicara sama aku dan radit dia pasti menatap ke mata kita berdua.

Aku Kamu dan MajlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang