08. Camp (1)

26 8 3
                                    



History — One Direction



🌙🌙🌙



Akhir pekan kian mendekat, menandakan sebuah minggu telah sampai pada jam peristirahatannya. Sebuah waktu yang berlalu singkat untuk menempatkan segala kesibukkan balik pada peraduannya.

Sabtu sore, di mana surai putih mengerumun pekat pada lapisan biru, melekuk sedikit guna memberikan celah bagi terik gemilang mentari untuk tetap bersinar terik. Tidak ada yang berbeda pada sore-sore sebelumnya. Angin sedikit berembus ringan, membawa sedikit kenikmatan khusus untuk pemuda-pemudi penyandang nama pramuka.

Kecuali bagi mereka yang tengah sibuk berkutat menyongsong ransel-ransel untuk ditata sedemikian rupa pada bilik yang telah disediakan. Sudah sekitar dua puluh menit berputar, gadis berambut sepunggung tersebut bolak-balik menyusuri tiap kemah untuk mencari ambalan penegak, atau terselip masuk pada gapura daerah regu laki-laki.

Sesekali Lavana berkomat-kamit, merutuki mama-nya yang dengan senang hati meninggalkan tanda tangannya pada surat perizininan. Perkemahan memang tidak pernah menjadi teman sejak teman SD-nya itu hilang.

"Tebir banget, ah, jadi anak coconut? Mereka yang jadi anggota ambalan, penegak, sangga, pradana, dih—anjir sama semua di mata gue, gak capek apa, ya, seribet ini?" gumamnya sebal, diselipi pout-an kesal yang tak kunjung sirna.

"Oi!" Nadhira menepuk lengan Lavana yang tak henti-hentinya bergerak diayunkan seperti anak kecil. "Dicariin di camp, odin!"

"Lah udah ketemu kakaknya?" tanya Lavana sembari mengernyit bingung.

"Daritadi buset!"

Lavana membulatkan pupilnya tidak percaya. Ia meremat kertas yang sedari tadi setia mengganggur pada tangan kanannya, lalu melemparnya pada wajah Nadhira. "Lo ngapain gak nelpon gue, dodol?!!"

"Hp lo di kemah, jamaludin tukinah!" balasnya malas, seraya mencekal pergelangan tangan kanan milik Lavana. Kemudian, ditariknya tangan tersebut mendekati area perkemahan yang berada pada regu putri. "Lo juga ogeb, ya? Ngapain ke regu cowok, njir. Yang jelas, koordinator tim kita di cewek."

Sebuah decakan malas lolos kala bahu Lavana merosot ke bawah. Bibirnya ia lengkungkan menurun, seperti kurva terjal menyebalkan yang Nadhira lihat. "Lagian siapa, sih, yang ngutus gue jadi wapinru?! Guoblok pisan itu bocah."

"Salah sendiri telat," cibir Nadhira.

"Salahin klub EC, dong! Manggil gue di saat genting perang bersama wajan-wajan kelapa."

"Up to you ajalah gue, mending sekarang balik because Chilla and our best leader Naira, been talked about our latest performance. Gue bagian nyanyi, yey~"

Lavana mendelik geli, menyingkirkan wajah Nadhira yang dalam hitungan detik berubah imut tersebut. "You gotta boast about it, but not front of my pwetty face."

"I wish I could patted your forehead with a bamboo stalk."



─── ∙ ~εïз~ ∙ ───



"Lo jajan apalagi, deh, Lan?" sembur Bryan begitu wanita yang disebutnya hadir untuk duduk berhadapan dengannya. Kedua matanya tidak luput terpaku pada kantung plastik, berisikan makanan ringan yang diberi saus cair kemerahan. Segera ia berdengkus, mendekati tubuh kembarannya itu.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang