Skeletons — Keshi🍂🍂🍂
Mr. Moris
| Lanaa
| Ntar lo ke ruang sekre jam istirahat, ya💅🏻
| Gue udah chat anggota osis. Dia ke sekre jam istirahat
| Have fun with today's JumSen.
| And I know, this is a moeslim day!
| May your god bless you👍🏻✨n dont forget to count your bless!Me
MBB KAK MAU😬😬 |
OKE, KAK! Thanks a lot, ma bruh🤩🤩🤩 |
Have a great Friday too, |
with joining muslim HEHEHEHE👹 |
Tadi namanya siapa, Kak? |Mr. Moris
| Kaditula Radithya.
| Orangnya putih, tinggi
| N last, gue udah disidi ya sorry✝️👍🏻👍🏻Me
THANKS YA Do0d |
for being my savioor😎 |Mr. Moris
| anytimeee do0d🙄
| ati2 masuk kandang macanTak lama setelah membaca deretan pesan dari Maurice tersebut, Chilla spontan mengguncang bahunya dengan kuat. Membuat separuh atensinya kini terpaku pada sekumpulan orang yang sudah berdiri bersama instrumennya, di atas panggung. Lavana tidak terlalu bisa melihat jelas siapa saja yang tengah memetik gitar, atau menepuk-nepuk mikrofon dengan kencang.
"Itu Angkasa, Lan!" pekik Chilla tiba-tiba.
Mendengar hal tersebut, Lavana tidak langsung berkutik. Dia hanya diam menyaksikan apa yang Chilla lihat dengan susah payah. Barulah ketika sang pemuda tadi, Angkasa, menyerukan suaranya untuk para siswa di sekitar panggung, Lavana langsung berdiri dengan bibir yang hampir memekik terkejut. "Eh, KOK?"
"Jangan bilang lo gak tau Angkasa ada di sini?" lanjut Chilla.
"YA GUE MANA TAU?!" Lavana membalas dengan raut muka yang meminta penjelasan disertai kernyitan di dahi yang terpahat jelas. Namun, kala ia mendengar ada derap langkah yang menggema pada tempat duduknya, Lavana refleks mengisarkan kepalanya ke kiri. "ARA!"
Yang dipanggil segera mengacir girang pada tubuh yang menjadi titik acu-nya. Rambut panjangnya berkibar tak beraturan sesaat setelah ia menambah kuat kecepatan larinya. "OI, ANYA NGAPAIN DI SINI? Chilla juga ngapain?"
"Au, gue ngikut Lavana ke sini," sahut Chilla sedikit tak acuh. Namun tetap menyambut Nadhira bersama lengkung sabit yang terulas di bibirnya.
"Tadi Kak Mau nyuruh duduk di sini aja. Katanya biar gak usah nyempil-nyempil," Lavana membalas sekadarnya, "lo gak tampil?"
Nadhira berdeham singkat, kemudian menyodorkan secarik kertas berwarna putih hangat pada wajah Lavana. Sebuah lembaran tipis bertuliskan angka urutan tampil—10. "Gue masih di tengah. Lagian meng-santui, dibuka sama anak cowok dulu."
"Raa!!" panggil Lavana membelokkan arah bicaranya.
"HAH?"
"Itu Angkasa?" tanya Lavana langsung to the point, bebarengan dengan telunjuk yang menjuru pada Angkasa, dengan gitar elektrik yang sudah melingkar sempurna di tubuhnya. Hanya berbekal penglihatannya yang terlekat pada rambut hitam Angkasa, Lavana tahu itu pria-nya.
Kedua manik Nadhira memicing sipit. Fokusnya ditujukan pada satu pria yang sedang mengibaskan rambut hitam legamnya tersebut. Nadhira terperangah sejenak. "Angkasa—Raden Nakula Ki Angkasa?" tanyanya berulang memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Novela JuvenilSo what's the definition of a home? What's family? Why this is always about a never ending story that comes from my side? This is the truth between us. started on Dec, 2021. An Original Fiction. 🔗⚠️warn: contains harsh words and lots of cursing!