07# Wounds

1.6K 219 57
                                    

Hujan salju kembali menutupi bumi dengan bubuk putihnya yang memberi suhu dingin itu.

Para warga mendekam di rumah, dihadapan perapian ataupun penghangat ditemani segelas cokelat hangat dan alunan musik klasik.

Para anjing dan kucing mulai tidur dihadapan perapian, sembari mendengkur kecil karna rasa hangat yang nyaman.

Namun sayangnya, para siswa masih harus berada di sekolah.
Junkyu hanya melamun sambil menatap turunnya butiran salju ke sisi jendela.

Kelas itu benar-benar ribut, membisingkan semua suara lain dari pendengarannya.

Sebuah tepukan menyadarkan Junkyu dari lamunannya, ia menoleh.

"Junkyu, apa yang kau perhatikan?" tanya Jihoon.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya, melamun."

"Jangan terlalu sering melamun, nanti kau akan kerasukan setan." canda Jihoon lalu kembali duduk di bangkunya.

"Memangnya setan mana yang berani merasukiku?" gumam Junkyu.

"Pardon?"

"Bukan apa-apa." bohongnya.

Terkadang Junkyu heran dengan pendengaran Jihoon yang tajam, sampai bisa mendengar gumaman kecilnya setiap saat. Padahal dulu tidak seperti itu.

Entah mungkin karna obat yang ia berikan...?

Junkyu tidak tahu pasti.

Drrt.

Getaran yang berasal dari ponselnya itu sedikit mengejutkannya. Junkyu meraih ponsel di saku celana dan menatap layarnya.
Ada sebuah panggilan dari Jeongwoo, ia dengan cepat mengangkatnya.

"Halo, woo?"

"Halo, dear. Apa kalian masih belum pulang?" tanyanya dari seberang.

"Eum, belum. Kami terjebak disini, ada apa?"

"Jadi begini, aku tidak bisa pulang hari ini karna ada rapat sampai sore, dan aku menitipkanmu sementara di rumah Pendeta Watanabe."

Mendengar ucapan Jeongwoo, manik Junkyu segera membulat. Ia bangkit dari bangkunya dan melangkah keluar dari kelas.
Kakinya melesat menuju unit kesehatan yang saat itu tengah sepi.

"Untuk apa aku dititipkan? Aku bisa pulang sendiri woo-"

"Grisleda berkata, hujan salju di daerah sana sangat deras. Terlalu berbahaya untukmu jika pulang sendiri tanpa kendaraan." potong Jeongwoo dengan nada khawatir.

"Aku bisa pulang naik bus atau menumpang dengan temanku." lawan Junkyu seraya menukik bibirnya

"Tidak ada bantahan, Kim Junkyu. Kau akan pulang bersama bocah pendeta itu."

"Aish, woo, kenapa harus rumah Pendeta Watanabe? Bukankah kenalan mu banyak?" rengek bocah bermanik hazel tersebut.

"Karna hanya rumah Pendeta Watanabe yang terdekat dari sekolahmu. Lagipula, tidak apa-apa, kan? Kau bahkan bisa bermain dengannya, dear."

Ah, benar.

Jika Junkyu berada di rumah Haruto, ia memiliki kesempatan untuk bermain-main dengannya lagi, kan?

Bukankah itu bagus?

"...benar juga..." jawabnya pelan.

"Alright, aku akan menjemputmu dari sana setelah semuanya selesai, okay? I love you, dear."

"I love you, too."

Sambungan panggilan itu diputus sepihak oleh Jeongwoo, ia langsung menyusupkan ponselnya kembali ke saku.
Junkyu menghela napas, lalu melangkah menuju kelasnya yang seperti sirkus jalanan itu.

(𝙀𝙉𝘿) 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗿 𝗗𝗲 𝗟𝘂𝗻𝗲 ft ℎ𝑎𝑟𝑢𝑘𝑦𝑢𝑤𝑜𝑜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang