24# The Truth

958 129 3
                                    

                                   
                                         
-1 chapter menuju lagi end-



___






Sebuah kayu dilemparkan ke perapian menyala itu, menambahkan bara api yang hendak menghangatkan mereka disana.
Meja kopi itu, dihiasi dengan semangkuk biskuit cokelat dan susu hangat untuk Haruto.

Bocah Jangkung itu masih duduk termenung di soffa, didepan perapian. Kejadian tadi masih membuat pikirannya tak jelas. Pendeta Brown menatapnya dengan penuh rasa iba dan kasihan.

Saat ini keduanya sedang beristirahat di rumah sederhana milih Pendeta Brown. Jarak rumah Brown dan Kyoujirou cukup jauh, jadi setidaknya Haruto aman disana.

"Haruto, tidak meminumnya?" tanya Brown, menunjuk segelas susu hangat itu.

"Aku, tidak merasa haus, Pendeta Brown."

Helaan napas itu keluar dari mulut Haruto, seraya ia memijiti pelipisnya dengan perlahan.
Pria tersebut hanya bisa tersenyum miris, ia lalu meletakan sebuah kitab di pangkuan Haruto.
Bocah itu menatapnya dengan bingung dan mengambil kitabnya.

"Disaat seperti ini, bukankah lebih baik jika kita banyak-banyak berdoa?" ucap Brown.

Ucapan itu mengundang sebuah senyum dari Haruto. Brown benar, ia seharusnya datang ke Tuhan saat susah seperti ini, agar ia tidak jatuh ke jalan yang salah lagi.
Kitab miliknya tertinggal di rumah, bersama Iblis jadi-jadian itu.

Haruto mulai membuka kitab pemberian Brown, dan membaca isinya.
Melihat pemandangan itu, hati Brown terasa sedikit tenang, orang saat kesulitan memang perlu datang ke Tuhan, bukan ke mahluk tak jelas lainnya.

Jika saja Kyoujirou seperti Haruto, pikir Brown.

Sekitar 3 tahun, Brown memutuskan pertemanannya dengan Kyoujirou lalu pindah ke kota sebelah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Mendengar berita kembalinya Kyoujirou ke kampung halamannya, Brown langsung berangkat kembali kesana.

Kenapa? Ada apa dengan Kyoujirou?

Brown tahu tentang kegiatan tercela Kyoujirou sejak dulu, tentang bagaimana dia menyembah Tuhan lain demi uang.
Karena itu, Brown menjauhinya, memutuskan seluruh komunikasi dengan Kyoujirou.

"Pendeta Brown."

"Ada apa, Haruto?" sahutnya seraya menyesap teh hangat.

"Darimana kau tahu tentang semua ini?"

"Aku? Aku sudah mengetahuinya sejak lama." tutur Pendeta Brown.

"Sejak lama?"

Pendeta Brown menggeser duduknya, semakin mendekat ke Haruto. Ia mengeluarkan selembar foto, dan menyodorkannya ke Haruto.
Foto itu adalah foto Kyoujirou dan dirinya beberapa tahun yang lalu, ditemani Haruto.

"Kau ingat foto itu?"

"Tentu saja, ini fotoku saat berumur 5 tahun bersama kalian ketika berburu rusa." kata Haruto, mengingat ingatan lamanya yang sudah usang.

"Aku dan Kyoujirou berteman baik saat itu, Kyoujirou sudah seperti saudara bagiku. Saat itu benar-benar menyenangkan."

"Apa...yang terjadi?.."

"Hal buruk terjadi. Kyoujirou mulai sering berbohong kepadaku, ia berkata sibuk mengurus Gereja tapi ternyata ia pergi ke tempat lain. Ketika aku mengikutinya, ia pergi ke sebuah gubuk tua di tengah hutan pinus. Lalu, aku melihatnya disana."

"Melihat apa?"

"Melihat Ayahmu, melakukan ritual pemujaan setan."

Hal itu sudah tidak mengejutkan lagi bagi Haruto, sama sekali tidak. Ayahnya memang lemah, bahkan terlampau lemah darinya.
Kelemahan itu membawa malapetaka bagi keluarga mereka, dan merenggut nyawa Ibunya.
                                   
                                        
Kelemahan tersebut juga sebentar lagi akan merenggut orang lain.

(𝙀𝙉𝘿) 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗿 𝗗𝗲 𝗟𝘂𝗻𝗲 ft ℎ𝑎𝑟𝑢𝑘𝑦𝑢𝑤𝑜𝑜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang