[PORTAL] SEASON 2

14 4 9
                                    

MENANTIMU KEMBALI

Senja membawa tenang
Malam pun berbisik,
"Pagi dan siang akan lebih terang"
Semua yang kulalui tiada guna
Rangkaian kata itu yang mengabarinya

Kamu adalah segenap kenangan
Tak mampu kulepas dari cerita
Kala menjadi kuncup tiada dilirik
Namun kisah tentang kita terlalu berharga
Biarkan aku mengingatnya dengan air mata

Mulut yang masih berbicara tak sanggup berkata maaf
Telinga yang masih mendengar tiada menangkap suara
Semua berlalu tanpa melambaikan tangan padaku
Baru terhirup di atas puncak
Bahkan sebelum mataku berkedip

Air mataku tiada sebanding denganmu
Beserta segala hidupmu yang takkan pernah hidup tanpanya
Terima kasih telah menjadi bagian yang itu
Kutunggu kita saling berbicara di mimpiku
Sampai hari di mana kita bertemu

"Malam itu tenang, tapi pikiranku terus bergerak. Kalau kutanya, "setan alas macam apa yang membuatku berpikir berlebihan?", tak akan ada yang mengerti jawabannya. Aku pun tak berharap memaknai jawabnya senyap .... Dunia yang dinaungi malam, sudahkah penghuninya terlelap ke alam mimpi? Walau kalian tidak akan mendapatkan dosa apapun karena tidak memikirkan tentangku, aku tidak seperti kalian. Hidup memang melelahkan, tapi lebih baik menunggu ... kecuali kau ingin menjadi temanku. Itu pun seperti menantikan kerlipan bintang di siang bolong."

Namun, pergantian waktu bukanlah milik malam semata. Perlahan, matahari yang belum berhenti berputar membawakan siang yang terik. Mendongak sedikit saja, tidak ada yang sanggup menahan silaunya cahaya yang menghiasi langit.

Beberapa tahun lalu, langit siang yang terik itulah saksi bisu atas kenangan dua orang manusia. Seorang di antaranya, bertemu karena kesempatan untuk mengeksplorasi potensi diri di bidang lain lebih jauh lagi, sedangkan seorang lainnya ... berusaha membuktikan bahwa dirinya lebih baik dibanding tahun lalu. Sementara salah satu mudah mendapatkan teman, yang lainnya harus mati-matian membangun keberanian di luar nalar sekadar untuk menatap lawan bicaranya.

Pertemuan pertama mereka ada di bawa langit siang tanggal 17 Desember. Ketika matahari yang terik menemani ratusan pasang langkah kaki para siswa menuju gedung olahraga yang tidak terlalu jauh dari sekolah, keduanya berkenalan karena salah seorang menyodorkan tisu kepada orang lainnya ... bahkan sebelum salah satunya mengajak bicara. Karena acara bebas, orang yang diberikan tisu pun senantiasa mengajak sosok penolongnya mengekor ke mana dia pergi sambil membicarakan kehidupan mereka berada di jurusan yang berbeda. Mereka menonton dari sudut tribun yang sama ketika menyaksikan pertandingan antarkelas, bergantian mendukung kelas satu sama lain, dan memasang raut wajah yang sama ketika tim dari kelasnya dikalahkan lawan.

"Yah .... Tontonan menarik sudah habis," keluh salah seorang.

Orang lainnya masih memandangi tribun, tetapi bibirnya membalas dengan senyuman kecil. Tak lama kemudian, salah seorang itu berseru, "eh, ada Fiona bawa hape. Kita foto bareng yuk, Rosy!"

Mendengar namanya dipanggil, orang lainnya---Rosy, seakan tidak mampu menolak ajakan itu, walaupun dia kurang menyukai foto bersama. Lagipula, Fiona adalah teman sekelasnya. Rosy merasa bahwa melakukan hal itu sesekali bukan masalah.

"Ih, tumben banget Rosy mau foto bareng. Biasanya ngga pernah mau," komentar Fiona. Rosy tersipu mendengarnya dan tidak membalas sepatah kata pun. "Nggak papa, Rosy. Mumpung ada Alex juga. Kapan lagi bisa foto bareng, 'kan?" goda Fiona.

"Terima kasih, Fiona," ucap Alex. Fiona pun membalas, "sama-sama! Aku beli minum dulu ya, sama teman-teman. Dah, Rosy!"

"Kita juga beli minum, yuk!" ajak Alex.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sampai Akhir yang Indah TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang