SANDIWARA BELAKA

62 14 7
                                    

Hari ini hari minggu, cuaca sore ini tidak cerah seperti biasanya, mendung hitam terlihat sedang menggelayuti langit, sama seperti perasaan Lia, diselimuti kesedihan yang tak kunjung sirna, beban pikiran Lia masih banyak karena status pertunangannya dengan laki-laki yang bernama Julio.

Semua teman-teman taekwondo Lia sudah pergi meninggalkan GOR, hanya Lia seorang diri yang masih fokus melipat baju taekwondo dan menggulung sabuk. Alasan kenapa Lia terlambat pulang adalah karena ia mengambil jatah latihan mandiri untuk lebih mengasah kemampuannya.

Sepasang kaki gadis yang memakai sepatu sneakers berwarna putih terlihat melangkah keluar dari pintu GOR, tampak Julio sedang tergesa-gesa berjalan ke arah Lia dengan memakai pakaian serba hitam, mulai dari jaket kulit, celana jeans dan sepatu converse.

"Lia," sapa Julio dengan ramah.

Gadis itu memejamkan matanya dan menghela napas panjang, sore ini bakal jadi hari yang melelahkan buat Lia, karena Lia tahu Julio pasti ingin meminta penjelasan dan itu tidak akan berakhir dengan cepat.

"Ngapain kamu ke sini?" Lia bertanya dengan ekspresi wajah datarnya.

"Kamu nggak pengen ngasi aku penjelasan, Ya?"

"Nggak ada yang perlu dijelasin! Minggir, aku mau pulang."

Julio merentangkan tangan kanannya untuk menghalangi pergerakan langkah Lia.

"Tapi, aku butuh, Ya."

Lagi, Lia menghela napas panjang, "Emang apa pentingnya sih, Yo?"

"Ya pentinglah, aku berhak tau kamu pergi ke mana dan sama siapa. Apa susahnya tinggal ngasi tau semuanya!" Julio mulai terlihat geram dengan sikap Lia yang kekeh tidak ingin memberikan jawaban apapun.

"Kamu pergi sama perempuan lain, apa aku pernah kepo? Kamu pergi ke mana pun, apa aku pernah ngelarang? Aku nggak pernah mempermasalahkan itu, Yo. Udahlah, urus hidup masing-masing aja. Aku capek, tolong pergi!" Lia mengibaskan tangannya supaya Julio enyah dari hadapannya.

"Lia, kamu itu tunangan aku. Aku nggak bakal tinggal diem kalo kamu pergi sama laki-laki lain di belakang aku."

"Bisa nggak mulut kamu itu diem! AKU UDAH MUAK SAMA KELAKUAN KAMU, YO!" Lia mengacak rambutnya dengan kasar.

"Ya, harusnya yang marah itu aku. Kamu matiin telfon dari aku, aku chat nggak dibales. Mau kamu apa sih?"

"Aku mau kamu batalin pertunangan kita!"

"Tiba-tiba? Kamu ada salah makan apa, Ya? Kenapa kamu jadi berani ngelawan aku? Apa laki-laki brengsek itu udah ngasi racun ke kamu?"

Sebelumnya, Lia memang lebih banyak diam, karena Lia tahu percuma meladeni orang seperti Julio, seperti tidak ada akhirnya. Tapi, setelah kenal dengan Elang, pikiran Lia jadi terbuka. Sudah seharusnya Lia melakukan apapun yang ia mau, jika dirasa mendapat perlakuan yang tidak pantas, Lia berhak marah, karena kata Elang, "Nggak baik memendam amarah, emosi itu harus dikeluarin biar hati jadi lebih lega."

"STOP! Please, Yo. Kamu kan tau aku nggak pernah cinta sama kamu! Aku nggak pernah mau tunangan sama kamu! Aku menyetujui pertunangan ini karena terpaksa. Kalo kamu punya rasa kasihan dikit aja sama aku, batalin pertunangan kita! Kenapa kamu selalu maksa aku buat cinta sama kamu?"

"Siapa suruh kamu punya utang sama keluargaku? Kamu harus terima dong akibatnya apa. Dan itu hak aku buat milikin kamu. Walaupun kamu nggak cinta sama aku, tapi aku bakal tetep jadiin kamu istri aku, inget itu, Ya!"

Lia menahan diri sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah, ingin rasanya ia melampiaskan seluruh kekesalannya pada Julio, tapi Lia masih bisa menguasai diri. Ia tak ingin mengotori tangannya untuk memukul Julio.

"Aku bakal bayar utangku, Yo. Kamu nggak usah khawatir, setelah utangku lunas, pertunangan ini batal. Oke? Jadi, kamu nggak perlu buang-buang tenaga lagi buat minta penjelasan nggak penting kayak gini. Istri? Jangan mimpi!"

Lia sudah lelah berdebat dengan Julio, ia melangkahkan kakinya melewati Julio yang saat ini sedang mendongakkan kepalanya ke atas karena menahan amarah. Sayangnya langkah Lia terhenti karena lengannya di tarik oleh Julio, sontak membuat tubuh Lia berbalik dan jatuh ke pelukan Julio. Julio memeluk Lia dengan erat, membuat Lia kewalahan mengatur napas.

"Yo, lepasin, Yo!" Lia menggeliat seraya menepuk dada Julio berulang kali, banyak cara yang ia lakukan agar bisa lepas dari pelukan Julio, namun tubuh Julio lebih besar dan kekar, sehingga membuat pergerakan Lia terhambat.

"Lia, aku cinta sama kamu, Ya. Kenapa kamu nggak pernah buka hati kamu buat aku, hmm?" Julio menenggelamkan wajahnya di pundak Lia.

"Lepas, nggak! Aku nggak bisa napas, Yo."

"Kalo aku lepasin, kamu janji bakal ngasi jawaban buat aku, kan?"

"Lepas, Yo! Sebelum aku bikin kamu nyesel seumur hidup!" Lia sudah siap menguatkan kakinya.

Seolah tahu pergerakan Lia, Julio melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Lia dan membuat pelukannya lebih erat agar kaki gadis itu tidak bisa bergerak leluasa. Julio jelas tak ingin kalah dari Lia. Meskipun Julio kuliah di jurusan Ekonomi, tapi ia sedang menekuni olahraga boxing untuk menjaga kebugaran tubuh. Walaupun tidak ditujukan untuk prestasi, tapi Julio cukup mahir dengan boxing yang sudah ia geluti selama enam bulan ini.

"Jangan pake kekuatan kamu, Sayang. Aku nggak bakal biarin kamu nyakitin aku."

Berhubung Lia banyak bergerak agar bisa melepaskan diri, Julio dengan sigap mendorong tubuh Lia sampai punggung gadis itu beradu dengan dinding GOR. Julio merekatkan kedua tangan Lia di atas kepala dan mengunci kedua tangan gadis itu.

Sementara Lia, hanya pasrah mengikuti permainan Julio. Tenaga Lia sudah terkuras habis untuk latihan taekwondo dan harus Lia akui kekuatan tubuh Julio tidak bisa diremehkan begitu saja. Mata Lia terlihat sudah memerah karena terlalu banyak menahan emosi.

"Aku bakal mutusin pacarku, Ya. Tapi, kamu harus janji bakal nyerahin hati kamu buat aku. Kamu nggak perlu susah-susah nyari duit buat bayar utang. Asal kamu mau jadi istri aku, semuanya beres."

"Sampai kapanpun aku nggak bakal sudi jadi istri kamu, ngerti!" tegas Lia.

"Ternyata ngomong baik-baik sama kamu itu nggak ada gunanya ya, emang pengennya dikasari terus." Julio menyeringai seraya menggertakkan giginya.

"Bukannya kamu biasanya emang selalu kasar? Sandiwara kamu sore ini nggak guna sama sekali, Yo. Orang nggak mungkin bisa berubah dalam sehari."

Lia tahu sikap sok romantis yang Julio berikan sore ini bukanlah sebuah ketulusan, melainkan hanya sandiwara belaka untuk meluluhkan hati Lia. Tapi, Lia tak sebodoh itu, ia paham betul bahwa Julio yang ia kenal selalu tempramen dan bicaranya kasar.

"Baru kali ini aku ngeliat kamu berani ngomong blak-blakan, aku jadi makin tambah cinta deh sama kamu. Sampein rasa terima kasihku buat laki-laki yang udah ngajak kamu jalan kemaren, dia berhasil bikin kamu tambah berani kayak gini."

Julio mendekatkan wajahnya pada Lia, lama ia memandangi warna bibir alami Lia yang berwarna merah jambu.

Lia yang merasa terancam mulai mengeluarkan kalimat umpatan untuk Julio, Nggak usah macem-macem, BANGSAT!

Lia yang merasa terancam mulai mengeluarkan kalimat umpatan untuk Julio, Nggak usah macem-macem, BANGSAT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julio, JEBAL!!!!!

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang