LIA, SI PROJEN

87 14 11
                                    

Jadwal kuliah Lia di semester pertama hari selasa ini adalah mata kuliah atletik. Tidak seperti jurusan lain, dosen-dosen pendor punya cara tersendiri untuk mengajarkan mahasiswanya disiplin dan tepat waktu. Walaupun sebenarnya mereka semua sudah terlatih karena basic-nya memang atlet. Tapi, Ibu Wija selaku dosen atletik tak ingin bersantai ria dalam menggembleng mahasiswanya.

Jadwal masuk mata kuliah atletik pukul 06.30 pagi, bukan 06.30 baru berangkat dari rumah, melainkan 06.30 harus sudah stand by baris di lapangan voli kampus untuk bersiap-siap jogging ke luar jalan besar. Nantinya mereka akan melewati asrama atlet, melewati asrama haji, melewati stadion atletik, lalu kembali ke kampus. Kalau di total bisa memakan waktu selama 20 menit, ini kalau jogging-nya tidak pake acara berhenti lho ya.

Jangan harap anak jurusan olahraga semester pertama bisa duduk tenang di dalam kelas, melainkan harus selalu praktik di lapangan. Siapapun yang kekuatan fisik dan mentalnya tidak mendukung, maka sudah bisa dipastikan ia tak kan bisa bertahan di kampus pendor. Itulah kenapa dari awal Elang serius menanyakan pilihan jurusan yang Una inginkan, karena kuliah di kampus pendor tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Hari ini, Elang juga punya jadwal masuk pagi untuk mata kuliah bola tangan. Elang girang bukan main karena baru kali ini ia bisa bertemu dengan gadis yang bernama Emilia Sarah Ziannisa di kampus. Maklum saja, Lia dan Una berada di kelas yang sama yakni kelas Kepel 1A, Kepel ini singkatan dari Pendidikan Kepelatihan Olahraga, salah satu program studi yang ada di pendor. Karena nama prodinya terlalu panjang, maka disingkat menjadi Kepel saja. Sedangkan Elang, karena sudah berada di semester tiga, maka kelasnya berubah nama menjadi Kepel 3A.

Kalau Lia masuk jam 06.30, maka Elang masuk jam 07.30, hanya selisih satu jam saja. Jadi, ketika Lia beserta rombongan kelasnya sudah selesai melakukan kegiatan jogging keluar jalan besar, Elang dan kawan-kawan baru mulai berbaris di lapangan untuk melakukan warming up.

Dari kejauhan Elang curi-curi pandang pada Lia. Gadis bertubuh semampai dengan rambut dikuncir kuda. Saat ini Lia memakai baju lengan panjang berwarna kuning, dipadukan dengan celana training berwarna hitam, kontras dengan sepatunya yang berwarna kuning menyala, itu semua membuat pesona Lia terpancar dan membuat Elang terpana.

Sebelumnya, Elang memang pernah jatuh cinta, kalau dihiperbolakan bisa seribu kali ia diserang virus merah jambu, tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Padahal Lia tidak terlalu cantik seperti mantan-mantan Elang yang lain. Lia adalah gadis sederhana yang sikapnya selalu dingin terhadap laki-laki, wajahnya juga kelihatan galak. Kalau biasanya para gadis yang ngejar-ngejar Elang, kini Elang yang merasa terpanggil harus memperjuangkan cintanya Lia.

"Lu ngeliatin siapa sih?" tanya Dhana sama Elang.

"Palingan target barunya dia, Dhan. Kayak nggak kenal krokodail aja." Cakra nyeletuk sambil melambungkan bola yang ada tangan kanannya.

"Ck ck ck, tobat, lu, Lang." Dhana menggeleng-gelengkan kepala karena sudah pusing dengan sikap Elang yang tak kunjung berubah.

"Iya, gue tobat setelah bisa naklukkin hatinya dia." Elang menunjuk Lia dengan dagunya.

"Yang mana? Yang baju merah? Yang baju item? Atau yang baju pink?" Cakra mengedarkan pandangannya ke arah lapangan voli, ia melihat para juniornya sedang diberi waktu istirahat oleh Bu Wija.

"Bukan, itu yang baju kuning," ujar Elang.

Dhana jadi ingin tahu siapa gadis yang jadi incaran Elang kali ini, sepasang bola matanya menangkap sosok berbaju kuning seperti yang diucapkan Elang, sosok itu tak asing bagi Dhana.

"Oh, si anak taekwondo. Alah! sok-sok an mau naklukkin hatinya Lia, yang ada elu babak belur sama pacarnya."

"Lah, kok lu tau Lia, Dhan?"

"Ya tau lah, si Lia tetangga gue, Lia udah ada yang punya, lu cari yang laen aja, daripada susah urusannya."

"Emang kenapa kalo dia udah punya pacar?"

"Nggak pa-pa sih, tapi masak seorang Elang jadi perebut pacar orang, kayak nggak ada cewek lain aja. Hahahaha."

Dhana tergelak, begitu pula dengan Cakra, mereka berdua tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau julukan Elang berubah dari krokodail menjadi bucarang alias perebut pacar orang.

"Sebelum janur kuning melengkung, gue bakal berjuang sampai titik darah penghabisan." Elang mengepalkan tangan kanan untuk menunjukkan kepada kedua sahabatnya bahwa ia semangat 45 untuk menaklukkan hati Lia.

"Gaya amat sih lu, Lang." Cakra mencibir.

"Daripada elu, jomlo mulu."

"Yee, gue jomlo karena pengen ngasi hati gue ke orang yang tepat. Emang elu? Gonta ganti pacar, udah jadi piala bergilir, lu."

"CAK!" Dhana meninggikan suaranya memanggil Cakra.

"APA!" jawab Cakra tak kalah seru.

"Elu kalo ngomong suka bener, hahahaha."

Dhana dan Cakra memang hobi meledek Elang. Tiap ketemu, pasti Elang jadi bahan ejekan melulu. Sungguh malang nasibmu, Lang.

"Emang pacarnya Lia siapa, Dhan?"

"Kepo amat sih, amat aja kagak kepo."

"Bangke bener, lu ye. Gue nanya serius ni."

"Jangan dikasi tau Dhan, entar dia nekat cari masalah lagi."

"Gue nggak mau ngasi tau, cari tau aja sendiri. Tapi, saran gue, mending urungin deh niat lu buat naklukkin hatinya Lia, itu cewek aneh tau nggak, gue aja yang tetanggaan sama dia nggak pernah saling sapa. Lia dinginnya sampe ke ubun-ubun, lu tau disney projen? Nah, si Lia ini lebih projen daripada projen. Gue yang selalu papasan sama dia aja selalu dianggep ghoib."

"Serius, lu?" Elang bingung bukan main, karena rasanya mustahil ada gadis yang tidak terpikat dengan kegantengan wajah Dhana. Kalau ada orang yang menganggap Dhana ghoib, berarti ada yang tidak beres dengan Lia. Tapi, setelah Elang pikir-pikir lagi, wajar kalau Lia begitu, karena Lia sudah punya pacar, jadi bisa saja tak mau bersikap ramah dengan laki-laki lain.

"Lia begitu ke elu karena dia punya pacar, Dhan." Cakra memberikan pencerahan pada Dhana yang merasa kesal karena selama ini dianggap ghoib oleh Lia.

"Gue setuju tuh sama Cakra." Elang menunjuk Cakra dengan jari telunjuknya karena menganggap apa yang dikatakan Cakra mengandung kebenaran.

"Iya, gue tau. Tapi, entahlah, aneh aja, gue yang punya pacar aja nggak sampe segitunya, minimal senyum kek, bilang hai kek, atau apa kek. Basa basi gitu lho, Dia kan, tinggal di Indonesia, nggak tinggal di Korea, jadi bersikap ramah itu yang utama biar bisa hidup rukun bertetangga."

"Kenapa omongan elu mendadak sok bijak gitu, Nyet?" Elang menjitak kepala Dhana dengan pelan.

"Adoh, sorry, kebawa emosi gue."

Elang tak habis pikir dengan perkataan Dhana, "Apa iya Lia seaneh itu, anak itu emang dingin kayak projen, tapi apa separah itu? Jadi, yang gue liat seminggu yang lalu itu siapa? Apa bukan Lia?"

Elang tak habis pikir dengan perkataan Dhana, "Apa iya Lia seaneh itu, anak itu emang dingin kayak projen, tapi apa separah itu? Jadi, yang gue liat seminggu yang lalu itu siapa? Apa bukan Lia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emilia Sarah Zinannisa

Elang ||  Lucas NCT - SUDAH TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang