Setelah ujian selesai. Siswa di persilakan untuk beristirahat sebelum waktu kedua untuk mengerjakan ujian kembali berlangsung. Para pengawas memberikan waktu 30 menit untuk siswa gunakan dengan baik, entah dalam hal belajar, mengisi perut atau sekedar berbincang-bincang bersama teman.
"Mau kemana?" Reynand memberhentikan langkahnya. Nara yang berada di sebelahnya mengerutkan keningnya. Tidak biasanya gadis itu memulai pertanyaan duluan dengan orang lain selain dirinya dan Agam.
"Mau ikut?" Tawaran Reynand membuat Rain menimang-nimang jawabnya dan berakhir gadis itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Setelah itu, kaki kecilnya melangkah menghampiri Reynand.
"Kak Rey mau ke kafetaria?"
Reynand menggelengkan kepalanya. Lelaki itu terus melangkah, sedangkan Rain hanya bisa mengikutinya dari belakang. Sesekali ia bergumam dalam dirinya sendiri mengenai perlukaan dirinya kali ini. Tubuhnya seakan bergerak begitu saja saat Reynand mengajaknya tadi, bahkan otaknya tidak sempat berfikir dengan baik dan berakhir menerima ajakan Reynand. Padahal tidak ada gunanya mengikuti lelaki itu.
"Kenapa ke gerbang?" Tanya Rain.
Saat beberapa langkah ingin mencapai bangunan kecil yang ada di depan sekolah. Refleks Reynand memberhentikan langkahnya, lupa bahwasa ada mahluk kecil di belakangnya yang tadi dia ajak kemari.
Lelaki itu tersenyum saat Rain sampai di depannya dengan wajah yang menyipit akibat paparan sinar matahari yang sangat terik siang ini.
"Sebenernya kita mau apa kesini?"
Reynand tidak menjawab, lelaki itu. Membawa langkah Rain mendekat ke sebuah bangunan kecil di depan sekolah.
"Santa Claus, udah datang?"
Pertanyaan tersebut Reynand ajukan pada kedua orang yang menjaga gerbang. Salah satu dari keduanya menganggukkan kepalanya, sedangkan yang satunya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ada-ada aja, Reynand ini" ucapnya.
"Aku bener, pak. Kurir paket itu punya nama bagus untuk di panggil, Santa. Santar Claus" kekeh Reynand. Kedua penjaga sekolah pun ikut tertawa, Rain yang berada di sebelah lelaki itu juga ikut tertawa.
"Ini barang kamu hari ini, Reynand" satu penjaga sekolah menyodorkan sebuah kotak ke arah Reynand yang langsung di terima dengan sopan oleh pria itu.
"Terimakasih, yaa, pak"
"Kenapa kamu gak kirim ke rumah kamu aja?" Satunya ikut membuka suara.
"Dirumah aku gak ada orang, ga ada yang nerima nantinya. Dari pada barangnya di balikan, lebih baik aku kirim ke alamat sini" jelas Reynand, kedua menganggukkan kepalanya secara serempak.
"Reynand gak punya uang banyak, ini dibagi dua yaa. Reynand masuk, makasih ya pak" Uang bernominal paling besar Reynand keluarkan dari saku seragamnya. Lelaki itu memberikan uang sebesar seratus ribu tersebut kepada kedua penjaga sekolah.
"Lumayan buat beli kopi" setelah mengucapkan itu, Reynand melangkah memasuki gedung sekolah. Genggaman pria itu tidak lepas sejak tadi, telapak tangannya memegang erat pergelangan tangan Rain.
"Isinya apa?" Rain hanya ingin tahu. Sebab raut wajah Reynand terlihat senang, maka dari itu ia mengajukan pertanyaan tersebut.
"Kalung" balasannya.
Setelah usai membuka kotak yang sejak tadi Reynand nantikan. Pria itu memberikan perintah pada Rain untuk memunggunginya.
"Mau apa?"
Reynand tidak menjawab, pria itu hanya mengisyaratkan agar Rain melakukan perintahnya lewat tatapan mana. Jadi mau tidak mau, Rain menurut.
Dengan perlahan, tangan Reynand memakaikan kalung tersebut pada leher Rain. Bandulan yang indah sangat cocok jika di padukan dengan warna kulit milik Rain.

KAMU SEDANG MEMBACA
GALINI
FanficRibuan, bahkan jutaan detik aku serahkan semuanya pada sebuah kisah, dengan suasana hujan yang menjadi saksi. Bahwa ada banyak arti dari satu kalimat, dan di saat itu, aku tersenyum tipis karena sadar, bahwa semuanya adalah sebuah sejarah yang aku d...