06. Warna Yang Tidak Di Gemari

3 1 1
                                    

Pagi ini Rain hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong. Lidahnya seakan keluh untuk berbicara, suasana hatinya tidak baik saat ini. Padahal siang tadi ia terlihat baik-baik saja, namun malam ini. Semuanya yang ada di dalam dirinya tercampur aduk tidak terbentuk.

Mengingat satu jam yang lalu, Nara memberikan kabar bahwa pria yang belakangan ini dekat dengan Rain memiliki kekasih. Awalnya ia tidak percaya dengan ucapan Nara. Namun gadis itu menegaskan bahwa itu adalah sebuah fakta yang harus Rain terima, gadis itu sendiri melihat bagaimana Athala Reynand mengungkapkan perasaannya.

Beberapa menit sebelum Nara memberitahunya. Rain baru tersadar dengan perasaannya kepada Reynand, cinta.

Cinta yang yang tidak tahu menahu tentang apa ia datang. Tidak ada alasan kenapa atau bisa, dia dalam merasakan cintanya saat ini.

Nara kesal dengan fakta ini, tetapi ia bisa bernafas lega karena bukan Rain yang melihatnya langsung.

"Kebohongan sekecil apapun itu bisa jadi besar jika di sembunyikan" Agam yang saat itu mengetahui keadaan, berucap demikian.

Pada saat itu, Agam memaksakan Rain untuk bercerita. Namun ia paham akan sesuatu, gadis itu butuh ruang untuk sendiri. Merenung dalam keheningannya serta gelap yang menjadi temannya saat ini.

"Nangis kalau kamu mau" usai mengucapkan itu. Agam melangkah keluar kamar Rain tanpa mempedulikan keadaan Rain terlebih dahulu.

Dalam keadaan seperti ini, ia tidak ingin menyalahkan siapapun. Rain tidak ingin menyalahkan Reynand, dirinya, perasaannya atau sikap pria itu. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah menjadi tenang seperti dirinya semula.

___

Langit yang cerah membawa langkah Rain memasuki sekolah, beriringan dengan Agam yang berada di sebelah. Pagi-pagi sekali, Agam datang kerumah atas perintah Ibunya yang meminta pria itu untuk berangkat bersama Rain.

"Belum ada alasan kamu untuk nyerah" mendengar itu, Rain menggeram kesal.

Bukan perkataan Agam yang salah, hanya saja hatinya untuk saat ini tidak mau membahas hal-hal semacam itu.

Langkah keduanya berhenti saat melihat atensi seseorang berjalan mendekat ke arah mereka dengan langkah cepat serta senyum yang tercetak jelas di wajahnya. Spontan, Agam mengambil langkah kedepannya, satu tangannya menarik Rain untuk bersembunyi di punggungnya.

Keadaan seperti itu bukanlah waktu yang tepat untuk berjumpa.

"Rain!!" Nada suaranya terdengar berbeda, terdengar lebih semangat.

"Hari ini aku mau berkunjung ke rumah kamu, boleh?" Tanya pria itu. Dalam geram Agam berkata-kata kasar. Memandang Reynand dari atas hingga bawah.

Dia tahu hal seperti ini terkesan tidak sopan, namun mau bagaimana lagi?

Helaan nafas panjang terdengar dari bibir Agam, hal itu membuat Reynand mengalihkan atensinya pada sosok Agam, lalu menaikan satu alisnya.

"Dia ga bisa ngomong" ucap Agam kelewat datar pada Reynand.

"Kenapa?"

"Sakit gigi" balasnya. Setelah itu, Agam langsung membawa Rain pergi menjauh dari Reynand.

Usai langka keduanya menjauh dari Reynand. Agam menatap wajah Rain yang menunduk.

Keduanya kini berada di ujung lorong sekolah lantai dasar. Dalam hening, Agam bisa mendengar suara isakan tertahan Rain yang sedang menundukkan kepalanya.

"Dia kan?" Rain mendongakkan kepalanya. Dengan mata yang sendu, Rain dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Agam? Dia hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah kakaknya itu.

GALINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang