04. Beberapa Baris Kata Dari Agam

4 1 0
                                    

Disaat sinar bulan mulai masuk melalui celah kamar Rain, suasananya terdengar sedikit ramai karena Nara tiba-tiba saja datang ke rumahnya tanpa alasan.

Mengenai Reynand. Lelaki itu memilih untuk langsung pulang ke rumahnya, padahal saat itu. Rain menawarkan untuk singgah sejenak, tetapi pria itu menolak.

Dengan raut wajah penuh kecewa, Rain membiarkan Reynand pulang. Tetapi dalam langkah Reynand ingin meninggalkan rumah Rain, pria itu menepuk-nepuk kepala Rain sebanyak tiga kali.

"Lain kali aku mampir" gumamnya sambil tersenyum. Wajahnya keduanya sejajar karena Reynand sengaja melakukan hal tersebut. Usai itu, Rain hanya bisa menganggukkan kepalanya. Lalu menatap kepergian Reynand yang keluar dari pekarangan rumahnya.

"Dia itu terlalu banyak tingkah" timpal Nara secara tiba-tiba.

Sambil duduk di atas ranjang dengan sepotong kue dan teh hangat, Rain dan Nara saling bercerita. Lebih tempatnya, keduanya tengah membahas orang lain yang kini tengah menjadi perbincangan hangat dalam kalangan sekolahnya.

Tentang Reynand, Rain sama sekali tidak membuka suara tentang lelaki itu. Ia memilih untuk menyembunyikannya untuk saat ini.

"Setiap saat kesana-kemari dengan banyak orang. Itu namanya cari perhatian" Nara melanjutkan perkataannya. Rain hanya bisa mengangkat cangkirnya sambil mendengarkan perkataan Nara, sesekali gadis itu mengangguk. Beberapa kali juga, ia ikut berbicara untuk menanggapi.

Saat Nara ingin kembali membuka suaranya, pintu kamar Rain terbuka secara tiba-tiba tanpa di ketuk.

Keduanya bisa melihat Agam yang menyembulkan kepalanya di balik pintu, melihat keadaan aman, Agam membuka lebar pintu kamar Rain.

"Charger punyaku ada disini?" Kaki jenjangnya mulai melangkah masuk ke dalam kamar. Saat ini, Agam membalut tubuhnya dengan baju berwarna cream dengan balutan celana berwarna hitam selutut yang menjadi panduannya.

Lelaki itu memutuskan untuk menginap malam ini.

"Disitu kayaknya" Tangan Rain terangkat menunjuk meja belajarnya.

Beberapa menit lalu, ia melihat sebuah charger di sana. Kemungkinan itu milik Agam.

"Kenapa bisa ada disini?" Saat Agam berhasil menggapai charger miliknya, Rain mengajukkan pertanyaan.

Nara yang hanya bisa memperhatikan kakak beradik itu hanya bisa terdiam, kebetulan ia tidak terlalu mengenal Agam.

"Sebelum kamu nempati kamar ini, aku ada disini---Tidur" jelasnya

Saat Nara datang, keduanya memang memilih singgah di ruang tengah untuk beberapa menit. Setelah itu, Rain baru menawarkan ke kamar gadis itu. Saat memasuki kamar Rain, keduanya memang melihat Agam keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang basah.

Rain simpulkan lelaki itu baru saja mandi di kamar mandi Rain, tetapi nyatanya. Pria itu sebelumnya tertidur di kamarnya.

Alasan Agam memilih mandi di kamar Rain karena peralatan di kamar mandi gadis itu lebih lengkap dari pada di kamar mandi luar ataupun kamar mandi kedua orangtuanya.

"Kalau gitu, balik ke kamar kamu" titah Rain.

Agam memutar matanya, malas. Tanpa gadis itu suruh, Agam juga akan keluar.

"Gak boleh ngomongin orang" tuturnya, ia tidak sengaja mendengar perbincangan keduanya tadi dari luar kamar Rain.

"Kan memang perempuan seperti itu." Kali ini Nara membuka suaranya, menjawab perkataan Agam.

"Mulut itu bisa berhenti, kalau hati dan pikiran bisa di kendalikan dengan baik. Kalian gak pinter melakukan itu---nambah dosa" penjelasan Agam membuat Nara diam. Sedangkan lelaki itu memilih melangkah keluar dari kamar Rain.

GALINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang