aa Kasihan aa

34 3 0
                                    

.
.
.

Sore itu kediaman Wiratama nampak sedikit ramai oleh nyanyian merdu dari bilah bibir Sadewa.

Dapat dilihat juga dua motor vespa matic terparkir rapi dihalaman dengan keadaan penuh sabun oleh tersangka Sadewa yang menggosok dengan lamban tiap sisinya. Sedangkan Nakala sendiri tengah berdiri diteras memantau pekerjaan adiknya

Mengapa hanya Sadewa yang bekerja? Ini disebabkan karena Sadewa kalah taruhan semalam. Jadi mau tidak mau ia harus mencucikan motor Abangnya juga sore ini.

"Ewa itu slebor belakangnya belum Lo bersihin!" Ucap Nakala saat sambil mengambil selang air. Agaknya mulai kesal dengan kerja lamban adiknya.

"Yaelah sabar napa, tangan gue cuman dua." Ucap Sadewa menanggapi. Memang mager sekali manusia satu ini, kegiatan yang dimulai dari jam 4 hingga jam 5 lebih belum juga rampung digarap.

"Ya emang cuman dua siapa juga yang bilang empat, cepetan udah sore ini!" Nakala mulai menyiram sisa-sisa sabun dan busa yang masih menempel.

Sebenarnya Nakala malas membantu tapi mengingat kerja lamban kembarannya ia tak mau nanti kena semprot ayah nya karena belum selesai saat beliau pulang

" Ya itu udah dulu mainannya, cepet selesain ini udah mau magrib. Ayah marah-marah tau rasa Lo." Ucap Nakala menambahi. Masalahnya kembarannya itu kalau tidak diingatkan bisa lupa waktu.

Maklum saja jika Sadewa lambat dalam menyelesaikan tugasnya orang daritadi tangannya sibuk membuat busa untuk bermain.

Sadewa kemudian mengalihkan pandangannya menatap langit. Langit yang tadinya berwarna biru cerah perlahan berubah warna menjadi jingga.

Akhirnya Sadewa dengan berat hati mempercepat kegiatan menggosok kedua kuda besi tersebut. Sedangkan Nakala dengan cepat membilas busa-busa yang tertinggal.

Kegiatan cuci mencuci motor akhirnya selesai dengan aman tentram tanpa pertumpahan darah dan percekcokan mulut.

"Udah yok, gue mau mandi dulu. Nanti abis gue elo yang mandi. Lap in yang bersih tuh motornya." Nakala beranjak ke dalam rumah.

"Iyeee tuan, gue lap in sampek kinclong." Ucap Sadewa dengan tangan yang bergerak aktif mengelap tiap sisi motornya.

Selesai dari acara mengelap Sadewa pun mengembalikan kedua kendaraan itu kedalam garasi. Kemudian kembali mendekati kran air yang digunakan tadi.

Aji mumpung katanya mumpung udah basah nyebur aja sekalian kata Sadewa mah. Dengan gerak cepat kembali menyalakan kran air dan bermain dengan riangnya.

Tidak berselang lama gerbang depan rumah bapak Arjuna itu terbuka disusul dengan sebuah mobil hitam mengkilap yang memasuki halaman.

Tiba-tiba Sadewa teringat dengan video ibuk-ibuk yang beberapa kali lewat difypnya saat melihat kaca jendela samping kursi pengemudi terbuka.

Dengan cepat Sadewa melemparkan asal selang yang dipegang kemudian mengambil wadah yang kosong dan berlari menuju mobil itu.

Dengan percaya diri menyodorkan wadahnya ke samping kaca pengemudi yang terbuka. Dari situ tampaklah seorang pria dewasa tengah menatap apa yang akan dilakukan keponakannya dengan raut malas.

"Ommmm kasihan ommmmm, ommmm kasihan ommmm...." Dengan lantang Sadewa mengucapkan kalimat itu dengan nada yang dibuat-buat.

"Ommmmm satu eM aja cukupppp, ommmmmm satu eM aja cukupppppp." Si korban yang berada didalam mobil hanya bisa mengurut pangkal hidungnya lelah menanggapi kelakuan random anak abangnya itu.

Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang