Prolog

81 5 2
                                    

.
.
.


Tok tok tok tok...

" Sat buka pintunya! Gue kebelet ini, mandi apa semedi sih lo? "

" Adekku sayang mulutnya minta dicabe in ya? Turun aja ke kamar mandi bawah. "

" Udah diujung ini, CEPET!!! "

Sepertinya telinga ayah Juna memang didesain tahan banting oleh Tuhan.

Bagaimana tidak, ini masih jam setengah lima subuh dan suara si kembar telah memenuhi seisi rumah.

Ayolah dirumah mereka masih ada beberapa kamar mandi yang kosong, tapi kenapa mereka lebih memilih berebut?

" ANAK-ANAK JANGAN RIBUT TERUS, CEPET SHOLAT SUBUH DULU. "

" IYA YAH, BENTAR LAGI. SI EWA NIH NGRECOKIN MULU... "

" KOK GUE??? "

" YA KAN EMANG ELO. "

" AYAH ABANG BO'ONG, DIANYA AJA DARI TADI SEMEDI DIKAMAR MANDI! "

...

Aduh kok makin ribut sih...

Rasa-rasanya ayah Juna ingin melambaikan tangan ke kamera dan menyerah saja.

Poor ayah Juna:(

" AKA, EWA. DIAM ATAU PAMAN JAHIT MULUT KALIAN. "

Akhirnya pertolongan datang juga.

" SIAP PAMAN. "

Setelah suara menggelegar terdengar dari arah dapur baik Kala maupun Dewa tidak ada yang berani membuka mulutnya lebar-lebar.

Agaknya ayah Juna sedikit tertolong dengan adanya paman Saga.

Hahaha, kita hampir melupakan satu lagi penghuni rumah Ayah.

Kalau kata Nakala "Hawa keberadaanya terlalu tipis makannya nggak ada yang sadar. "

Kamu mau bilang saya setan? - Paman Saga
Nggak gitu paman, Aka cuma menjelaskan garis besarnya. - Kala

Beda lagi kalau kata Sadewa " Badan paman itu terlalu mikro, makannya nggak keliatan. "

Kado tahun depan paman pastikan cermin memenuhi kamar kamu- Paman Saga
Kok tega banget sih:( - Ewa

Ya, beginilah kira-kira gambaran hari-hari yang akan Ayah Juna lalui.

Bagi kamu-kamu yang sekedar lewat jangan lupa mampir ya.

Memang cerita ini bukan cerita yang spesial, banyak kurangnya malah.

Tapi....

Cerita ini akan berusaha buat kamu-kamu yang mampir gemes sama tingkah lakunya keluarga ayah Juna.

Mulai dari kesabaran ayah Juna, keabsuran abang Aka, kejahilan adek Ewa ditambah mulut pedas paman Saga bakal buat kamu geleng-geleng kepala.

Jadi ayo buat perasaan kamu seperti diaduk-aduk layaknya bumbu yang ada dalam panci berisi air mendidih.

Atau layangan yang terbang diantara awan

Atau layaknya hujan yang membasahi bumi.

Tapi satu hal pasti yang akan kamu pelajari dari cerita ini adalah

" Bahagia itu sederhana. "

~see you next time.

-Ly

Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang