Jeje merapihkan penampilannya sebelum masuk kedalam rumahnya, ia berjalan dengan terus menunduk hingga suara sang bunda berhasil menghentikan langkahnya.
"Kenapa kamu?" Tanya bunda Jeje ketus.
"Gapapa bunda." Jawab Jeje.
"Berantem lagi kamu ya?!" Tanya Bunda Jeje saat melihat wajah Jeje yang terdapat beberapa luka.
"Enggak bunda, aku cuma jatuh dari pohon pas disekolah." Elak Jeje.
"Gak usah bohong! Sini kamu!" Bentak bunda Jeje lalu menarik paksa tangan Jeje.
"Bunda jangan! Jeje gak bohong bunda." Lirih Jeje.
"Hadap sana!!"
"Bunda maaf." Ucap Jeje memohon ampun dari sang bunda.
"Kamu tuh harus dikasih pelajaran dulu biar bisa mikir! Pinter enggak malah cari masalah mulu!" Bentak sang Bunda.
Ctakkk
"Bundaaa maaf bundaa sakit." Tangis Jeje pecah saat bunda memukulnya menggunakan gagang sapu dengan keras.
"Bunda maaf bunda." Tangis Jeje.
"Dasar anak nakal! Mau jadi apa sih kamu!!"
Ctakkk
"Bundaa sakit!! Hiks bunda sakit." Ucap Jeje yang terus terisak merasakan sakit.
Ctakkk
"Jeje gak bakal nakal lagi bunda Jeje janji." Isak Jeje.
Brakkk
Bunda Jeje melempar sapu yang ia pegang "Pergi sana kamu!! Renungin kesalahan kamu." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Jeje yang masih terisak menahan perih pada punggungnya.
Hal ini bukan sekali dua kali Jeje rasakan, dari Jeje berusia 9 tahun jika ia nakal ataupun bertengkar dengan kakak maupun adiknya, Jeje lah yang akan mendapatkan pukulan dari sang bunda.
Selama itu pula Jeje menahannya sendirian tanpa memberitahu siapapun apalagi sang ayah.
Karena bunda pernah bilang, jika Jeje memberitahu ayah maka keluarga mereka semuanya akan hancur. Itulah hal yang paling Jeje takutkan.Jeje terus menangis sambil berjalan ke dalam kamarnya. Rasa perih dan sakit menjalar pada punggungnya. Jeje membuka seragam sekolahnya lalu melihat punggungnya dari pantulan cermin yang ada dihadapannya.
"Ayah Jeje sakit." Isak Jeje pelan.
"Sakit bunda, kenapa selalu Jeje yang kena pukul bunda." Ucapnya.
Dengan cepat Jeje menyeka air matanya dan mencoba mengobati dengan susah payah luka dipunggungnya.
Lalu mengganti pakaiannya untuk bersiap menemui sahabatnya karena ia telah berjanji untuk ikut belajar bersama.***
Haidar menatap aneh langkah Jeje yang sangat pelan, biasanya ia akan berjalan dengan semangat menuju rumah Javi dan Jovi."Lo abis nangis ya?" Tanya Haidar.
"Iya, gue nonton drakor dulu tadi sedih banget." Elak Jeje.
"Dasar anak mellow lu, dah ah ayo buruan." Ucap Haidar lalu merangkul Jeje membuat Jeje menahan ringisannya.
"Gak usah ngerangkul!! Lo bau." Dengus Jeje.
"Enak aja lo! Nih ketek gue juga wangi!" Protes Haidar sambil mengarahkan ketiaknya pada Jeje membuat Jeje teriak kesal.
"Ck pada ribut! Buruan masuk." Ajak Reno yang sudah berdiri di depan pintu rumah Javi dan Jovi bersama Marven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
FanfictionJeje dan kisahnya. Percintaan, persahabatan, keluarga Jeje penuh dengan kejutan.