05. perpisahan di depan mata

70 11 0
                                    

lea membuka mata perlahan, pupilnya menyesuaikan diri dengan cahaya yang menerobos masuk memenuhi kamar tidur, perempuan itu menggeliat, lalu matanya terbuka sepenuhnya saat kesadarannya sudah terkumpul seratus persen. pagi ini seperti biasa, lea disuguhi wajah tampan suaminya yang masih tertidur pulas. ranum lea menciptakan sebuah senyuman, jemari tangan kanannya terulur merapikan surai jake yang mulai panjang sampai menutupi matanya, ia harus mengingatkan suaminya potong rambut. banyak hal yang harus dilakukan lea hari ini, menjemput laundry dan memeriksa gas di dapur. sepuluh tahun berlalu, lea tetap tak mahir memasak, jadi nanti jake akan makan siang di luar, mereka hanya sarapan roti, telur, atau hidangan ringan lainnya. meski banyak yang harus dituntaskan segera, lea enggan meninggalkan tempat tidur, entah karena nyaman rebah, atau keasikan melihat wajah damai suaminya yang tengah terlelap. baru lea sadari, ternyata jake memang sangat luar biasa rupawan, kemana saja ia selama ini?

“ugh” lenguhan keluar dari bibir jake, dilihat lea alis pria itu menyatu, lea langsung khawatir, mungkin jake sedang mimpi buruk, “jake?” lea memanggil, jake masih menutup mata, erangannya tambah keras, “jake!” lea memanggil lagi, volume suaranya kian bertambah, kini dibarengi sedikit tepukan di pipi jake. tuan itu akhirnya membuka mata, mendapati lea yang menatapnya panik, “lea...” adalah kata pertama yang ia ucapkan, lalu segera mengeratkan pelukannya pada istrinya, menenggelamkan seluruh tubuh wanita itu di dadanya, pelukan yang sangat erat dan dalam, seakan keduanya baru saja berpisah amat jauh. lea tak bergeming, mendengarkan detak jantung suaminya yang bergerak amat cepat, dada jake naik turun. lea melepaskan diri dari pelukan jake, “ada apa?” ia bertanya, jake menggelengkan kepala, tak mau menjawab, memilih membawa lea masuk lagi ke dalam pelukannya. lea menepuk pundak pria itu kesal dengan tangan kosong, “jangan bohong! beritahu aku sekarang” perintahnya, akhirnya lea si ketus mulai menunjukkan sisi pemarahnya lagi setelah sekian lama.

“aw!” jake mengadu kesakitan, pukulan lea bukan main juga. tangan pria itu mencoba mengelus punggungnya sendiri, lea berhasil lepas dari kurungan jake, lea memicingkan mata saat jake tetap tak ingin bicara, “ah, aku jadi malas kalau begini, sudahlah aku mau pergi saja” ancamnya, jake langsung panik saat istrinya berusaha beranjak, tangannya menahan lengan lea, “iya iya, aku beritahu” ujarnya akhirnya, lea bersorak menang dalam hati, “sebenarnya, aku bermimpi buruk” akunya, tebakan lea benar, “dan bukan pertama kali, aku selalu bermimpi aku kehilanganmu, akhir-akhir ini frekuensinya jauh lebih sering, itu sebabnya aku selalu mencarimu di pagi hari. kepergianmu adalah mimpi buruk, mimpi paling buruk di dunia” jelasnya dengan suara parau, membayangkan hal itu saja sudah berhasil menciptakan bendungan di netra jake, bibirnya melengkung ke bawah, setetes air mata membasahi pipi, “hey, kenapa menangis? itu kan hanya mimpi” lea gelagapan, jemarinya langsung mengelus pipi jake yang basah berulang kali. hati gadis itu juga sakit, namun ia harus berusaha menenangkan suaminya, “aku takut, aku belum siap jauh darimu, ley” jake bicara lagi, ia terdengar sangat rapuh, lea mengelus surai pria itu berulang kali, “tenanglah, semua akan baik-baik saja” lea berucap, namun berbeda dengan isi hatinya, perempuan itu gundah, mengapa jake bersikap seakan mereka berdua akan benar-benar terpisah?

-

lea saat ini sedang beres-beres, ia sendiri di rumah karena jake pergi mengajar kursus biola. lea sudah menjemput pakaian dari tempat laundry, kini lea menyusun satu persatu pakaian ke dalam lemari di dalam kamar. perutnya sudah tambah buncit, janinnya berkembang dengan baik. lea mendudukkan diri di kasur, ia kelelahan lagi. perempuan itu memegang pinggul bagian belakangnya, lea bernafas dengan teratur, pandangannya ia edarkan ke seluruh penjuru kamar yang lumayan besar itu, lantas matanya terpaku pada laci di dekat kasur, pasalnya ada sangat banyak obat di atasnya. dahi lea mengerut, lalu perlahan ia berjalan menghampiri laci kayu itu, salahkan gadis itu yang belum sempat masuk sekolah medis sepuluh tahun lalu, dengan otaknya yang belum berkembang, lea tak tahu apapun soal obat-obatan di genggamannya. lea membuka laci, mendapati sebuah surat dengan kop rumah sakit.

“atas nama jake?” perempuan itu menggumam, segera membaca kertas itu dengan saksama, “kardiovaskular?” lea menggigit bibir, diambilnya ponselnya dari saku lalu lea mengetikkan bahasa latin itu di mesin pencarian, “jantung? jake sakit jantung?” lea menggumam lagi, dadanya berdebar amat kencang, rasanya seakan dunia runtuh, kakinya langsung lemas dan tak mampu berdiri, lea mendudukkan diri lagi di kasur, perempuan itu mencoba tenang. tring tring. ponselnya berbunyi, lea langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat layar, “halo” jawabnya gemetaran, “selamat siang, apa benar ini dengan ibu rylea sim?” suara dari seberang menjawab, “iya benar, ini dengan siapa?” tanya lea, “saya dari rumah sakit brisbane, menghubungi ibu sebagai wali dari bapak jake sim” jelas si pemanggil, tubuh lea menegang, “baik, aku paham, apa yang terjadi pada jake?” tanyanya lagi menggebu-gebu, “bapak jake drop bu, dan sudah dilarikan ke rumah sakit. sampai check up terakhir kali, bapak jake tidak mau melangsungkan operasi, jadi dokter meminta menghubungi wali karena prosedur harus dilakukan segera serta memerlukan persetujuan wali terdekat, ibu bisa datang ke mari untuk menandatangani surat” terang suara dari seberang panjang lebar, lea angguk-angguk kepala, “aku segera ke sana” ucapnya sebelum menutup telepon lalu bergegas pergi.

-

lea sudah sampai di rumah sakit, usai berbincang dengan dokter dan menandatangani surat persetujuan, lea langsung menuju kamar inap jake, pria itu masih punya waktu dua hari lagi sebelum operasinya dilangsungkan. perempuan itu duduk di bangku dekat tempat tidur jake, tangannya memainkan jemari jake yang tak sadarkan diri, mata lea sudah sembab sampai bengkak sebab menangis terus sejak tadi, tampilannya kacau. perempuan itu masih menunduk, matanya ia pejamkan, bersandar pada sisi kasur, lea tak mau peduli dengan apapun, sampai dirasakannya elusan di puncak kepalanya, lea segera mendongak, “jake?” panggilnya. oh, betapa lega hati wanita itu saat masih bisa bertatapan langsung dengan retina suaminya, ia tak ingin menangis di hadapan jake, tapi sekuat apapun lea menahan, air mata keluar juga. pundak gadis itu bergetar, “kenapa bohong?” tanyanya dengan nada marah, lea tahu ini bukan saat yang tepat untuk marah pada jake, namun saat ini hatinya dipenuhi awan hitam raksasa yang kapan saja siap menciptakan badai. sedih, marah, kesal, kecewa, takut, semuanya bercampur jadi satu.

“maaf” jake bicara, suaranya pelan sekali, hampir tak terdengar, tangisan lea langsung pecah, “jake” bibir lea memanggil nama suaminya lagi, sangat ingin ia memeluk jake sekarang, namun diurungkannya karena tak ingin membuat pria itu tambah sesak. lea sudah dengar semuanya dari dokter, jake sudah sakit selama beberapa waktu namun ia rahasiakan dari lea juga keluarganya, pria itu pun tak mau dioperasi karena resikonya besar. menurut penjelasan dokter, sakit yang diderita jake bukan penyakit turunan, namun bisa saja pria itu dapatkan karena kebiasaannya di masa muda, mengonsumsi terlalu banyak vitamin dan tidak mengambil waktu istirahat meski tubuhnya sudah memberi sinyal kelelahan, “maaf, sayang” jake bersuara lagi, lea menggelengkan kepalanya berulang kali, “aku yang minta maaf, aku minta maaf tidak bisa menjagamu, aku minta maaf tidak peduli padamu, aku bodoh” ujarnya merutuki diri sendiri, lea sudah berdiri dari duduknya, tangan keduanya masih bertaut, hening meliputi keduanya, lea tak ada niat untuk bicara, sampai jake buka suara lagi, “tidak ada hal yang ku sesalkan, lea, untuk segala hal yang sudah terjadi dalam hidupku, aku senang, aku senang memilih hidup denganmu” kata jake, lea mendelik, “jangan berpesan begitu! kamu bicara seolah kamu akan mati” lea berteriak, tangisan yang tadi sudah reda mulai bergelora lagi, jake yang lemah terkekeh melihat tingkah lucu istrinya, genggaman lea pada tangan jake mengerat. hal yang sama juga lea rasakan, jake, bahkan jika seribu kali lagi ia diminta memutar waktu dan diperbolehkan memilih lagi, lea akan tetap memilih jake.

love theory | jakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang