12 Oktober 2010
DUARRRR
Malam itu petir menyambar dengan sangat kencang di susul teriakan sepasang suami istri yang sedang bertengkar hebat.
"Brengsek kamu Ga! sebelum ngelakuin itu apa kamu gak mikir? Setidaknya kamu mikir gimana nanti sama Lea!". Ucap sang istri sambil berteriak.
Sedangkan sang suami yang tak kalah kesalnya menimpali "aku selalu mikirin Lea, tapi kamu taukan kalau kita ini nikah karena dijodohin. Aku gak pernah cinta sama kamu!" Ucap sang suami berteriak tak kalah kencang.
"Aku cinta sama Sia dan anak kami juga berhak dapat kasih sayang papanya. Aku gak tahan sama kamu Andin, kamu tau aku cintanya sama Sia, tapi kamu seolah tutup mata dengan semua ini. Kamu lupa sama perjanjian kita dulu? Lagi pula ini udah lewat dari perjanjian kita". Jelas Saga pajang lebar. "Aku bertahan selama ini cuman karena Lea" lanjutnya lagi.
"Demi Lea? " ciciitan Andin bersautan dengan derasnya air hujan.
"TAPI GAK SAMPAI SEJAUH INI, GAK HARUS SAMPAI KAMU PUNYA ANAK SAMA DIA GA!" ujar Andin ia sangat kesal sampai-sampai urat lehernya kelihatan.
"Kamu udah jelas nyakitin Lea, selingkuh di belakang aku sampai punya anak! KAMU BRENGSEK SAGA!"
"IYA AKU MEMANG BRENGSEK, KALAU GITU AKU MINTA KAMU CERAIIN SI BERENGSEK INI!" teriak Saga menggelegar di rumah besar itu.
"Oke kalau itu mau kamu, AKU MINTA CERAI!"
"Oke, kita akhiri semua ini Andin, kita akhiri hubungan palsu ini". Saga mengatakan itu seperti tidak punya beban sama sekali seolah-olah dia memang menginginkan semua ini.
"Papa, mama". Terdengar suara lirih seorang gadis kecil berusia 6 tahun memanggil sepasang suami istri yang baru saja memutuskan hubugan mereka.
Panggilan lirih itu membuat mereka menoleh dan menemukan putri mereka sedang menatap mereka dengan pandangan bingung dan juga ketakutan, sepertinya gadis kecil itu terbangun karena mendengar pertengkaran orangtuanya.
"papa sama mama kok teriak-teriakan sih? Lea takut". Anak itu menatap orang tuanya yang masih terdiam menatap ke arahnya.
Andin melangkah menuju anaknya dan membugkukkan dirinya di depan anak itu, ia memegang kedua pundak kecil putrinya. "Sayang gak papa, jangan takut, Lea kembali ke kamar ya! bobo lagi".
"Lea sayang papa sama mama mau pisah, Lea gapapakan kalau papa, mama pisah?" ujar Saga mendekat ke arah putrinya.
"SAGA KAMU GILA YA! KENAPA KAMU NGOMONG KAYAK GITU SAMA LEA!"
"YA KARENA KITA EMANG MAU PISAH ANDIN! LEA HARUS TAU". Ucap Saga ikut berteriak mendengar teriakan Andin.
"YA TAPI GAK HARUS KAMU KASI TAU SEKARANG, DIA MASIH TERLALU KECIL! Kayaknya kamu emang pengen banget aku pergi dari rumah ini" lanjut Andin mulai megecilkan suaranya.
"Iya aku pengen kamu cepet pergi dari rumah ini" Ucap Saga pedas.
"Oke kalau itu emang mau kamu aku pergi sekarang". Andin berdiri lalu melangkah menaiki tangga ia menuju ke kamar mereka untuk mengemas pakaianya.
Sedangkan dibawa sana Saga menatap putrinya lalu berjongkok mengsejajarkan tinggi mereka.
"Sayang gapapa ya mama pergi, kan ada papa". Ucapnya sambil mengelus surai anaknya.
"hiks tapi Lea gak mau ditinggal mama pa". Saga tidak menanggapi ia hanya mendengarkan sambil memeluk anaknya itu, beberapa menit kemudian Andin turun dari tangga sambil menggeret koper besarnya.
Ia berjalan melewati anak dan suaminya menuju ke pintu keluar, tetapi baru saja dirinya hendak melanjutkan langkahnya ia terhenti karena ada sepasang tangan kecil yang melingkar di kakinya. Ia menoleh ke bawah dan mendapati putrinya tengah dudu disana sambil memeluk kakinya.
"hiks ma jangan pergi ma jangan tinggalin Lea hiks". Gadis kecil itu tidak mampu lagi menahan isak tangisnya ia mengeratkan pelukannya pada kaki mamanya tidak membiarkan mamanya meninggalkannya.
"Maaf sayang tapi mama harus tetap pergi, kamu disini baik-baik ya sama papa". Andin melepas paksa tangan kecil anaknya dari kakinya dan melanjutkan langkahnya, ia sekuat tenaga menahan sesak di dadanya mendengar anaknya memanggil dirinya.
Sementara Saga yang melihat anaknya hendak mengejar Andin segera menahan anak itu.
"hiks pa tahan mama pa jangan biarin hiks mama pergi!’’ Langsung saja Saga membawa anaknya kedalam pelukannya, untuk menenangkan putri kecilnya itu.
Sementara diluar sana Andin masih bisa mendengar tangisan putrinya yang memanggil dirinya ia pun tak kuasa menahan tangisnya sungguh ia sebenarnya tak tega meninggalkan putrinya. Jika saja tadi Saga tak datang dan mengatakan ia telah menikahi Sia dan telah memiliki anak dengan perempuan itu mungkin sekarang ia masih mempertahankan pernikahannya dengan lelaki itu.
Jujur saja sebenarnya Andin mencintai suaminya itu, namun tidak dengan Saga, mereka menikah karena di jodohkan, mereka tidak seperti pasangan suami istri pada umumnya. Awalnya Andin kira setelah kehadiran Lea semuanya bisa berubah namun ternyata tidak. Ahh mengingat putri kecilnya itu kembali membuatnya sesak, sebenarnya ia ingin membawa putrinya tapi pasti Saga tidak akan membiarkannya, belum lagi ibu suaminya itu orang yang berpengaruh ia bisa dengan mudah merebut cucunya dan menghancurkan dirinya.Kembali ke rumah besar itu, suasana masih seperti tadi gadis kecil itu masih terus menangis memanggil mamanya."hiks mama Lea mau mama pa".
"Udah sayang jangan nangis terus dong kan ada papa, kamu jang—"
Drrttt
Ponsel yang ada di saku Saga bergetar menandakan ada panggilan masuk, ia langsung mengangkatnya ketika melihat siapa yang menelpon.
"Halo"
"Halo Ga kamu dimana?"
"Aku di rumah, kamu kenapa Sia?"
"Saga kamu bisa ke sini sekarang gak? Lili sakit, dia nyari kamu terus."
"Aku ke sana sekarang kamu jagain Lili, tunggu aku!"
Saga memutus panggilan telepon secara sepihak. Ia kemudia mengutak atik ponsel tersebut seperti ingin menelpon seseorang. Beberapa saat kemudian terdengar suara dari seberang sana.
"Halo Saga"
"Halo ma, mama bisa kesini gak? Tolong jagain Lea ma"
"Loh emang Andin ke mana? Ini lagi hujan loh Ga"
"Tolong ma nanti Saga jelasin mama ke sini dulu ya!"
"Tapi Ga—"
Tutt
Lagi-lagi Saga memutus telephon secara sepihak, kemudia ia kembali berjongkok di hadapan anaknya.
"Sayang papa harus pergi sebentar kamu disini ya tungguin oma, nanti oma dateng temenin kamu"
"Papa mau kemana? jangan tinggalin Lea pa"
"Lea, Lea anak pinterkan nurut ya sama papa, papa cuman sebentar kok papa janji".
Gadis kecil yang masih sesegukan itu hanya menatap papaya polos dan mengangguk.
"Iya, tapi papa janji ya cuman sebentar!" Ucapnya sambil memajukan kelingking kecilnya di depan sang papa.
"Iya sayang papa janji". Ucap Saga dengan cepat mengamit kelingking kecil putrinya lalu melepasnya, kemudian ia berlalu mengambil kunci mobil yang ada di atas meja, lalu bergegas keluar rumah menuju mobilnya ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, sungguh ia sangat mengkhawatirkan putrinya, tanpa menyadari kehancuran putrinya yang lain.
-
-
-
-
Jangan lupa Vote Teuv💎

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Romance[Buat yang mau baca ALBARA versi lengkapnya bisa baca di Dreame ya] ...... Gimana ceritanya jika seorang cewek cuek dan dingin di jodohin dengan cowok yang selas duabelas dengannya? Bagaikan dua kutub magnet meski sama-sama bisa menarik besi tetapi...