Sungguh, Aku Mencintaimu

73 1 0
                                    

Jack mendengkus kesal. Menangkap bayangan wajahnya di cermin depan Wastafel, pelipisnya menyisakan luka robek yang darahnya mulai mengering, ujung bibirnya pecah dan terasa pedih saat ia menyeka air di sana. Kekesalan mempermainkan hatinya. Harusnya Ammy lebih memilihnya. Namun kenyataannya Davee lebih dulu menarik di matanya.

Kali ini Ammy seakan menamparnya dengan sangat keras di dalam diam. Apa ini? Dia kalah hanya oleh seorang Davee yang bukan siapa- siapa? Bagaimana mungkin Ia bisa terima.

Davee, tak pernah pantas menjadi pesaingnya. Matanya memejam untuk sejenak. Apa lagi yang harus ia lakukan untuk membuat Ammy jatuh cinta padanya? Ia mulai menyadari satu hal, bukan hanya tubuh gadis itu yang kini menjadi tujuan utamanya, tapi juga hatinya.

-----

"Tuan muda, Nona yang menempati kamar Marigold Tagetes 1125 sudah sehat, dia sudah pulang beberapa jam yang lalu."

Dr. Lyncoln berbicara dengan hati- hati dalam sambungan telepon. Ia sadar betul bahwa lawan bicaranya adalah pria muda temperamental yang siap melontarkan apa saja layaknya mulut kepedasan. Sayangnya pria muda itu punya kekuasaan yang tidak terbantahkan.

"Beberapa jam yang lalu dan kau baru memberitahuku? Sialan, apa saja yang kau kerjakan. Stupid!"

"Maaf Tuan muda, ponsel anda tidak bisa dihubungi beberapa waktu lalu."

"Fuck, aku tidak menyuruhmu bicara. Dan aku tidak menerima alasan!" Intonasinya terdengar sangat menyengat. Semenjak bertemu Ammy, dia hanya bisa marah-marah tanpa alasan yang jelas.

"Maaf, Tuan muda."

"Kau tahu alamat wanita itu?"

"Aku sudah mencari tahu, Tuan muda. Kalau-kalau Tuan muda membutuhkannya."

"Smart! Katakan!"

"Polanco, Avenida Presidente Masaryk real estate nomor sebelas," jelasnya.

"Bagus!" Jack menautkan alisnya. Alamat Ammy, dapat!

"Siapa yang menjemputnya dari Meghan Medica Hospital?"

"Ayahnya, Tuan muda. Bersama sepupu Tuan muda, Tuan Alejandro Graham."

Shit! ....

Jack melemparkan ponselnya hingga membentur dinding menjadikannya berserakan. Rusak? Apa pedulinya, Ia bahkan bisa membeli sekaligus pabriknya.

Entah apa yang terjadi dengannya, setiap mendengar Ammy bersama Davee, darahnya selalu mendidih.

Ammy adalah wanita pertama yang mampu membuatnya berantakan lagi setelah perpisahannya dengan Evelyn beberapa tahun silam. Dan beraninya Davee mencoba mendekati gadis itu saat ia tahu Jack berminat padanya. Harusnya penggila kerja itu tahu diri.

Ammy terus melayang di pikiran Jack, terasa bergerak perlahan tapi pasti menggerogotinya layaknya epidemi virus yang menyerangnya. Ia telah runtuh dengan segala pertahanan yang ia miliki. Merasa dirinya bukan Jack lagi, entah kemana perginya sisi arogansi yang dulunya menjadi dominasi atas dirinya.

Kini dia merasa sangat lemah saat menyadari dirinya benar- benar jatuh cinta pada Ammy Lawrence. Tak peduli apakah itu cinta atau obsesi, ia harus mendapatkan gadis itu apa pun caranya. Bahkan menyingkirkan Davee jika perlu.

Jack keluar dari kamarnya, tidak dapat tidur. Menuju ruang tengah dan mengambil beberapa botol persediaan Anggur di ruang penyimpanan. Menenggaknya rakus seperti tak waras. Hingga pengaruh alkohol bekerja seperti obat bius yang mengenyahkan sedikit rasa sakit di hatinya.

Ia menoleh pada jam dinding, tak jelas jarum jamnya ada di angka berapa, entah dua, entah tiga. Matanya terasa buram. Kemarahan, rasa tak senang, kecemburuan benar-benar mengakuisisi seluruh isi kepalanya.

Sorry, Cause I love you  (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang