Prolog

1.5K 109 577
                                    

Seringai lelaki tua itu mengembang.

"Apa rasanya memacari adik kandungmu? Menidurinya? Kau bahagia?" Suara Hans penuh penekanan. Tatapan tajam gila mengintimidasi dan terasa seperti menghunuskan pedang tajam di dada Jack.

"Ah, aku lelah bermain- main dengan kalian. Sepertinya kalian sudah merasa puas dengan penderitaan yang kuberikan."

"Apa yang kau inginkan?" Mata Jack kini mengarah pada Hans, sedikit memicing. Penuh kebencian. Guratan penuh amarah yang tidak lagi terbendung.

"Apa yang kuinginkan? Tentu saja membunuhmu, juga adik kembarmu. Kau mau tahu kenapa?"

Hans memutari Jack, menatapnya dari ujung rambut hingga kaki. Bergerak menjauh lalu bersedekap seraya mengembuskan asap cerutunya.

"Ayahmu, " tukasnya. Ia menjeda kata-katanya sepersekian detik. "Salahkan saja Ayahmu. Bob Martin yang menciptakan penderitaan ini pada kalian, bukan aku. Kau tahu bagaimana rasanya? Kau tahu bagaimana dia telah membunuh rasa iba dan juga cinta di hidupku?" Seringai iblis Hans terbit kembali. Tampak begitu bengis.

"Beri mereka pelajaran!" Komando Hans membuat orang- orangnya bergerak. Mereka mulai memukuli Ammy. Tentu saja Jack tidak tinggal diam. Ia merengkuh tubuh Ammy. Berjongkok dan Melindungi tubuh Ammy yang sedang bersimpuh.

Ia menutupi diri Ammy agar berada di bawahnya supaya wanita itu tidak terluka. Entah berapa pukulan yang telah ia dapatkan. Terakhir yang dia rasakan adalah pukulan benda keras yang membuat kepalanya mengeluarkan cairan beraroma anyir. Kepalanya sedikit pusing. Sudah tak terhitung rasa sakit yang ia alami. Terlebih pada hatinya.

"Tidak ... hentikan! kumohon hentikan!" teriakan histeris Ammy menggema. Jack masih memeluk erat tubuh Ammy. Tubuh Ammy bergetar hebat. Berguncang oleh tangisan.

Kenapa ini semua harus terjadi? Jack baru saja bangun dari tidur panjangnya dan ia berharap itu tidak terjadi lagi hal menyedihkan di mana Jack harus dipaksa berhadapan dengan maut. Berapa terlalu banyak pria itu terluka untuknya, dan cukup!

Ammy masih menatap wajah Jack yang penuh dengan lebam. Darah dari kepalanya menetes sedikit demi sedikit mengalir ke wajahnya. Ia mengusap kepala Jack.

"Jack, kau terluka!" Jack mengusap darahnya yang terlihat mengotori wajah Ammy yang masih berada dalam dekapannya.

"Jangan khawatir, aku sudah terbiasa terluka." Kalimat Jack semakin membuat hati Ammy remuk redam. Mencintainya, betapa pria itu terlalu banyak berkorban.

Hans mengeluarkan senjata apinya yang disimpan di balik jasnya lalu menodongkannya. Mengambil ancang- ancang untuk menuntaskan semuanya. Ia mengangkat satu tangannya, sebuah isyarat untuk membuat orang- orang suruhannya menghentikan aktivitasnya.

"Bunuh aku, tapi jangan sakiti dia!" Jack menantang meskipun ia telah pasrah. Menyembunyikan Ammy di bakik punggungnya. Ia tidak takut mati, asal Ammy tetap hidup. Ia memejamkan kedua matanya. Hatinya terasa begitu gelap.

Ya, biarlah begini. Bukankah kematian memang adalah hal yang dia dambakan akhir- akhir ini? Dia akan berterimakasih jika memang Hans membantunya untuk mati.

Sorry, Cause I love you  (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang