Chapter 14

458 89 1
                                    

Seseorang terus membunyikan bel pintunya dan itu mulai membuatnya gila. Selain itu, dia tidak bisa mengerti kenapa ruangan itu mulai berputar. Wang Yibo menarik dirinya dari sofa, dan membawa gelas scotch-nya, dia terhuyung-huyung ke pintu.

"Apa yang kau inginkan?" Katanya sambil membuka pintu tanpa mengetahui siapa yang ada di sisi lain.

Li Yen memandang temannya dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mengangkat alisnya. Pakaian Yibo acak-acakan, matanya berkaca-kaca dan dia memiliki ekspresi kesal di wajahnya.

"Kita ada rapat, ingat?" Dia mengingatkannya, "Kau harus menandatangani surat-surat untuk serah-terima apartemen."

Yibo menghela nafas, sial dia sudah melupakan hal itu. Dia mundur selangkah membiarkan Li Yen masuk, yang lalu mengikutinya ke ruang tamu, Yibo duduk kembali ke sofa dan menuangkan segelas alkohol untuk dirinya sendiri.

"Kau sudah minum berapa banyak?" Li Yen bertanya sambil melihat gelas di tangannya.

Yibo mengangkat bahu, "Aku tidak menghitungnya."

Li Yen mengeluarkan kertas-kertas itu dan memberikannya kepada Yibo sambil bertanya-tanya apakah dia cukup sadar untuk menandatanganinya.

Yibo mengambil kertas-kertas itu dan menatapnya sambil berpikir. Yang mengejutkan Li Yen, bukannya menandatangani, Yibo malah menutupi wajahnya dengan tangannya dan mulai terisak.

"Dia tidak mencintaiku Yen." Katanya getir, "Tidak, sedikitpun." Dia melemparkan kertas-kertas itu ke meja kopi. Tangisannya perlahan berubah menjadi tawa pahit saat dia terhuyung-huyung berdiri dan membungkuk seperti baru saja menyelesaikan pertunjukan, "Meskipun tampaknya aku sangat baik di tempat tidur." Bisiknya keras, bertepuk tangan dan menyebabkan sebagian minumannya tumpah.

Menghabiskan sisa minumannya dalam satu tegukan, Yibo berputar dan hampir jatuh ke meja kopi, tapi dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri dengan menggunakan kemampuannya yang luar biasa untuk mengendalikan tubuhnya. Dia menyeringai kepada Li Yen, merasa sedikit malu karena dia hampir menjatuhkan diri dari sofa. Dia menatap langit-langit mencoba untuk mengendalikan pandangannya yang berputar. Air mata yang dia coba tahan terlepas dan menetes dengan sengaja, "Yang kuinginkan hanyalah bersamanya." Rengeknya.

Li Yen menutup mulutnya dengan tangannya berusaha untuk tidak menangis. Selama bertahun-tahun sebagai temannya, dia belum pernah melihat Yibo begitu hancur. Bahkan setelah dia kalah dalam balapan motor itu. Hatinya sakit melihat Yibo seperti ini dan dia merasa dirinya merespon dengan sikap protektif. Dia bukan tipe orang yang duduk diam dan membiarkan siapapun menyakiti teman lamanya tanpa penjelasan.

Dia meletakkan tangannya di lutut Yibo dan menggoyangnya, dia bertanya, "Apa yang terjadi, Yibo?"

Yibo membuka matanya dan mencoba untuk fokus pada Li Yen dan memahami apa yang dia tanyakan padanya. Dia memiringkan kepalanya dengan bingung – mengapa Li Yen ada di sini lagi?

"Bo." Katanya lembut, "Ceritakan padaku tentang dia."

Sambil mengeluarkan ponselnya, dia menggulir ke selfie Yang Zi dan Xiao Zhan lalu menyerahkannya pada Li Yen.

Matanya terbelalak saat melihat foto itu, "Xiao Zhan?" Li Yen bertanya.

Li Yen menghela nafas ketika Yibo mengangguk. Nah itu hal yang rumit, karena dia adalah aktor lain seperti Yibo yang merupakan salah satu superstar terpanas saat ini. Tidak heran Yibo mencoba membeli apartemen lain untuk privasinya. Dengan semua mata yang tertuju pada mereka, mereka pasti tidak akan memiliki momen sendirian.

"Dia menolakmu saat kau memberitahunya tentang apartemen itu?" Tanya Li Yen.

Yibo menggelengkan kepalanya.

"Dia berkencan dengan Yang Zi?"

Yibo menggelengkan kepalanya lagi, "Cemburu." Gumamnya.

"Ya, aku bisa melihat kalau kau cemburu." Gumam Li Yen.

"Tidak! Zhan ingin aku cemburu." Umpat Yibo, "Kami sudah selesai."

Mencoba untuk memahami apa yang pria itu katakan, Li Yen mengerutkan kening dan mencoba mencari tahu apaa yang dikatakan Yibo padanya, "Hmmm, jadi biar aku luruskan, Xiao Zhan mengambil foto ini dengan Yang Zi untuk membuatmu cemburu, tapi kemudian kalian malah bertengkar dan putus?"

Dengan anggukan tegas yang mabuk, Yibo menyerigai padanya dan mengacungkan jempolnya, "Kau sangat pintar." Gerutunya.

Mereka duduk diam untuk waktu yang lama sampai Li Yen melihat Yibo tertidur. Dia mengguncangnya untuk mencegahnya tidur, tiba-tiba sebuah ide terbentuk di kepalanya, "Yibo, sebelum aku membiarkanmu tidur, maukah kau membantu teman seumur hidupmu ini?"

Yibo menyeringai dari telinga ke telinga dan dia mengangguk sekali.

"Aku butuh tanda tanganmu." Katanya sambil meraih kertas-kertas itu.

Dia membimbing tangan Yibo dengan pena ke kertas di mana namanya berada, "Dan tanda tangan lagi di sini." Katanya sambil membalik ke halaman lain. Setelah Yibo dengan patuh menandatanganinya. Li Yen tersenyum dan membantu Yibo berbaring di sofa dan dia segera tertidur. Li Yen menutupinya dengan selimut tipis dan mengambil ponsel Yibo untuk mengirimkan beberapa informasi ke ponsel gadis itu. Li Yen menatapnya; dia masih bisa melihat anak laki-laki yang tumbuh bersamanya, tetapi raut wajahnya dengan pasti telah menajam seiring waktu. Yibo adalah teman terdekat yang dia miliki dan bahkan Li Yen menganggapnya seperti saudaranya sendiri dan tidak mungkin dia akan berdiam diri dan hanya mengamatinya. Tidak pernah ada masalah yang tidak bisa Li Yen selesaikan. Yang dia butuhkan hanyalah rencana yang bagus dan mungkin sedikit bantuan dari dewa asmara.

Remember When... (YiZhan) - TerjemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang