4. Roda Hati

6 4 2
                                    

"Suatu hari nanti kita akan dihadapkan oleh perpisahan, yang tidak bisa lagi diobati dengan pertemuan tapi hanya bisa dengan kenangan."



                  Waktu itu, selesai acara perpisahan sekolah. Selesai dengan urusan sekolah. Beberapa teman seangkatan sibuk dengan urusan mendaftar kuliah, mencari pekerjaan ditanah rantau atau sekedar menikmati suasana dirumah. Termasuk Aku dan tiga orang sahabatku. Anisa memutuskan untuk menetap dikampung halaman orang tuanya, dia mencoba menyalurkan ilmu yang dia dapat sewaktu disekolah untuk anak-anak dikampungnya. Dia menunda kuliah untuk beberapa tahun waktu itu. Salsa sahabat aku yang paling berambisi itu akan pergi berkuliah diluar kota, dia meninggalkan kami dengan segala kenangan. Dan kebetulan dia satu universitas dengan Zain pacarnya, aku berdoa semoga mereka sampai kenjenjang yang lebih serius. Begitu juga dengan Saura, dia juga melanjutkan kuliah ditempat yang sama dengan Salsa. Aku senang setidaknya mereka berdua tidak begitu bingung dengan suasana baru, karna bisa saling suport dan berjuang bersama dikota orang. Sedangkan aku, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan segala suka cita dan kenangan yang pahit disini. Aku pergi jauh kekota orang untuk bekerja. Aku juga ingin berkuliah saat itu, tapi salah satu alasan membuat aku menunda untuk kuliah sementara. Biarlah aku sedikit ingin menikmati hasil kerja keras ku sendiri.

                    Sebelum perpisahan waktu itu kami sempat berkumpul, menikmati hari-hari terakhir kami bersama.

Cafe janji suci...

"Besok bapak, jemput aku dirumah nenek untuk pulang kekampung." Ucap Anisa sedih. Kami ikut merasakan sedih bahkan dari pertama kali datang kecafe ini.

" Hati-hati yaa.. Nis. Mungkin lusa aku sama Saura juga mau berangkat." lagi perasaan sedih itu bertambah saat Salsa bicara.

"Gimana pun nanti, aku mau komunikasi kita harus lancar! Kalian harus baik-baik, jaga diri dimana pun. Pokoknya siapa pun teman kalian disana nanti, persahabatan kita harus tetap terjalin!" Azwa memberi petuah singkatnya kala itu.

Saura Hanya diam, menatap lebih lama wajah para sahabatnya itu. Dia rasa akan sulit untuk mendapatkan sahabat seperti mereka. Dia akan selalu ingat hari ini. Besok atau kapan pun mereka harus ada waktu untuk bertemu kembali.

                 Hal yang paling aku benci dari banyak hal adalah perpisahan. Mau bagaimana pun banyaknya janji kalau sudah berpisah akan sulit ditepati, apalagi dengan semua kesibukan yang berbeda. Anisa pulang kampung, Salsa dan Saura melanjutkan pendidikan yang jauh, aku akan merantau ditempat orang. Kami akan banyak bertemu dengan orang baru. Aku sedih kami berpisah, banyak ketakutan yang muncul dibenakku saat itu. Kemungkinan untuk bertemu sangat kecil, komunikasi yang mungkin akan sulit dan beberapa hal kecil yang harus bisa aku pahami dan aku harus mengerti. Kesibukan kami memang berbeda. Yang jelas aku takut kehilangan sahabat seperti mereka. Karna mereka segalanya untukku.

***

                      Aku pikir dengan aku pergi sejauh mungkin rasa itu akan menghilang dengan perlahan. Ternyata semua perkiraan salah, berkali-kali aku mencoba dan berkal-kali pula aku gagal. Reza seakan-akan selalu ada mengikuti setiap perjalananku. Aku yang terlalu perasa atau memang aku yang tidak bisa menghilangkan sosok luar biasa itu. Kami masih komunikasi, pernah aku ingin sekali memblokir segala akses yang berhubungan dengan Reza. Tapi lagi-lagi hati tak sejalan dengan gerakan. Setiap aku bergerak ingin memulai, hati rasanya selalu berat. Entah aku yang bodoh atau memang Reza yang sengaja ingin mempermainkan aku. Dia masih terus memberikan perhatian-perhatian kecil seakan-akan tidak ada orang lain dihidupnya selain aku.

Tak SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang