6.Namun Aku Jatuh Hati

9 4 0
                                    

"Takut kehilangan. Tahu, karna aku tidak akan punya kesempatan mempunyai orang seperti dirinya."

                Dulu, saat sebelum kami benar-benar berpisah. Aku selalu menekankan pada Anisa, Salsa, Saura dan diriku sendiri, bahwa dalam keadaan bagaimana pun komunikasi harus tetap terjalin dan jangan sampai ada selisih paham sedikit pun. Ternyata semua itu tidak mudah, apalagi dengan keadaan dan kesibukan yang berbeda. Bahkan Salsa dan Saura yang ku prediksi akan terjalin hubungan lebih baik, karna sering bertemu. Malah karna berbeda jalur pertemanan dan ego yang sulit terkendali seringkali mengalami pertengkaran.

"Salsa mana nih?" kata Anisa, "Ra?! Salsa kok nomernya nggak aktif?" tanya Anisa lagi, karna dia tau Saura pasti tau keberadaan Salsa.

"Mana aku tau, Nis!!" Aku kaget, kok ekspresi Saura begitu. Biasanya kalau ditanya biasa aja.

"Biasanyakan kamu tau, Ra.." Anisa takut-takut.

"Lah!! Aku kan bukan Emaknya atau pacarnya, tanya gih sana sama pacarnya! Jangan tanya-tanya aku terus!!" Saura kelihatan makn kesal.

               Semenjak itu, setiap kali kami melakukan video call group mereka berdua, maksudnya salah satu pasti menghilang atau kalau kebetulan ada pun, mereka lebih banyak diam. Aku tidak tau masalahnya, ternyata setelah aku selidiki. Mereka berdua hanya terlibat kesalah pahaman. Ketika kita berada ditempat baru dan mempunyai teman baru, otomatis kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman yang baru. Apalagi waktu kita lebih banyak bertemu dengan teman baru. Kadang itu membuat teman yang sudah lama bersama kita merasa tidak dibutuhkan lagi. Ada yang mengerti dan ada yang tidak mau mengerti. Aku maklum, ini hanya perihal waktu dan kedewasaan dalam berpikir dan bersikap.

                Terakhir aku dengar kabar Salsa putus dengan Zain pacarnya itu. Alasannya karna Zain yang terlalu posesif dan akhirnya mereka berpisah.

"Aku udah putus dengan Zain." akunya kala kami lagi video call malam itu.

"Kok bisa? Kenapa sal? Bukannya kalian cocok banget?" pertanyaan beruntun itu dari Saura. Kan dia itu memang sepeduli itu.

"Zain itu terlalu ngekang aku, Ra!! Aku capek deh, apa-apa yang aku lakuin nggak boleh!" adu Salsa. Aku dan Anisa hanya diam, membiarkan Saura yang menjawab.

"Kan, Sal!! Aku bilang juga apa, Zain itu yaa nggak pernah kasih kebebasan ke kamu. Bagus deh, kamu putus sama dia. Masih banyak laki-laki yang mau sama kamu. Tuh, kakak tingkatkan banyak yang ngincar kamu."

"Iya, Ra. Makasih ya.. Aku juga mau minta maaf sama kamu, akhir-akhir ini aku jarang main sama kamu. Aku sibuk banget! Tugas aku banyak, yaa.. Sekalian sama masalah ini. Aku capek!" Salsa cemberut.

"Iyaa, Sal. Aku ngerti, Aku minta maaf juga ya.."  Akhirnya mereka baikan. Iya, selalu begitu. Setidaknya mereka tidak benar-benar berantem.

"Gitu dong akur."  ucapku.

"Iya.. Jangan main kucing-kucingan terus." sindir Anisa.

                      Terimakasih sudah menghadirkan mereka didunia ini. Sudah mempertemukan aku dengan orang-orang baik seperti mereka. Aku rindu. Aku rindu segala momen kala kami berkumpul.

***

                 Pada malam-malam tertentu, aku menyempatkan diri untuk sekedar bertemu dengan Andi. Aku ingin memperjelas segalanya, aku tidak ingin menggantungkan jawaban terlalu lama.

"Aku kayaknya mau ngomong secara privasi sama kamu, Ndi."  ucapku sedikit berteriak karna kami berada diatas motor kesayangannya. Menikmati malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang