1. Pertemuan Pertama

11 4 0
                                    


"Kita perlu pertemuan yang manis, untuk hubungan yang baik".

               Hari ini, aku masih disini. Sibuk dengan pikiran yang saling bertolak belakang. Kenapa masih selalu saja berpikir kalau dia yang terbaik. Seakan-akan memang dia yang besok ditakdirkan untukku. Padahal sudah bertahun lamanya aku membiarkan, rasa ini terus ada dan akan tetap ada hingga kini. Walaupun belum pernah ada kejelasan untuk sebuah jawaban dari rasa yang terus aku sembunyikan. Malang memang, tidak akan pernah ada rasa ini jika dulu aku paham kalau ini akan menyiksa aku begitu lama.

9 tahun lalu..

              Suara riuh disekolah tidak menutupi kegugupan hati seorang gadis, yang dari ekor matanya masih sibuk mencari seseorang yang belum keluar dari kelas. Tepatnya ini sore terakhir les untuk menghadapi ujian UN untuk tingkat SMP.  Benar, dia sudah berjanji lewat pesan kepada seseorang yang beberapa hari ini dekat dengannya. Ntahlah, rasa ini begitu mengganggu otak dan pikirannya. Azwa aprilia, gadis yang sedang berdiri menunggu dengan gugup. Sebenarnya ini bukan yg pertama, maksudnya bukan orang pertama yang dekat denganya. Tapi sungguh rasanya berbeda dari yang sebelumnya. Beberapa minggu ini dia begitu intens berbalas pesan setiap hari namun belum ada waktu untuk bertemu. Jadilah sore ini dia menunggu dengan gelisah.

"Azwa? Kamu kenapa bengong disini?" Anisa sahabat dekatnya. "Kamu mau sampai kapan disini? Kamu mau kita dijalan sampai magrib?" cetusnya lagi. Iya, dia yang paling cerewet.

"Loh Nis? Ayo pulang, aku nebeng sampai depan ya." Saura sahabat dekatnya juga. Yang teliti dan disiplin.

"Aku pulang duluan ya Wa.. Soalnya aku takut dijalan sendirian. Okee!! Akuu pulang duluan yaa guys, daaa.." Salsa yang rumahnya berlawanan dari mereka bertiga. Ambisius dan cerdas.

"Oke Sal, hati-hati yaaa, sampai ketemu besok!!" seru Anisa dan Saura barengan.

"Oy.. Wa, ayo pulang, kamu cari siapa sih?" Saura celingukan mengikuti arah pandang Azwa.

"Bentar ya guys.." Azwa berujar pelan, sangat pelan. Hingga pandangannya bertabrakan dengan seorang laki-laki yang beberapa hari ini namanya terus berputar dikepala Azwa.

Reza Arifin. Berdiri didepan pintu kelas, Azwa gugup setengah mati hingga pandangan itu benar-benar menguncinya disana. Dengan mata yang tak berkedip, ada gelayaran aneh disana. Iya dihatinya yg menghangat. Nyaman, hingga sebuah tangan yang menariknya berlalu.

"Ayo Wa pulang, nenek aku bisa marah kalau aku belum pulang sebelum magrib." Anisa menarik tangan Azwa yang enggan untuk bergerak. Disana laki-laki itu masih terus menatapnya, tersenyum samar. Tapi Azwa lebih tau kalau Reza tersenyum untuknya. Tersenyum untuk pertemuan pertama nan singkat untuk mereka. Azwa tau jelas arti senyum itu untuknya, semoga saja dia tidak salah menebak. Ini pertemuan pertama yang cukup berkesan dan akan selalu diingatnya.

Flasback off.

               Ternyata hari itu menjadi pertemuan pertama dan awal dari semua kisah yang sampai sekarang belum selesai. Iya bagi diri ku sendiri kisah itu belum selesai dan tidak tau kapan selesainya. Setelah hari itu, pesan-pesan singkat, perhatian kecil, tatapan jauh yang berdebar selalu memberikan kesan nyaman hingga sebuah rasa itu menjadi kokoh dan besar. Apalah arti cinta anak kelas 3 SMP yang mau lulus. Curhat dengan teman terdekat, nulis diary dan dengan khayalan ala cinta monyet.

Tak SelarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang