Bab 3

13.7K 1K 8
                                    


Jangan lupa Vote dan komen! Difollow juga ya 🤗

"Kayaknya gue udah dapet ide buat jadi hukuman lo karena kalah taruhan kemaren" ucap Andra tiba-tiba saat kini dia bersama dengan Jovan dan juga Dirga tengah duduk santai dikantin setelah tadi mereka melewatkan jam pelajaran pertama dan kedua karena telat datang. Jangan tanyakan mengapa mereka bertiga bisa masuk kearea sekolah, tentu saja lewat jalan belakang.

Ucapan Andra itu ditunjukan kepada Jovan yang kemarin memang kalah taruhan dari lelaki itu. Saat ditanya apa hukuman yang harus di lakukan, Andra malah meminta waktu untuk memikirkannya mengingat kekalahan Jovan dalam taruhan adalah hal yang langka sehingga dia harus memanfaatkan hal ini dengan baik.

"Gue jadi ikut penasaran," ucap Dirga ikut bersuara penasaran akan apa yang akan Andra minta. Sedangkan Jovan terlihat begitu santai meneguk air mineralnya

Andra mencondongkan tubuhnya ke depan agar kedua teman yang duduk diseberangnya dapat mendengar ucapannya

"Deketin si Laras"

Uhuk!

"Gila lo!" Ucap Dirga tiba-tiba karena permintaan yang Andra lontarkan sungguh jauh dari perkiraannya. Sedangkan Jovan masih terbatuk akibat tersedak oleh air yang tengah diteguknya.

"Denger dulu elah jangan malah pada protes duluan" ucap Andra berniat untuk menyelesaikan ucapannya dan menjelaskan maksud dari ucapannya itu.

"Maksud gue tuh gini, lo deketin si Laras biar bisa kita manfaatin biar gak dikit-dikit lapor sama kesiswaan, cape gue anjir hampir tiap minggu pasti ada aja surat panggilan ortu" terang Andra membuat Dirga tertawa

"Sejak kapan lo mikirin kertas kayak gitu" ucap Dirga membuat Andra balik menoyor kepala lelaki itu.

"Bukan cuma buat gue kali. Ini juga buat kalian, seenggaknya kalo lo bisa berhasil buat bikin Laras jatuh cinta sama lo Jo, dia pasti bakalan ikut apa kata lo. Tau sendiri cewek kalo udah jatuh cinta gimana," terang Andra membuat perlahan senyum miring terbit dibibir Jovan yang sedari tadi benar-benar menyimak apa yang Andra jelaskan

"Pinter juga lo," ucap Jovan membuat Andra menepuk dadanya pelan sambil tersenyum sombong

"Gue juga baik jo, kalo aja lo kalah taruhan sama orang lain gak tau lah lo nanti bakalan diapain" balasnya membuat Dirga menoyor kepalanya

"Pinter dalam kejahatan aja bangga" komentar Dirga "apa gak keterlaluan ngelakuin hal kayak gitu?" Lanjut Dirga membuat Andra menepuk pelan bahu lelaki itu

"Keterlaluan mana sama dia yang hobi banget ngikutin sama laporin kita" balas Andra yakin dengan apa yang ia ucapkan.

"Gimana? Lo setuju gak sama apa yang gue minta?" Tanya Andra membuat Jovan mengangguk yakin

"Setuju gue"

Percayalah, Jovan benar-benar memikirkan apa yang Andra katakan. Jika ia bisa membuat Laras jatuh cinta padanya, gadis itu tentu akan mudah untuk ia kendalikan. Selain itu ia akan kembali mendapat kepercayaan dari sang mami dan hal itu bisa membuat dirinya lebih bebas lagi dan sekolahnya pun akan aman. Hanya Dirga yang tidak pernah setuju dengan hal ini.

🌼🌼🌼

Laras memandangi langit sore yang sudah mendung, ia lupa membawa payung bahkan lebih parah lagi ia lupa membawa dompetnya sehingga sampai detik ini pun ia tak tau akan pulang naik apa. Tadi pagi, Sella menjemputnya dan saking buru-burunya ia sama sekali lupa tak membawa dompet serta uang.

Jalanan sekitar sekolah sudah lumayan sepi mengingat Laras pulang lebih sore karena harus mengikuti rapat osis lebih dulu.

"Ras, gue duluan" ucap salah seorang teman Laras yang sudah melintas mendahuluinya yang berjalan kaki. Andai saja arah rumah mereka searah tentu Laras akan ikut bersamanya.

Belum begitu jauh Laras berjalan tiba-tiba sebuah motor yang tak asing baginya berhenti tepat disampingnya.

"Buruan naik" ucap si pengendara membuat Laras menatap orang yang ternyata adalah Jovan itu.

"Buruan, sok pake mikir segala. Keburu hujan" lanjut Jovan saat Laras tak kunjung naik keatas kuda besi kesayangannya itu.

"Iya," ketus Laras akhirnya naik juga. Ini pertama kalinya ia dibonceng oleh Jovan.

Sepanjang perjalanan, Laras hanya memegang bagian pinggiran jaket yang ada dipinggang Jovan membuat Jovan tersenyum tipis merasakannya padahal ia yakin kalau Laras juga ketakutan karena ia mengendarai kuda besinya itu dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Jovan!" Teriak Laras yang refleks memeluk pinggang lelaki itu saking terkejutnya karena tanpa diduga Jovan menaikkan kecepatan. Sedangkan Jovan ia hanya tersenyum dari balik helm yang digunakannya. Perlahan tapi pasti, ia yakin tak perlu waktu lama untuk menaklukan gadis yang merupakan istrinya itu. Andai saja Andra dan Dirga tau hal ini.

Tak lama, hujan benar-benar turun mengguyur jalanan membuat beberapa pengendara menepikan diri untuk berteduh, termasuk Jovan dan juga Laras. Jovan menepikan motornya didepan sebuah warung pinggir jalan yang tengah tutup.

"Gimana caranya kita pulang?" Ucap Laras tiba-tiba memandangi air hujan yang turun cukup deras.

"Ya nunggu reda lah," balas Jovan melirik gadis itu

"Tapi mau sampai kapan kita disini" ucap Laras lagi. Ia ingin segera pulang, bahkan udara kini kian terasa lebih dingin.

"Sampe hujannya reda" balas Jovan masih tetap santai sambil melepaskan hoodie yang dikenakannya.

"Pake" ucapnya sambil meletakkan Hoodienya pada punggung Laras berharap gadis itu tak kedinginan.

"Tapi gu-"

"Pake, sekalian cuciin nanti" potong Jovan membuat Laras mendengus pelan, baik hanya saat ada maunya saja.

"Lo kok mau sih Jo nerima perjodohan kita," tanya Laras tiba-tiba sambil terus memandangi air hujan dihadapannya. Jujur saja, sejak awal ia memang penasaran mengapa Jovan sama sekali tak menolak pernikahan mereka, padahal lelaki itu bisa saja menolaknya.

"Gak tau," balas Jovan membuat Laras kini berbali menatap heran lelaki itu

"Masa gak tau?"

"Emang gue gak tau. Hidup gue itu dari awal di atur mami jadi apa yang gue pengen itu gak akan berarti apa-apa karena bukan gue yang nentuin hal itu" terang Jovan membuat Laras seketika tahu sisi lain dari lelaki yang sudah hampir sebulan ini menjadi suaminya itu. Ternyata hal itulah yang membuat Jovan suka sekali mendobrak aturan.

"Tapi semua keputusan sekarang ada di lo, jadi kapan lo berniat pisah sama gue?" Tanya laras membuat kini Jovan yang berbalik heran menatap gadis itu. Bisa-bisanya pertanyaan seperti itu keluar dari mulut yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas itu.

"Gue gak pernah berpikir buat pisah sama lo" balas Jovan membuat Laras cukup terkejut dengan ucapan lelaki itu. Jawaban yang benar-benar diluar perkiraannya karena selama ini Laras selalu berpikir jika Jovan akan menceraikannya dua atau tahun ke depan.

"Gue emang gak sepenuhnya percaya akan komitmen, tapi gue juga adalah orang yang gak pernah setuju dengan yang namanya perceraian" terang Jovan membuat Laras cukup terpana dengan ucapan lelaki itu

"Gue mau kita jalani aja dulu pernikahan ini"

Trapped MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang