Jangan lupa Vote sebelum membaca!"Tumben lo udah pulang?" Tanya Laras saat masuk kedalam rumah dan mendapati Jovan yang sudah duduk santai didepan televisi. Bahkan lelaki itu sudah berganti baju, tak mengenakan seragamnya lagi, padahal jam baru menunjukkan pukul tiga sore saat Laras sudah duduk tepat disamping Jovan.
"Bolos lagi?" Tanya Laras lagi menatap Jovan penuh curiga
"Enak banget asal nuduh" balas Jovan tak terima
"Terus apa alesan lo pulang cepet?" Sepertinya Laras tak akan menghentikan interogasinya begitu saja.
"Guru jam pelajaran terakhir gak masuk, ya udah gue cabut aja" balas Jovan sejujurnya
"Lo gak bohong?"
Jovan berdecak pelan, bingung dengan apa yang sebenarnya diinginkan Laras. Pulang malam dipermasalahkan, pulang cepat dipertanyakan.
"Ngapain sih lo permasalahin hal sepele kayak gini?"
"Bukannya gitu, tapi jujur aja gue belum terbiasa dengan hal ini apalagi tentang niat lo mau berubah, jujur aja itu terlalu mendadak dan...aneh" ucap Laras berterus terang dengan apa yang mengganggu perasaannya akhir-akhir ini.
"Aneh?" Ulang Jovan memperjelas kata terakhir yang Laras ucapkan. Laras mengangguk membenarkan hal itu. Akhir-akhir ini, ia sudah tak mendengar bahkan melihat kenakalan yang Jovan lakukan namun tetap saja keraguan itu masih mengganggunya.
"Gue takut lo main-main. Maksud gue, mami pasti seneng liat perubahan lo sekarang jadi tolong ya Jo, jangan bikin mami kecewa" jujur Laras. Dia adalah tipe orang yang tak suka menyimpan permasalahan sendirian, akan lebih baik jika diungkapkan langsung sehingga takan berlarut dan malah membuat keadaan semakin rumit.
"Mami aja yang seneng?" Tanya Jovan membuat Laras mengernyit heran atas pertanyaan lelaki itu
"Lo gak seneng atas perubahan gue?" Ulang Jovan memperjelas pertanyaannya saat melihat Laras yang sepertinya tak menangkap apa yang dikatakannya
"Gue?" Tanya balik Laras yang langsung dibalas anggukan pelan Jovan dengan senyum yang malah membuat perasaan Laras gugup seketika.
"Gu-gue seneng lah, masa enggak. Seenggaknya dengan lo mau berubah tugas gue berkurang satu, gue gak usah awasin lo lagi" terang Laras yang berusaha menetralkan kegugupannya yang tak beralasan.
"Kenapa salting gitu?"
"Siapa juga yang salting. Udah ah, gue mau ganti baju dulu" ucap Laras mengakhiri pembicaraan mereka dan beranjak berdiri berniat untuk pergi ke kamarnya.
Namun belum satu langkah ia berjalan, tangannya lebih dulu ditarik oleh Jovan hingga tubuh Laras limbung dan gadis itu jatuh tepat dipangkuan Jovan membuatnya menatap Jovan dengan kedua mata yang membulat karena saking kagetnya.
"Lo ngapain Jo?" Entah apa yang terjadi pada laras, namun bukannya teriakan yang keluar dari mulutnya seperti apa yang otaknya perintahkan, melainkan suara lirih yang ia keluarkan mungkin karena rasa gugup yang menderanya.
Bukannya menjawab, Jovan malah membenamkan wajahnya dileher Laras membuat kedua tangan Laras yang berada tepat didepan dada lelaki kini mengepal erat. Jovan mengendus leher Laras membuat gadis itu terpejam erat merasakan hembusan nafas yang menerpa leher serta telinganya.
"Mandi sana, lo bau matahari" bisik Jovan tepat didepan telinga Laras membuat gadis itu kembali mendapatkan kesadarannya hingga ia bisa mendorong Jovan untuk menjauh dan ia langsung berdiri masih dengan perasaan berdebarnya.
Sebelum benar-benar beranjak dari hadapan Jovan, Laras melirik lelaki yang tengah menatapnya itu sekilas lalu ia pergi menuju kamar. Perasaan apa sebenarnya yang kini ia rasakan, rasanya begitu asing.
"Gue yakin gak lama lagi lo akan ada dibawah kendali gue ras,"
Setelah kejadian tadi sore, Laras benar-benar tak bisa lama-lama berdekatan dengan Jovan yang justru malah berusaha untuk terus mendekatinya.
"Ngapain sih Jo, lo duduk aja sana ini bentar lagi juga anget, " omel Laras yang mulai kesal karena Jovan yang sedari tadi terus berdiri tepat disamping Laras yang tengah memanaskan semur daging yang baru saja mereka terima dari jasa pesan antar, tentu saja Mami yang mengirimkannya.
"Gue bukan nungguin makanannya, gue mau liatin lo saat masaknya" balas Jovan menampilkan senyuman manisnya yang membuat Laras gelagapan
"Gue kan cuma manasin bukan masak" balas Laras dengan nada yang meninggi mencoba mengalihkan kegugupannya
"Sama aja," balas Jovan lagi "Ternyata bener kata Andra kalo cewek itu keliatan lebih seksi kalo lagi masak" lanjutnya membuat Laras tanpa menunggu langsung melayangkan pukulan keras pada lengan lelaki itu
"Mesum!" Sentaknya yang malah membuat Jovan tertawa menghadapi tingkah Laras yang kesal sekaligus malu-malu seperti saat ini
"Udah sah ini, gak masalah kali" balas Jovan membantu Laras mengambilkan piring yang ada tepat disampingnya
"Tapi gue gak nyaman, kita tuh gak biasa kayak gini Jo," balas Laras sambil menyajikan masakan yang sudah ia panaskan sembari mencoba menghindari Jovan.
"Makanya gue coba buat bikin lo terbiasa" balas Jovan enteng sambil mengikuti langkah Laras
"Udahlah, mending lo makan" ucap Laras sambil mengambilkan sepiring Nasi putih untuk Jovan
"Lo gak makan?" Tanya Jovan melirik Laras yang hanya diam setelah memberinya sepiring nasi.
"Gak nafsu gue," balas Laras sambil menopang dagunya diengan kedua tangan diatas meja sembari menatap kearah Jovan dengan tatapan menelisik
"Jangan liatin gue kayak gitu" ucap Jovan membuat Laras mengernyitkan dahinya.
"Nanti lo malah nafsu sama gue lagi" lanjutnya membuat Laras langsung melotot tajam pada lelaki yang tengah menampilkan senyum lebarnya itu
"Gak lucu!" Sentak Laras yang malah membuat Jovan tertawa keras karenanya.
"Mau kemana?" Tanya Jovan melirik kearah Laras yang beranjak untuk pergi
"Kemana aja asal gak ada lo, kepala gue panas kalo terus deket lo" terang Laras sembari berjalan menjauh
"Paling juga nanti kangen sama gue"
"Najis!"
Berhadapan dengan Jovan memang harus dengan mental yang kuat mengingat lelaki itu kini semakin gencar membuat Laras seringkali harus siap menghadapinya.
Akhirnya Laras memilih halaman belakang rumah untuk menenangkan dirinya, sepertinya angin malam ampuh untuk mengatasi hawa panas yang menyerang dirinya saat ini.
Laras menatap langit malam yang cerah dengan bintang yang bertaburan indah disana. Seketika ia rindu sosok ibunya yang biasanya selalu duduk disampingnya melihat bintang bersama sambil bercerita. Semua itu bagaikan sebuah film yang diputar dikepalanya, kenangan itu seakan kembali muncul menggores kembali luka kehilanhan yang memang tidak pernah benar-benar sembuh. Tak tarasa air mata rindu itu kembali jatuh membasahi pipi Laras. Hidupnya seakan kehilangan pegangan setelah kepergian sang ibu
Entah sudah berapa lama ia menangis hingga tanpa ia tahu Jovan sudah duduk disampingnya.
"Lo kenapa disini?" Tanya Laras sembari memalingkan wajahnya tak ingin Jovan melihatnya yang tengah menangis
"Kalo mau nangis, nangis aja gue siap temenin lo disini" terang Jovan menatap punggung Laras yang kini membelakanginya
"Siapa yang nangis,"
"Masih aja gengsi" ucap Jovan sambil membawa tubuh Laras untuk bersandar didadanya membuatnya kini memeluk gadis itu dari belakang.
"Its okay ras,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped Married
RandomFollow dulu sebelum membaca 🙏 Nadya Larasati Adara atau biasa dipanggil Laras merupakan salahsatu murid SMA 21 yang cukup terkenal sekaligus banyak dibenci oleh kalangan siswa dan siswi yang hobi sekali melanggar aturan sekolah. Laras yang merupaka...